57. MSU - Kematian

5.2K 374 8
                                    

Yumna terdiam dengan napas tercekat. Pemandangan ini benar-benar membuatnya terpaku di tempat. Sampai terdengar rintihan Alfatih yang membuatnya kembali tersadar dari lamunan.

“Mas Fatih.” Lantas Yumna berlari kecil menghampiri brankar saat perhatiannya teralih pada sang suami.

Bersamaan Rena datang dengan sang dokter dan para perawat lainnya. Halnya Rena, ia ikut terkejut mendapati tragedi saat ini, netranya berpindah melirik ke segala sudut ruangan, lalu terhenti pada lelaki berseragam hitam itu.

Tidak lain adalah Anhar. Hanya saja, karena ia mengenakan masker membuatnya tak mudah dikenali.

Disela-sela kefokusan semua orang teralih pada Alfatih, Anhar berupaya kabur dengan menerobos pintu keluar, ada beberapa perawat lainnya berusaha mencegahnya. Tetapi, Anhar tetap saja bisa lolos dari dalam sana.

Walau begitu, ia terus saja dikejar oleh para perawat itu membuat ricuh situasi di sepanjang lorong rumah sakit. Anhar terus dikejar, beberapa dari kaum bapak-bapak juga turut membantu kedua perawat laki-laki itu mengejarnya, bahkan sampai ke luar parkiran rumah sakit tersebut.

Namun, keberuntungan rupanya tak selalu memihak kepadanya. Saat tiba di parkiran Anhar malah dengan tidak sengaja bertabrakan dengan Farhan juga ustadz Ali yang baru saja beranjak dari kendaraan bermotor yang mereka tumpangi.

Usai dari kantor polisi mengurus kasus penahanan kiai Dahlan dan Zulkifli, Farhan dan ustadz Ali langsung datang untuk menjenguk Alfatih kemari. Tetapi, kala diparkiran kesialan malah menyapa, ustadz Ali tersungkur ditabrak lelaki itu.

“Arrgh!”

Anhar turut merintih kesakitan tatkala bokongnya mendarat sempurna di tanah, bersamaan kepalanya ikut terbentur pada setir motor yang terparkir di sana.

Mendengar suara yang tak asing itu sontak membuat Farhan terbelalak, bergerak mendekat alih-alih memastikan. Farhan menarik masker yang dikenakan lelaki itu dan terhenyak tatkala mendapati Anhar. Dugaannya benar.

Farhan menarik kerah baju Anhar, memaksanya bangkit dari tanah. Sementara ustadz Ali menatapnya heran, juga sedikit terkejut saat mengetahui bahwa yang menabraknya adalah mantan santri pesantren As-Salam.

“Lepas!!” Anhar memberontak kuat, berusaha melepaskan diri. Farhan tentu saja tak membiarkannya lolos.

Tak lama dari itu, dua orang perawat laki-laki tadi datang bersama beberapa kaum bapak-bapak. Mereka mengerumuni Anhar dengan tatapan tajam menyorotnya.

“Nah. Ini dia!” seru beberapa bapak-bapak lainnya menunjuk-nunjuk Anhar.

“Langsung hajar saja!” usul salah satu dari mereka.

“Tunggu-tunggu!” cegah ustadz Ali.  “Ada apa ini bapak-bapak?”

“Maaf, Pak. Tadinya orang ini membuat keributan di dalam rumah sakit,” kata salah satu perawat tadi.

“Benar, pasien hampir kembali celaka, karena ulahnya!” timpal perawat lain menjelaskan.

Farhan terhenyak mendengar penuturan perawat itu, pikirannya langsung tertuju pada Alfatih.

“Apa pasien itu bernama Alfatih?” tanya Farhan alih-alih melirik Anhar. Farhan yakin, sebab kemunculan Anhar di sini karena mengetahui keadaan Alfatih.

Kedua perawat itu saling menatap, salah seorang dari mereka menjawab, “Benar.”

Tarikan napas itu terdengar jelas dari Farhan, tertoleh kepalanya menatap nyalang pada Anhar, matanya ikut memerah mengetahui kejelasan hal itu dari perawat. Mendadak amarahnya meluap dalam dada.

Mahabbah Sang Ustadz (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang