84

1.7K 226 29
                                    

Vanessa terbangun ketika waktu menunjukkan pukul 09.00. Ia tersentak kaget dipelukan Mas, untung saja hal itu tidak membuat suaminya juga ikut terbangun. Sepertinya tidur Mas nyenyak sekali. Mungkin karena suaminya sedang sakit dan membutuhkan istirahat yang cukup.

Vanessa pelan pelan beranjak dari tempat tidurnya, takut jika membuat Mas terbangun. Ia membenarkan selimut Mas agar suaminya lebih nyaman dalam tidurnya. Tak lupa mengecup pipi Mas dengan singkat.

Vanessa langsung keluar kamar dan menuju kamar Naira. Ibu dua anak itu sedikit terkejut melihat Rafa dan Naira tengah bermain puzzle bersama di kamar anak perempuannya. Vanessa menghela napas lega, takut akan terjadi sesuatu lagi mengingat ia telat bangun dan berpikir jika Rafa dan Naira melakukan experience lain.

"Bunda.. laper." Sahut Rafa pelan ketika sadar Vanessa yang berdiri didepan pintu.

"Aira juga Bunda." Ucap Naira yang langsung memeluk Vanessa.

"Maaf ya sayang, Bunda telat bangun." Vanessa mengelus puncak kepala Rafa dan Naira bergantian.

Vanessa mengutuk dirinya sendiri, rasanya ia semarah itu dengan dirinya membiarkan kedua anaknya kelaparan. Seharusnya ketika ia menyadari Rafa dan Naira ikut bergabung dengan Mas dan dirinya di tempat tidur, seharusnya Vanessa langsung bangun. Kalau seperti itu, Rafa dan Naira tidak akan kelaparan.

Untung saja kedua anaknya ini tidak tantrum, entahlah Vanessa juga bingung. Biasanya Rafa dan Naira akan menangis dan mencari keberadaannya jika sudah kelaparan. Tapi tadi, itu tidak terjadi.

Apa mungkin Rafa dan Naira tahu jika Papanya sakit?

"Ayo sarapan, Bunda bikinin makanan yang enak hari ini." Vanessa mengajak Rafa dan Naira sarapan. Ia menggenggam kedua tangan anaknya dan menuntun mereka ke meja makan.

Di dapur itu, Vanessa sibuk sekali memasak resep makanan yang sebenarnya sudah lama sekali ingin ia masak untuk Rafa dan Naira. Tidak lupa juga ia membuatkan bubur untuk Mas.

Hari ini sepertinya Vanessa akan full mengurus suami dan kedua anaknya.

"Perlu Bunda suapin?" Tanya Vanessa.

"Mau Papa." Ucap Naira sedangkan Rafa menggeleng dan ia berusaha mengambil makanan itu dan mengunyah perlahan lahan.

"Papa lagi sakit, sayang." Sahut Vanessa.

"Mau Papa, Bunda.." Saat itu juga kedua mata Naira sudah berkaca kaca.

"Papa masih tidur, Naira." Lanjut Vanessa, tangannya hanya tinggal memasukkan makanan tersebut ke mulut Naira. Sepertinya anak gadisnya ini tidak mau makan sendiri.

"Papa Papa!!" Ucap Naira histeris.

Vanessa menghela napasnya, memang sulit sekali membiasakan Naira untuk tidak selalu bergantung dengan Mas. Anak gadisnya itu hanya ingin Mas yang melakukan apapun yang diinginkan Naira.

"Naira sayang.. Bunda aja ya yang suapin? Papa masih tidur, kasihan lagi sakit nak." Vanessa berusaha agar Naira bisa mengerti.

Mungkin dengan terpaksa, anak gadisnya itu hanya diam namun membuka mulutnya. Membiarkan tangan Vanessa menyuapinya. Vanessa tahu Naira sedang ngambek tapi anak gadisnya itu tidak bisa terus merajuk karena pasti sudah sangat kelaparan.

Vanessa tertawa kecil, melihat sifat Naira sangat membuatnya teringat dengan dirinya dulu yang hanya ingin disuapi Kakek. Tidak mau siapa pun termasuk Nenek.

"Memang anak aku." Gumam Vanessa sambil tersenyum kecil melihat Naira yang masih mengunyah dengan belepotan. Sesekali ia melihat Rafa yang terus menyuapi dirinya sendiri walaupun terkadang tumpah dan belepotan.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now