39

2.1K 220 40
                                    

Rombongan Bapak sampai di Hambalang pukul 22.00. Setelah acara Buka Bersama di Istana bersama Presiden dan jajaran Kabinet Indonesia Maju, akhirnya keempat pilar Bapak bernapas lega. Alasannya tak lain dan tak bukan adalah karena bosan. Kakeknya yang asik sendiri dengan jajaran menteri lainnya sedangkan keempat cucunya hanya menunggu sembari sesekali terus mengemil setelah iftar. Kadang Vanessa juga bolak balik ambil kue atau dessert agar dirinya tidak bosan.

Terkadang mereka berempat juga diajak ngobrol dengan beberapa menteri lainnya, apalagi Mas Bintang yang selalu diperkenalkan oleh Bapak sebagai penerusnya di dunia politik. Bapak semangat sekali memperkenalkan calon penerus pemegang partai politiknya itu.

Vanessa dan Ati juga diajak ngobrol oleh menteri kesehatan dan juga menteri perdagangan. Sedangkah Habib ia malah sengaja menjauh dari area tersebut bersama Mas Lino dan juga Mas Valdo karena Habib memang tidak ada ketertarikan sedikitpun acara seperti ini, kalau bisa ia menentang Kakeknya, sudah dari awal ia tak akan mengikuti kegiatan Kakeknya.

Menjadi cucu orang penting di Indonesia memang membuat Habib sangat tertekan karena dibanding dua adik kembarnya dan sepupu kesayangannya satu satunya itu, ia tidak suka bersosialisasi apalagi berbaur. Baginya itu sangat menguras energi.

Omong omong tentang Vanessa, semenjak obrolan tadi di TPU bersama Mas, ia dan Mas tidak ada bertegur sapa lagi, tidak ada saling mencuri pandang, dan Mas nya pun tidak menawarkan apapun saat di acara. Tidak seperti di acar bukber sebelumnya, Mas-nya akan menawarkan makanan apa yang ia inginkan, kebutuhan apa yang diperlukan, dan bertanya berkali kali apakah nyaman di acara Bapak atau tidak. Tadi laki laki itu tidak melakukannya.

Sedikit ada rasa sedih melihat Mas-nya justru mengambil giliran untuk menjauhinya sementara, mungkin karena perkataannya tadi siang di TPU, mungkin Mas-nya memang menghindarinya untuk memberinya ruang. Tapi kenapa ketika Mas-nya seperti itu kepadanya, ia sangat sesak. Padahal dirinya sendiri yang meminta agar Mas-nya tidak memaksanya dan memberinya ruang.

Selama acara tadi, Mas hanya fokus kepada Bapak. Bahkan trio kembar ia alihkan kepada ADC Bapak yang lain.

Jadi sekarang mereka saling menyakiti satu sama lain?

Selama perjalanan pulang Vanessa tak henti hentinya harus berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang. Berkali kali ia mengopek ngopek kulit kukunya hingga berdarah, sesekali ia juga merasa deg degkan dan berkeringat dingin. Entah serangan panik sedang menyerangnya atau memang ia gugup.

Bahkan sesampainya di rumah, Mas-nya tidak menghiraukannya, laki laki itu hanya terus didekat Bapak, fokus kepada Bapak, terkadang berada didekat Sekpri Bapak, atau justru setelah memastikan Kakeknya aman dan sudah istirahat di kamarnya, laki laki itu melanjutkan pekerjaannya bersama Sekpri dan ADC Bapak di ruang kerja Kakeknya.

Rasa sesak kembali menghantuinya, melihat Mas-nya yang biasanya terlalu mengkhawatirkannya, yang selalu memastikan dirinya, yang selalu takut dirinya kenapa kenapa, justru saat ini Mas tidak memperlihatkan perlakuan manisnya itu kepada Vanessa.

Vanessa menghela napas, mungkin jika memang harus sama sama menenangkan diri dan memberi ruang kepada diri sendiri, ia akan berusaha menerimanya.

"Kenapa lagi?" Tanya Ati yang menyadari sepupunya itu tidak baik baik saja.

"Belum juga baikan?" Tanyanya lagi.

Vanessa menggeleng, sepupunya itu tak sengaja masuk ke kamar Vanessa dan menyadari Vanessa tengah berada di balkon memandangi pemandangan di malam hari.

"Gue salah nggak Ti kayak gini? Gue bingung kalo jalan yang gue ambil salah." Ucap Vanessa lirih.

Ati menggeleng. "Nggak kok, lo nggak salah. Ada kalanya semua permasalahan nggak harus diselesaikan saat itu juga, ada kalanya kita sebagai manusia harus mencoba memahami, mencerna, dan memutuskan apa yang sedang terjadi. Gue tahu Nes otak lo nggak pernah berhenti untuk mencoba melakukan ketiga itu, gue tahu Nes itu pasti berat banget. Apalagi kesalahan itu justru persis seperti apa yang pernah lo rasain."

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now