7

2.5K 160 0
                                    

Bapak tidak tahu kejadian tadi, semua adc, sekpri, dan ajudan diperintahkan Mayted untuk menutup mulut agar kelakuan Vanessa yang menyetir sendirian tadi tidak sampai ke telinga Bapak.

Selama ini Bapak tidak pernah keras kepada Vanessa, namun sebaliknya kepada dua cucu laki lakinya itu. Mbak Ati pun pernah dimarahin oleh Bapak, tapi Vanessa hampir tidak pernah, sebisa mungkin Bapak mengalah dan tidak membuat Vanessa merasa dimarahin.

Semuanya dilakukan untuk menjaga Vanessa dari kejadiannya yang dahulu dan traumatis yang masih menghinggapinya.

Hari ini pulang ke Kertanegara, karena besok Kampanye Akbar di GBK akan dilaksanakan. Semuanya pada ngumpul di Kertanegara, beberapa orang Bapak, pendukung Bapak hingga keluarga besar Bapak ada disini semua, terkecuali Mas Didit dan Mbak Yanti yang baru sampai Indonesia besok pagi.

Empat pilar kehidupan Bapak Prabowo tidak ada yang terlihat di acara tersebut. Sebenarnya bukan acara formal, tapi lebih ke acara keluarga dan orang terdekat saja. Ati, Habib, dan Bintang sebenarnya mau saja bergabung dan bercengkrama dengan tamu Kakeknya, masalahnya Vanessa tidak mau. Moodnya sangat jelek hari ini, ditambah ia dimarahin oleh Mayted habis habisan di Kemhan.

Ia tidak mau bertemu Mayted dimana pun, makanya ia memilih untuk diam di kamar walaupun ketiga sepupu kembarnya itu sudah berusaha membujuknya.

"Nes, ayolah. Nggak sopan kayak gini sama tamu Kakek, mereka pasti nanyain keberadaan kita juga!" Bintang sudah setengah kesal.

"Heh monyong, jangan emosi anjir, Vanessa lagi dapet!" Ati mencubit kakak kembarnya itu, Bintang ini memang paling tidak bisa sabar dengan sifat Vanessa yang terlalu dramatis.

"Kalian aja gue nggak mau, nggak usah dipaksa bisa nggak sih?" Vanessa kembali membalas dengan perasaan kesal.

"Besok besok kalo mau pergi ngomong sama gue, Nes. Gue temenin. Gue juga kaget bisa bisanya lo nekat nyetir sendiri?!" Habib nggak habis pikir.

"Gue bisa habis sama Kakek kalo tahu gue biarin lo nyetir sendiri dan ngehalang Mas Frank untuk jagain lo." Sejujurnya Ati juga panik dan merasa bersalah, ia ketakutan akan dimarahin Mayted jika ini semua terjadi atas kendalinya juga.

"Lagian bloon jadi orang lo, udah tahu Vanessa dilarang sampai kapan pun, bisa bisanya lo izinin? Gimana sih dek?" Bintang kalang kabut kesalnya.

"Ya gue kasihan karena Vanessa kelihatan pengen banget nyetir lagi." Suara Ati mengecil.

"Udah cukup sekali ya, Nes. Gue nggak mau ada kedua kalinya, untung saja Pak Teddy perintahin semua ajudan jangan sampai hal ini sampai ke telinga Kakek, bisa habis lo berdua." Ujar Habib.

Sedangkan Vanessa hanya diam dan menunduk.

"Lo sebenernya ngehindarin Pak Teddy kan, Nes? Percuma, dia pasti nyariin lo walaupun lo marah sama beliau. Tau sendiri gimana totalitasnya dan profesionalitasnya Pak Teddy selama ngejalanin tugas." Lanjut Ati.

"Udah ayo turun." Ati menarik tangan Vanessa agar ikutan berdiri.

"Besok pada ikut ya?" Tanya Vanessa akhirnya ia membuka suara.

"Iya kampanye terakhir Kakek, masa nggak ikut Nes? Jangan jadiin Pak Teddy alasan lo nggak ikut ya, lo emang pantes dimarahin." Sewot Bintang.

"Bintang mulut lo gue kasih cabe terasi ya!" Ati sudah muak dengan kelakuan kakaknya ini.

Ting! Ting!

Suara notifikasi ponsel Vanessa berbunyi, sepertinya ada yang mengirimnya pesan. Vanessa membukanya dengan malas karena ia tahu siapa lagi yang bisa menganggunya walaupun dirinya sedang kesal.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now