17

2.2K 152 11
                                    

Hari ini adalah hari pertama puasa yang sudah kesekian kalinya tidak Vanessa jalani bersama kedua orang tuanya, entah itu hanya bersama Ayah atau hanya bersama Bundanya. Lagi lagi Bundanya tidak memprioritaskan dirinya, anak satu satunya ini selalu dihantui rasa kesepian, padahal Kakek dan Neneknya selalu ada disisinya.

Bahkan setiap setahun sekali Kakek selalu meminta maaf kepadanya karena anaknya (Bundanya) tidak pernah bisa meluangkan waktunya untuk pulang merayakan Ramadhan bersama. Melihat keluarga sepupunya sendiri sangat membuatnya tersiksa hingga membuat Vanessa berpikir kenapa aku nggak jadi anaknya Om Didit aja ya? Pasti aku bahagia banget.

"Om, Bunda kenapa nggak ikut Om pulang juga?" Tanya Vanessa setelah berhasil dibangunkan oleh Mas Rizky.

Keluarga Bapak memutuskan untuk melaksanakan puasa pertama di Kertanegara. Semuanya ada disini kecuali Nenek dan Bundanya. Beberapa ajudan dan sekpri Bapak tidak semuanya ada, seperti Mayted dan Mas Rajif yang setiap tahun selalu melaksanakan puasa pertama bersama keluarganya. Mas Rajif pulang ke Jambi sedangkan Mayted ke rumah Mama dan Papanya.

Di meja yang panjang itu sudah terisi penuh dengan dua belas orang. Sudah termasuk beberapa ajudan maupun adc Bapak yang beragama Islam yang ikut menjalankan ibadah puasa.

Pertanyaan itu langsung saja dilontarkan Vanessa setelah dibangunkan Mas Rizky, bahkan belum sampai duduk di depan meja makan, Vanessa sudah menanyakan itu kepada Om nya.

Rizky yang berdiri dibelakangnya langsung saling melempar pandangan dengan Agung, dan tiba tiba suasana meja makan itu menjadi sedikit mencekam.

"Bunda kamu nggak bisa lepasin kerjaannya, mbak. Ada beberapa brand yang kerjasama sama Bunda kamu dan harus diselesaikan tepat waktu." Jawab Mas Didit.

"Tapi Om aja bisa izin, kenapa Bunda nggak?" Vanessa masih terus bertanya dengan penampilan wajahnya khas bangun tidur. Bahkan ia tak sempat menyisir rambutnya karena ingin sekali menanyakan hal itu langsung secepatnya. Alasan apalagi Bundanya kali ini hingga sudah tahun kelima tidak pulang di awal puasa. Selalu pulang mendekati lebaran, itu pun Kakek harus memohon mohon ke anaknya karena kasihan melihat cucunya.

"Mbak Vanessa.." Panggil Mas Didit lembut, ia takut sekali menyakiti keponakan satu satunya ini.

"Udah Om nggak usah dilanjut. Aku nggak penasaran." Vanessa menuangkan air putih ke gelasnya dan meminumnya.

"Mbak Vanessa.. Maafin Kakek ya?" Hanya itu yang bisa Bapak katakan.

"Kakek nggak usah minta maaf, Kakek emang ada salah sama aku? Jangan minta maaf terus ke aku setiap tahun ya? Aku nggak suka." Ucap Vanessa berusaha menahan air matanya tidak jatuh. Ati yang duduk tepat disebelahnya hanya memegang punggung tangan sepupunya itu untuk menguatkan.

Vanessa tertawa kecil, berada ditengah keluarga sepupunya yang utuh ini ia sempat merasa seperti anak pungut. Akhirnya, semua kembali sibuk dengan makanan di depannya. Para ajudan/adc Bapak yang sempat terhenti makannya karena hal tadi pelan pelan melanjutkan kembali.

Harusnya Vanessa tidak perlu menanyakan itu kepada Om nya. Bahkan untuk datang ke sidang skripsi dan wisudanya saja Bundanya tidak bisa datang, apalagi hal seperti ini? Vanessa mengerti dan paham alasan Bundanya jarang pulang, bahkan setahun itu hanya 1-2 kali. Sejarang itu, padahal duitnya banyak, tapi untuk melihat anak semata wayangnya saja tidak bisa. Ia tahu dan ia pernah dengar kalo Bundanya setiap mengunjungi Indonesia, Bundanya trauma dan merasa sedih sekali, Bundanya juga terus merasa bersalah jika melihat anak semata wayangnya tersiksa akibat keretakan hubungannya dengan Ayahnya itu.

Tapi, sejujurnya Vanessa tidak masalah, sungguh. Ia hanya rindu dengan perhatian dan kasih sayang Bundanya. Ia hanya rindu kehadiran Bundanya, tapi Bundanya tidak mengerti itu.

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now