56

2K 231 31
                                    

Sesuai perkataan Mas sebelum berangkat pendidikan, Vanessa sungguh menurutinya. Selama Mas fokus dengan pendidikannya, gadis itu juga fokus dengan dunia koasnya, stase per stase sudah banyak ia lewati tanpa Mas. Mungkin benar kata Mas dulu, ketika ia menangis ketakutan mendapat stase forensik dalam stase koas pertamanya.

Mungkin saat ini Vanessa mendapatkan jawabannya, jika Tuhan mungkin memang membiarkan Vanessa melewati stase berat terlebih dahulu dengan Mas yang ada disampingnya masih bisa menemani dan mendukungnya.

Kini, tinggal beberapa langkah lagi perkoas-an ini akan berakhir, walaupun masih ada enam bulan lagi tapi ia akan terus semangat menyelesaikannya karena Mas akan pulang dalam waktu kurang lebih enam bulan lagi.

Sedari pertama kali Mas meninggalkannya, bisa dibilang mereka jatuh bangun melewati hubungan jarak jauh itu, mereka bisa dibilang cukup berhasil melewati enam bulan belakang dengan banyak rintangan.

Mungkin ini sama sama adil, terkadang Mas yang tidak bisa dihubungi berminggu minggu hingga Vanessa frustasi dan menangis setiap hari, bahkan ia hampir melakukan kesalahan fatal dan dimarahi dokter konsulennya di rumah sakit karena tidak fokus. Di otaknya selalu memikirkan keadaan Mas yang sering menghilang tanpa kabar.

Gadis itu juga selalu pulang ke rumah dalam keadaan kacau hingga Bapak terus menenangkannya dan meyakinkan disela sela kesibukannya sebagai Presiden. Bahkan Bapak berkali kali menceritakan kisahnya dulu waktu pendidikan di Fort Bragg yang saat itu juga berhubungan jarak jauh dengan Ibu, tak jarang Vanessa menemui Neneknya dan bertanya apa yang harus dilakukan ketika Kakeknya tidak bisa dihubungi saat pendidikan dulu.

Atau Vanessa yang sulit sekali Mas hubungi, entah gadis itu yang sibuk sekali di rumah sakit dengan jadwal operasinya yang semakin banyak, piket di UGD yang selalu banyak pasien, tidak bisa tidur berhari hari, dan belajar setiap saat tanpa menyentuh ponsel hingga tak mengabari siapapun, termasuk Mas.

Beberapa kali Mas hampir spam call ke siapapun termasuk Mama dan trio kembar bertanya keberadaan Vanessa, bahkan Mas menelfon Habib yang jauh di Papua yang tentunya juga pasti tidak tahu keadaan sepupunya, karena ponsel gadis itu tidak aktif beberapa hari. Alasan yang selalu Mas terima adalah Vanessa lupa menaruh ponselnya, Vanessa lupa mengisi daya ponselnya, Vanessa tidak membawa ponselnya ketika kerja, atau Vanessa mengaktifkan mode don't disturb.

Tak jarang juga Mas mau tak mau menganggu Ati yang satu rumah sakit dengannya, tak jarang Ati menjadi perantara kedua insan itu yang saling menghilang, bedanya ganti gantian.

Bapak pernah menyuruh staff, ADC, hingga Paspampres mencari keberadaan Vanessa yang pernah tidak pulang dan hilang beberapa hari, ternyata gadis itu selalu pulang ke rumah Mas.
Vanessa sudah kebal jika dimarahi Kakek karena perkata tidak bisa dihubungi.

Mungkin dua setengah bulan pertama, komunikasi mereka sangat romantis dan jauh dari pertengkaran, namun tiga setengah bulan selanjutnya, hampir sulit sekali ada momen romantis antara Mas dengan Vanessa, bahkan bisa dihitung dengan jari.

Komunikasi mereka isinya hanya perdebatan, pertengkaran dengan saling salah menyalahkan. Kalau bukan Mas yang kesal, atau Vanessa yang ngambek. Siklusnya setiap hari seperti itu, sama seperti jauh sebelum Mas jatuh cinta padanya, persis sekali seperti dulu Mas dan Vanessa hanya sebatas cucu majikan dan ajudan.

Setiap mereka sudah berjanji untuk meluangkan waktu sebentar satu sama lain, atau diantara mereka yang saling rindu dan ingin bertukar cerita, pasti ada dari salah satunya yang tidak bisa meluangkan waktu saat itu. Entah Mas yang sibuk dengan pendidikan, latihan, atau terjun langsung ke lapangan, atau jadwalnya yang tiba tiba berubah, atau Vanessa yang berjam jam di ruang operasi atau banyak pasien di UGD hingga pernah lupa janjinya dengan Mas.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now