15. MSU - Ustadz Nyebelin!

6.4K 484 6
                                    

Sepulang mengaji. Yumna langsung kembali ke asrama, di sana sudah berkumpul ke 5 santriwati yang berada sekamar dengannya.

Yumna gegas menuju kasur selepas menyimpan kitab juga mukena miliknya dengan tatapan mata sesekali melirik ke arah Aira yang tengah sibuk berkutat dengan beberapa alat tulisnya. Entah apa yang gadis berkerudung merah muda itu tulis, Yumna pun enggan untuk mengetahui, sementara di seberang juga diperlihatkan sosok Diny yang asik sendiri membaca sebuah buku.

Ketiga santriwati lain yang merupakan adik tingkatnya juga tak kalah sibuk melakukan kegiatan mereka malam ini menjelang waktu istirahat.

Yumna yang merasa dirinya terabaikan hanya diam memojok di kasurnya, di tengah-tengah kebosanan yang menyelimuti Yumna ingin sekali kembali menyapa Aira seperti sediakala. Ingin mengajaknya berbicara dan bercerita tentang banyak hal yang dialaminya beberapa hari terakhir ini kepada Aira. Tetapi, lagi-lagi ia mengurungkan niatnya. Setelah kejadian tempo hari lalu sudah cukup membuat nyali Yumna menciut. Ia ragu, ia takut, takut akan kemudian kedekatannya dengan Aira malah menorehkan luka pada hati orang lain.

Yumna merenung yang tak lama malah membuatnya menitikkan airmata. Tak hanya raga, jiwanyapun ikut merasa lelah, lelah dengan segala apa yang menimpa. Tak ingin begitu larut dalam kesedihan hingga menimbulkan kecurigaan oleh teman sekamar, Yumna memutuskan untuk menarik selimutnya dan memilih tidur lebih awal. Dengan begitu ia akan merasa tenang dan akan bangun dalam keadaan yang tentunya akan membuat dirinya akan merasa lebih baik dari sebelumnya.

***

Alfatih sudah berulang kali membaca do'a siap untuk tidur. Tetapi, lagi-lagi ia tak berhasil menemukan kenyamanan untuk memejamkan mata tertidur. Hati dan pikirannya seolah menolak untuk beristirahat malam ini, bahkan malah memaksanya untuk terjaga.

Bagaimana tidak demikian? Kepulangan abi dan Farhan sore ini bukan hanya membuatnya lega dengan tugas yang kemudian ia handel beberapa hari terakhir ini akan segera diambil andil kembali oleh keduanya. Tetapi, di sisi lain juga membuatnya semakin dilema.

Pernyataan abi Ahsan yang kemudian mengabarkan bahwa kedatangan kiai Dahlan bersama keluarganya akan dipercepat besok malam sontak membuat Alfatih terperanjat. Tentu saja respons Alfatih akan seperti itu. Waktu yang dijanjikan untuk ia memberikan keputusan terhitung seminggu lagi. Namun, sekarang dengan tiba-tiba kiai Dahlan dan keluarga malah mempercepat kedatangan mereka untuk bertamu besok malam.

Entah apa yang sedang orang-orang itu rencanakan. Terlepas dari informasi yang Alfatih ketahui waktu itu membuat Alfatih semakin menanam banyak kecurigaan. Padahal sebelum ini yang diketahuinya kiai Dahlan dan keluarga tak pernah terlibat langsung dalam berbagai persoalan terkait pesantren yang dipimpin oleh abi Ahsan saat ini. Lantas mengapa kemudian mereka begitu ingin tahu tentang masalah dalam pesantren ini sampai kemudian semudah itu mempergunakan anak mereka? Pikir Alfatih.

"Astagfirullahal adzim," sebut Alfatih sembari bangkit dari baringannya.

Rasa penasaran juga kecurigaan semakin membuat kepalanya pusing, di samping Alfatih masih kebingungan harus bagaimana besok ia menjelaskan. Apakah kemudian harus menerima dengan risiko yang sudah ia ketahui sebelumnya? Ataukah harus menolak dengan risiko yang juga tak kalah mengancam?

"Allah ... janganlah sesekali Engkau menyerahkan diri hamba kepada hambamu ini. Hamba lemah, hamba makhluk yang terbatas. Sungguh hamba takut ya Allah. takut akan mengambil langkah yang keliru dan menjatuhkan hamba serta orang di sekitar pada masalah," ucap Alfatih dengan suara parau.

Mahabbah Sang Ustadz (End) Where stories live. Discover now