74

2.6K 233 57
                                    

Sesampainya di Hambalang, Mas dan Vanessa serta kedua anaknya disambut dengan antusias oleh keluarga besar karena ini pertama kalinya Rafa dan Naira berkunjung ke Hambalang. Setelah mematikan mobilnya, Mas ikut membantu Vanessa menggendong Naira.

Kedua pasutri tersebut diperhatikan oleh beberapa Paspampres yang berjaga di luar rumah. Ada beberapa anggota yang diam diam ikut tersenyum dan ingin sekali menghampiri mereka. Namun, mereka masih berada dalam shift kerja sehingga hanya diam diam mengamati dari jauh.

Kakek yang ikut menunggu di depan pintu langsung mencium kedua cicitnya yang tengah terlelap. Kini Rafa sudah digendong oleh Nenek. Ketika mereka masuk ke dalam rumah, Nenek langsung mengambil Rafa dari Vanessa sedangkan Naira masih berada digendongan Mas.

"Aaa keponakan aku. Cantik banget sih." Ati mengelus elus pipi Naira yang bercorak merah muda itu. Namun, setelah Ati perhatikan, Naira tidak sepenuhnya kloningan Vanessa, Pak Teddy mendapat bagian juga.

"Pak, aku baru sadar. Bibir Naira mirip banget sama Pak Teddy. Bentuknya love." Semua orang juga ikut memperhatikan.

"Iya, mbak. Saya juga baru sadar dua hari yang lalu. Saya dapat bagian juga ternyata hahaha." Ucap Mas yang masih betah sekali menggendong anak perempuannya.

"Naira ayo bangun kita main." Colek Ati dengan gemas.

"Dia bahkan belum bisa merangkak, dek. Mau main apaan?" Tanya Bintang.

"Ah bacot lo!" Kesal Ati.

"Bang, saya mau coba gendong boleh?" Tanya Agung sangat ingin mencoba menggendong semenjak di rumah sakit. Tapi, ia tidak berani karena pada saat itu mereka baru lahir.

"Boleh, sini." Mas mengizinkannya. Dengan pelan pelan dan penuh hati hati, Mas menyerahkan Naira kepada Agung. Namun, baru saja Mas memindahkannya, Naira justru menangis kencang. Seakan akan ia hanya ingin digendong oleh Papanya.

"Cup cup sayang.." Sahut Mas, mau tidak mau Naira kembali ia gendong dan mencoba menenangkannya.

"Gung, kayaknya Naira nggak sudi digendong sama lo." Ledek Lino yang tidak bisa menahan tawanya. Begitu juga dengan staff Bapak yang lain.

"HAHAHAHA LUCU DAH. Komuk si Agung langsung asem banget." Rajif juga ikut meledeknya.

"Lo hanya sebutir virus bagi Naira, Gung." Nando juga menertawakannya.

"Naira udah tahu, si Agung cowok buaya. Makanya Naira nggak mau digendong lo HAHAHAHA." Tawa Deril yang semakin membuat Agung malu.

"HAHAHA GUE CAPEK BANGET KETAWAIN LO GUNG!!" Lino bahkan sudah memegang perutnya.

"Kata Naira, jangan dekat dekat denganku karena kamu bukan levelku." Lino semakin semangat meledek Agung yang sudah pusinh harus menaruh dimana mukanya sekarang.

"BRENGSEK LUCU BANGET ANJIR!!" Nando tertawa kencang.

"HAHAHAHAHA LINO ANJ GUE NGGAK KUAT!!" Deril ketawa tanpa bisa menghentikannya.

"FAK LUCU BANGET JANGAN TRAUMA DULU GUNG!" Rajif menepuk nepuk punggung Agung dalam keadaan ia juga memegang perutnya sendiri karena sudah sakit tertawa sedari tadi.

"SENENG LO SEMUA NGEROASTING GUE?!" Ucap Agung dengan kesal.

"SENENG!" Serentak mereka tanpa merasa bersalah.

"Gung, sabar ya. Hidup kalau nggak ngeroasting ya diroasting." Rizky menyemangatinya.

"Mas Agung, jangan sedih. Naira emang gitu, dia lebih nyaman digendong sama Mas. Kadang aku aja nggak berhasil tenangin Naira kalau dia rewel. Kalau Naira rewel selain kelaparan, cuma Mas yang bisa tenangin." Vanessa mencoba berpihak kepada Agung.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang