19

2.1K 150 11
                                    

Waktu sudah hampir menunjukkan jam 11 malam tapi Vanessa enggan beranjak dari ruang tengah. Ia melamun entah berapa lama, pikirannya hanya kosong. Tak tahu juga apa yang sedang dia pikirkan. Seharusnya, ia belajar untuk sidang skripsinya nanti, tapi gadis itu malah melakukan hal yang sia sia.

"Kamu mikirin apa, mbak?" Tiba tiba Mayted datang dengan membawa segelas coklat hangat untuknya yang biasa Vanessa buat jika dirinya kesulitan untuk tidur.

"Nanti pagi kamu susah dibangunin. Lagi ada masalah?" Tanya Mayted sekali lagi, gadis itu sepertinya enggan berbicara.

"Pak Teddy kenapa belum pulang?" Tanya Vanessa, perempuan itu malah mengalihkan pembicaraan.

"Saya nggak pulang, saya diminta nginap sama Bapak." Ujarnya, Vanessa hanya mengangguk ringan.

"Kenapa, mbak?" Mayted terus menggali dengan rasa penasaran.

"Nggak papa Pak, lagi nggak mikirin apa apa. Memang lagi ngelamun aja." Jawabnya ngasal.

"Nanti kamu kerasukan kalo bengong malam malam gini!" Sahut Mayted.

"Iih Pak Teddy jangan nakutin, nanti aku nggak bisa tidur." Vanessa merengek manja.

Mayted tertawa kecil. "Ya makanya kamu cerita, mbak. Ada apa?"

"Kepikiran aja." Vanessa menatap kosong tv didepannya, tangannya memegang gelas berisi coklat hangat yang dibikin Mayted tadi.

"Kepikiran tentang?" Mayted mendekatkan duduknya agar bisa mendengar Vanessa bercerita.

"Pak Teddy lah! Bapak kenapa waktu di Hotel Fairmont natap aku dingin banget, Pak?! Aku ada salah apa? Terus Pak Teddy kenapa nggak khawatirin aku padahal kaki aku lecet karena heels?! Terus Pak Teddy pas aku tanya aku cantik nggak kenapa nggak digubris? Aku salah apa? Pak Teddy kesal ya karena waktu itu rundownnya jadi mundur? Pak Teddy udah capek ya ngurusin aku? Makanya Pak Teddy nggak khawatirin aku!" Vanessa tak ada kasih jeda sedikitpun.

Mayted sempat tertegun. Jadi penyebab gadis ini tidak bisa tidur karena dirinya. Mayted berusaha untuk tidak mencubit pipi gadis disampingnya ini karena kelewatan lucu dan menggemaskan!

"Ya ampun mbak, saya kira kamu kenapa. Saya nggak capek ngurusin kamu. Lagian waktu itu kamu memang kelamaan, kayak siput! Saya agak pusing kalo harus potong waktu Bapak semisal ngaret. Nggak bisa sembarangan dipotong gitu aja, Mbak Vanessa. Jadwal Bapak tuh padat banget." Jelas Mayted.

"Berarti beneran marah sama aku ya?" Tanya Vanessa lesu.

"Saya nggak marah, mbak. Saya hanya mikirin cara biar waktu Bapak di schedule selanjutnya tidak terkena dampak ngaret. Jadi saya nggak bisa memikirkan apapun saat itu dan hanya fokus ke Bapak." Jelas Mayted.

"Bohong!" Celetuk Vanessa mengintimidasi Mayted.

"Beneran, mbak. Ngapain saya bohong." Ucap Mayted serius.

"Terus pas aku tanya aku cantik nggak, Pak Teddy kenapa nggak gubris?" Tanya Vanessa.

"Cantik mbak, kamu selalu cantik. Semua orang juga tahu kamu gimana pun tetap cantik mbak!" Kali ini Mayted memujinya. Daripada bocil ini semakin tantrum.

"Ihh Pak Teddy, jawab serius." Vanessa menoel lengan Mayted yang berisi otot miliknya.

"Saya takut mbak." Ucap Mayted pelan.

"Takut apasih Pak Teddy?" Tanyanya dengan nada clingynya.

"Saya takut nggak kuat liat kamu dan puji langsung kemarin soalnya kamu kelewat cantik mbak! Pangling saya!" Akhirnya Mayted memilih untuk mengakuinya.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang