61

2.7K 240 38
                                    

Setelah melewati persetujuan atasan, keputusan Komandan kesatuan, mengikuti prosedur administrasi, dan berbagai tes untuk melakukan pengajuan, Mas maupun Vanessa akhirnya selesai melewati semuanya dengan lancar mulai dari tes kesehatan, psikologi, fisik, hingga melakukan wawancara dengan komandan kesatuan Mas. Mereka berdua tak hentinya mengucapkan rasa syukur.

"HUAAA CAPEK POLL!!" Gadis itu yang dibaluti pakaian persit seperti lumut yang ia katakan itu berjongkok dihadapan Mas yang masih setia dengan pakaian dinas hariannya.

Mas tersenyum dan sedikit tertawa karena dari berbagai rangkaian pengajuan yang mereka lewati bersama hari ini, Vanessa sangat hebat dalam melakukannya, bahkan gadis itu menjawab pertanyaan Komandannya dengan sangat mudah seakan akan ia sangat menguasai semuanya.

Tak ada beban atau tekanan dari wajah Vanessa, gadis itu melakukannya dengan tenang dan enjoy, bahkan Komandannya saja memuji Vanessa bisa melewati rangkaian tes dengan sangat baik.

"Good job sayang. Makasih ya untuk hari ini." Mas ikut berjongkok dihadapan Vanessa dan mengelus lengan gadis itu dengan pelan. Wajah gadis itu yang sudah ia tekuk, pertanda Vanessa sangat kelaparan.

"Keren nggak aku?" Gadis itu mengatakannya sambil tersenyum manis walaupun kedua pipinya sudah merah karena lelah dan hawa udara Jakarta yang panas.

"Banget! Keren banget bu dokter ini." Puji Mas lagi, mengacak puncak kepalanya dengan pelan, sesekali Mas menahan tawanya.

"Mas kalau mau ketawa, ketawa aja! Senang banget ledek aku pake baju lumut ini." Mas langsung tertawa ketika Vanessa menyadari dirinya menahan tawa sedari awal pengajuan hingga akhir.

"Lucu banget sayang, gemesin banget, bocil gini pake baju persit." Mas berusaha menghentikan tawanya.

"Udah ih, tapi cocok nggak sih aku pake ini?" Tanya Vanessa.

"Cocok aja kok." Sahut Mas.

"Mau mam, laper." Rengek Vanessa.

"Ayo, mau mam apa?" Tanya Mas, laki laki itu mengajak Vanessa berdiri dan segera masuk ke mobil.

"All you can eat yuk?!" Ajak Vanessa histeris, karena ia sudah lama tidak makan itu.

Mas melajukan mobil meninggalkan Batalyon, sesekali ia melihat jam tangan yang melingkar ditangan kanannya. Hingga Vanessa menyadari gerak gerik Mas yang belum menjawab ajakannya.

"Nggak bisa ya?" Ada nada kekecewaan Vanessa ketika Mas seperti sedang berpikir.

"Mas 30 menit lagi harus balik ke Istana, sayang. Mau makan yang lain aja nggak?" Ajak Mas, karena kalau ingin makan All you can eat, tidak bisa dihabiskan dalam waktu setengah jam.

Ingin memprotes karena Vanessa ingin sekali makan itu, tapi lagi lagi ia harus mengerti dan menahan nafsunya itu.

Rasain hidup kelewat nikmat ini dengan tentara, Vanessa!

Dalam batinnya, Vanessa bahkan meledek dirinya sendiri.

"Yaudah mau makan apa? Ngikut aja deh." Ucap Vanessa, ia menghela napasnya sedikit kecewa.

"Bapak nyuruh makan di Istana aja, nggak papa? Tamu Bapak bentar lagi tiba sayang. Mas udah disuruh balik sekarang." Ucap Mas yang sepertinya baru mendapat pesan dari Tim Kepresidenan.

"Yaudah, kamu tadi ada bawa baju gantiku nggak?" Tanya Vanessa kepada Mas yang sibuk dengan jalanan Jakarta yang macet.

"Ada, udah disiapin Mbak Yanti tadi. Kamu cek aja coba dibelakang." Ucap Mas.

"Aku ganti dimana?"

"Di mobil aja kalau udah sampai, nanti Mas tinggalin kunci mobil ke kamu. Kalau nggak, ganti di istana." Saran Mas.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang