"Eh, sumpah ya orang-orang lihatin gue terus, anjir." Ucap Vanessa sambil berusaha menutupi wajahnya dengan tangan.
"Jangan-jangan udah viral kali, Nes, video lo sama Pak Teddy dari awal." Celetuk Ati yang sedang memakan dessert, cheese cake strawberry.
"Lagian ya, Mas ngapain coba ngacak-ngacak kepala gue, dia nggak takut apa ya cegilnya ngamuk?" Gerutu Vanessa kepada trio kembar.
"Kalau Pak Teddy mana takut kalau itu tentang lo. Nggak peduli juga Pak Teddy kalau cegil-cegilnya ngamuk." Celetuk Bintang setelah meneguk minumannya.
"Lagian lo kenapa takut, sih? Emang ada yang berani mau ngehujat lo apalagi ngebandingin lo sama mantannya? Yang bener aja rugi dong." Ucap Habib yang duduk di depannya.
"Heh! Lo nggak tahu cegil-cegil Mas tuh bar-bar semua, Habib Ragowo! Bahkan, kayaknya ngalahin sasaeng Haechan NCT!" Omel Vanessa.
Tiba-tiba, Ati yang tadinya sibuk dengan ponselnya, terlonjak kaget hingga beberapa orang me-notice gadis terdebut. Namun, Ati langsung bersikap normal kembali.
"FAK MEN KATA GUE! NES, LO VIRAL BENERAN!" Ati berbisik histeris, tak bisa menyembunyikan betapa shock dirinya.
Vanessa langsung merebut ponsel Ati dengan perasaan panik dan cemas. Di layar, ia melihat video yang menampilkan momen romantis yang seharusnya hanya diketahui oleh mereka berdua. Jumlah likes yang sudah mencapai lima belas ribu dan komentar yang hampir lima ratus itu membuatnya terkejut dan situasinya kini terasa semakin tidak aman. Rasa ingin kabur muncul dalam dirinya, meskipun acara silaturahmi dan buka puasa Bapak masih berlangsung lama. Ia merasa terjebak dan khawatir akan reaksi orang-orang jika mereka menyadari video itu.
"Woi, anterin gue pulang! Kalau kayak gini gue bisa mati!" Vanessa merayu Bintang atau Habib yang bisa mengantarnya pulang.
"Nes, santai ada sanken." Ucap Bintang begitu selow.
"Babi lah! Garing anjir, asli gue lagi nggak mau denger lawakan lo sekarang, Tang! Bantuin gue kabur." Desak Vanessa.
"Nes, lo baca komennya deh." Ati menyerahkan kembali ponselnya kepada Vanessa.
"Ah, nggak mau, takut gue! Pasti banyak yang ngehujat gue." Nyali Vanessa mulai ciut.
"Nggak penasaran?" Ati justru menggodanya.
Vanessa terdiam sejenak, rasa penasaran menggerogoti pikirannya. Ia ingin tahu bagaimana reaksi cegil Mayor Teddy dan apakah semua komentar itu positif atau tidak. Setelah mempertimbangkan sejenak, Vanessa memutuskan untuk mengambil kembali ponsel Ati.
Dengan napas dalam-dalam, ia membaca komentar-komenar itu satu per satu, sambil mengucapkan "Bismillah" sebagai bentuk harapan agar hasil yang ia temukan tidak terlalu menyakitkan. Meski hatinya berdebar, ia merasa perlu menghadapi situasi ini, ingin tahu apa yang orang lain katakan tentangnya.
"ANJIRLAH BENER KAN DUGAAN GUE, PASTI ADA SESUATU DI ANTARA MAS TED SAMA VANESSA"
"Eh tapi udah fix pacaran belum sih? Siapa tahu itu emang sikap Mayted yang biasa, pasti Mayted juga gitu kali ke Ati."
"Pacaran ege, gue lihat mereka romantis banget pas Vanessa wisuda kemarin."
"GAK RELA GUE WALAUPUN TUH CEWEK CUCU PAK PRABOWO!"
"Lah, dia kan mantannya temen gue, anjir si Kavi langsung malu ini mah, HAHAHAHA. Penggantinya coy.. perwira ganteng, tajir melintir lagi!"
"Jadi, yang berusaha setara siapa sih? Mayted atau Vanessa?"
"Itu gap umurnya nggak kejauhan? Vanessa 2002, kan?"

YOU ARE READING
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer!⚠️ Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Untuk readers baru, supaya nggak bingung, lebih baik baca dulu "The Qonsequences" baru ceri...