29

2.7K 197 20
                                    

"Jadi kemarin kalian kemana saja?" Tanya Bapak kepada keempat cucunya di ruang kerjanya pagi ini. Setelah sahur dan Sholat Subuh, Bapak meminta Rizky untuk memanggil keempat cucunya.

"Kemarin kemana aja ya kita guys?" Vanessa pura pura lupa.

"Lo beli baju Nes, nggak inget lo borong banyak di PIM?" Tanya Bintang.

"Oiya ya hahaha lupa." Vanessa tertawa.

Bapak hanya menghela napas melihat tingkah keempat cucunya yang diluar nalarnya. Mungkin ini bukan sekali dua kalinya keempat cucu Bapak mendapatkan sidak dari Bapak yang disaksikan oleh sekpri/ajudannya. Lagi dan lagi Mayted, Rajif, Agung, Rizky, Nando, Deril, dan Lino tengah melakukan sesuatu di ruangan kerja Bapak yang sangat luas.

"Jawab yang jujur!" Bapak sudah sedikit meninggi suaranya.

"Kalo memang ke PIM bawa bukti kamu ngeborong baju kesini Vanessa Jasmine Aurora Djojohadikusumo!" Perintah Bapak mutlak.

"T—tap—" Vanessa belum menyelesaikan kata katanya, Habib sudah memotongnya.

"Maafin Habib, Kek. Kita ke Bandung kemarin dan itu Vanessa nggak salah. Memang ajakan aku, Bintang, dan Ati karena mau menghibur Vanessa setelah kejadian itu Kakek." Habib mengakuinya.

Semua ajudan/sekpri Bapak tidak ada yang berani bersuara termasuk Mayted sendiri. Lagian mereka juga tidak bisa membela keempat pilar itu, mereka saja dimarahi kemarin.

"Kakek nggak pernah melarang kalian kemana pun ya, anak anak. Pergi lah tapi harus dikawal, posisi kalian itu cucu Kakek, cucu Menhan RI, cucu Presiden terpilih, dan semua orang tahu itu. Kalian semua itu pintar dan cerdas, tapi hal seperti itu saja apakah kalian tidak bisamengerti dan paham akan semua konsekuensi dan kemungkinan hal fatal terjadi?! Kalian ini mau Kakek mati secepatnya karena khawatirin kalian?" Hardik Bapak.

"Terutama kamu Vanessa!" Bapak menunjuk Vanessa. Gadis itu langsung tersontak kaget.

Vanessa terdiam dan menunduk, memainkan kukunya takut. Jantungnya berdetak semakin cepat, kali ini ia pasti kena samsak Kakeknya, kali ini mungkin akan menjadi pertama kalinya ia dimarahi.

"Kamu itu sudah banyak dikenal orang, kamu nggak lupa sama status sosial lain yang kamu punya? Lupa sama kejadian sebelumnya? Lupa sama fans kamu yang terlalu fanatik? Kakek nggak pernah marah ya sama kamu, dibanding Mas Habib, Mas Bintang, dan Mbak Ati kamu nyaris nggak pernah Kakek marahi. Ini kamu sudah kelewatan Vanessa. Jangan betingkah kayak anak 17 tahun! Malu sama umur udah berkepala dua!" Kata Bapak yang berbicara dari kursi kebesarannya.

"I—iyaa maafin Vanessa." Hanya itu yang bisa Vanessa keluarkan dari mulutnya.

Semua ajudan/sekpri Bapak hanya saling memandang satu sama lain, tak menyangka pada akhirnya Bapak yang selama ini menjaga Vanessa dan tak pernah memarahi gadis itu, kini untuk pertama kalinya terjadi. Sepertinya keempat pilar Bapak akan habis hari ini.

"Kalo kalian kenapa kenapa di Bandung gimana? Beruntung tidak terjadi apa apa, seandainya sesuatu terjadi gimana? Kalian ini lupa atau bagaimana sama kejadian ajudan Kakek sebelumnya?! Dan kamu Habib! Kakek dengar Mas Bintang dan Mbak Ati yang nyetir. Kamu membiarkan adik kembar perempuan kamu menyetir malam malam? Di tol?!" Tanya Kakek tegas.

"Kakek itu kemauan aku, bukan disuruh sama Mas Habib. Kakek jangan nyalahin kakak." Ati maju membela kakak kembarnya.

"Kamu tahu kan selagi ada mas-mas kamu, Kakek tidak mengizinkan kamu menyetir, Mbak Atizanesya?" Ucap Kakeknya, nyali Ati kembali menciut.

"Maafin Habib, Kakek. Semuanya salah Habib." Habib sudah tak berdaya lagi menentang Kakeknya.

"Jangan kalian kira Mayor Teddy tidak menanggung akibat dari kesalahan kalian ya. Jangan kalian kira Rajif dan Agung tidak Kakek marahi. Mereka semua Kakek marahi kemarin, termasuk Lino dan Deril yang seharusnya mengawal kalian kemarin! Kalian semua itu tanggung jawabnya Mayor Teddy, kalo kalian salah, bukan kalian yang Kakek tegur atau marahi dulu, tapi Mayor Teddy, paham? Semua prioritas keselamatan kalian itu ada di dia, jadi jangan main main dan jangan nyusahin ajudan Kakek." Ucap Bapak dengan aura Militernya tersebut, mereka bak disidang Militer pagi ini.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang