9

2.1K 128 2
                                    

Hampir seminggu Vanessa dan Mayted tidak bertegur sapa dan seminggu itu juga tidak ada pertikaian setiap pagi. Vanessa memang masih suka telat bangun, tapi yang membuatnya senang adalah Mas Deril dan Mas Agung tidak membangunkannya seperti yang dilakukan Mayted. Mereka tidak memarahinya, bahkan meneriakinya seperti Mayted biasanya.

Walaupun sering berpapasan, sering berada di satu meja makan, dan terkadang Vanessa yang beberapa kali mampir ke Kemhan, tidak jarang ia melihat kehadiran Mayted. Malahan sering sekali. Tapi memang ia tidak peduli dan tidak mau tahu apapun.

Dan tentunya keduanya sama sama tidak ingin membuka obrolan, hanya saling pandang, tapi memang lebih sering Mayted yang diam diam memperhatikan Vanessa. Sedangkan Vanessa? Mungkin bisa dihitung jari.

Setelah beberapa hari pemilu dan merayakan keunggulan quick count sementara, hari ini Mayted menemani Bapak di Kantor Kemhan saja, menerima berbagai ucapan dari berbagai kepala negara atas kemenangan sementara Bapak.

Hari ini juga ada kedatangan Duta Besar Tiongkok dan Mayted tengah sibuk sibuknya mengurus semua jadwal Bapak. Namun, tentu ia tidak lepas tangan dengan keamanan cucu Bapak, termasuk kedua cucu laki laki Bapak. Setiap hari Mayted mengecek jadwal keseluruhan cucu Bapak dan menanyakan kegiatan mereka satu per satu kepada ajudan yang menjaganya.

"Jadwal cucu Bapak hari ini apa saja?" Tanya Mayted disela sela kesibukannya bertanya kepada ajudan yang menjaga mereka di grup ajudan yang berisi sekitar 20-25 orang.

"Mbak Ati ada kuliah sampai sore Pak, sekarang saya masih ada di lingkungan Untar."

"Mas Habib lagi ada kegiatan di kantor PLN bang, saya hanya bisa memantau dari jauh karena sepertinya sangat sibuk sekali."

"Mas Bintang lagi ikut rapat di kantor DPR bang ikut menyaksikan Pak Budi menjadi perwakilan Gerindra, seperti pembicaraan Mas Bintang dengan Bapak dua hari yang lalu, sepertinya Mas Bintang pulang sesuai jam kantor."

"Mbak Vanessa?" Tanya Mayted di grup.

"Mbak Vanessa hari ini seharian di kampus Pak, ngejar tanda tangan dosen pembimbing dan akan daftar sidang."

"Skripsinya sudah selesai ya berarti?" Tanya Mayted lagi.

"Sudah Pak, tadi Mbak Vanessa senang sekali saat skripsinya di ACC. Sepertinya akan pulang malam setelah dapat tanda tangan dosen pembimbing, tadi Mbak Vanessa mengirim pesan kepada saya kalo Mbak Vanessa akan pulang malam karena ngumpul bersama teman temannya nanti di Kemang."

"Kemang? Ngumpul dimana Der?" Tanya Mayted lagi.

"Saya belum tahu Pak, tapi sepertinya saya tidak bisa menjaga Mbak Vanessa sampai selesai karena Bapak membutuhkan saya nanti malam." Balas Deril dari sebrang sana.

"Ya sudah, kamu pastiin Vanessa jangan menyentuh bar/club ya Der karena setahu saya di Kemang kebanyakan tempatnya seperti itu, berbahaya soalnya apalagi di waktu pencalonan Bapak, bisa panjang urusannya. Takut karena hal itu bisa menurunkan elektabilitas Bapak. Kalo Vanessa tetap rewel dan kemungkinan ngumpul di salah satu tempat itu, biar saya yang susul." Balas Mayted di dalam grup ajudan itu.

"Kenapa Ted?" Sepertinya Bapak sadar jika dirinya sedang tidak tenang.

"Ini Pak, Mbak Vanessa." Ujar Mayted ragu.

"Kenapa cucuku?" Tanya Bapak bingung.

"Hari ini skripsi Mbak Vanessa di ACC dan akan daftar sidang." Sahut Mayted.

"Alhamdulillah, bagus dong. Terus kenapa kamu khawatir?" Tanya Bapak lagi.

"Saya dapat kabar dari Deril, karena dia hari ini menjaga Mbak Vanessa. Deril dapat kabar dari Mbak Vanessa kalo Vanessa pulang agak malam, karena mau ngumpul sama teman temannya di daerah Kemang. Saya hanya kepikiran saja Pak kalo seandainya Mbak Vanessa nginjak tempat seperti bar/club. Saya sebenarnya tidak masalah karena sebelumnya Mbak Vanessa memang sudah biasa kesana dengan penjagaan yang ketat, hanya saja disituasi pencalonan Bapak, itu sangat berbahaya dan riskan." Jelas Mayted dengan detail kepada Bapak.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now