26

2.3K 198 30
                                    

Setelah perjalanan hari ini yang sangat melelahkan, rombongan Bapak tiba di Hambalang. Vanessa yang sedari di pesawat tertidur hingga sampai di Hambalang ia tetap tertidur.

Mayted yang menggendongnya turun dari pesawat, laki laki itu langsung terbangun ketika ia menyadari dirinya tertidur. Ia melanjutkan sedikit pekerjaannya untuk besok di pesawat. Sedangkan Vanessa ia sangat tertidur pulas hingga Mayted harus menggendongnya dan menuruni tangga dari pesawat dengan sangat hati hati.

Namun, entah kenapa gadis itu terbangun ketika rombongan Bapak sudah masuk ke halaman rumah. Ia mengerjapkan matanya, mengumpulkan nyawanya yang entah ada dimana karena ia cukup lama termenung, setahunya ia tadi tertidur di pesawat. Berarti sudah cukup lama ia tertidur. Gadis itu melihat kesampingnya, Kakeknya tengah menelfon seseorang, sedangkan Mayted berada disamping sopir.

Kok gue satu mobil sama Kakek ya? Harusnya Mas Agung yang disini

Seperti itu batin Vanessa, ia tak bertanya langsung bahkan mengeluarkan suara sedikitpun.

"Loh mbak udah bangun?" Ucap Mayted yang menengok ke belakang, tadinya ia mau berbicara dengan Bapak, tapi laki laki itu melihat dirinya sedang bermain ponsel.

"Iya, kayaknya karena Kakek nelfon." Ucap Vanessa dengan suara pelannya.

Mayted hanya mengangguk paham. Beberapa menit setelahnya mereka sudah tiba di depan rumah. Bapak dan semua rombongannya hari ini masuk ke dalam rumah, termasuk Vanessa yang kondisinya sudah acak acakan. Rambutnya yang ia cepol asalan itu sudah berantakan, ekspresi ngantuknya masih sangat terlihat jelas dan Mayted memperhatikan itu, berkali kali Mayted memergoki Vanessa menguap pelan.

"Kasihan banget." Mayted mengelus puncak kepala gadis itu.

"Langsung masuk kamar gih, jangan lupa bersihin badannya dulu." Sahut Mayted.

"Pak Teddy kemana? Pulang ya?" Tanya Vanessa.

"Iya mbak, saya pulang." Ucap Mayted.

"Pak Teddy nginep aja, Pak Teddy lebih capek dari aku, nanti kalo ngantuk nyetir mobilnya gimana? Apalagi lewat tol, ah nggak usah lah Pak, disini aja. Aku nggak kasih izin!" Celoteh Vanessa disela sela kantuknya yang terus menyerang gadis itu.

Mayted tertawa kecil mendengar Vanessa yang masih bisa bawel padahal sudah mengantuk tak tertolong.

"Orang tua saya nunggu di rumah, mbak." Ucapnya lagi.

"Iya sehari aja, besok pagi aja Pak Teddy pulangnya ya? Ini udah jam 1 malam Pak." Vanessa memaksa.

"Saya biasanya juga pulang jam segini, Mbak Vanessa." Balasnya.

"Iih Pak Teddy!!" Rengek Vanessa, Mayted sudah hafal jurusan andalan gadis itu untuk membuatnya luluh.

"Kalo gi—" Belum Vanessa menyelesaikan kata katanya untuk mengomel kepada Mayted, ia sangat terkejut melihat Bundanya tiba tiba keluar dan turun dari lantai dua.

"Loh Bunda? Kapan nyampenya?" Fokus Vanessa teralihkan yang tadi hanya ke Mayted, kini sepertinya gadis itu justru lupa dengan Mayted karena melihat Bundanya tiba tiba disini.

"Bunda nyampe tadi siang, Nes." Ucap Bundanya.

Vanessa salah fokus dengan koper yang dipegang Bundanya itu. Ia mengernyit bingung, bukankah tadi Bundanya bilang baru nyampe siang tadi?

"Bunda ngapain nyeret koper?" Tanya Vanessa bingung, situasi membuatnya semakin bingung, rasanya otaknya, nyawanya, kesadarannya seperti tidak berada diraganya. Semua orang disana lengkap, Bapak, ketiga sepupunya, sekpri Bapak, bahkan ajudan dan adc Bapak ada disana karena semuanya masuk ke dalam rumah secara bersamaan.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now