35

2.1K 179 22
                                    

Sudah tiga minggu Vanessa melewati stase forensik, dimana ia masih harus melewati dua minggu lagi untuk menyelesaikannya. Ia berharap nilainya di stase pertamanya yang sangat menguncang emosi dan jiwanya mendapatkan nilai yang bagus. Apalagi ia juga sudah diberitahu untuk stase setelah forensik adalah stase bedah. GOD! kenapa dirinya mendapatkan stase terberat diawal koasnya?

Jadi ini ya kata kata orang semoga tetap waras di dunia koas. Faktanya baru saja tiga minggu ia lewati sebagai dokter koas stase forensik, rasanya ia mau lari dan pulang ke rumah. Melupakan pendidikannya dan ingin bangun siang sampai Mas-nya itu akan mengomel sampai mereka berdua berakhir bertengkar.

"Kangen mas." Lirihnya disaat bersamaan ia hanya melihat isi chat terakhir dirinya dengan Mayted.

Sepuluh jam yang lalu laki laki itu mengechatnya, bertanya apakah sudah bangun sahur atau justru malah melewatinya? Gadis itu tidak membalasnya, ia juga baru memegang ponselnya setelah tadi ada kedatangan jenazah baru dan ia melanjutkan laporan stase forensiknya.

Badannya pegal pegal, ia belum mandi bahkan lupa kapam terakhir melakukannya. Justru ia langsung masuk ke kamar koas dan mengambil ponselnya dari kantong baju khusus dokter.

Sudah jam 18.00, sebentar lagi berbuka. Ia tadinya mau mengirim Mayted pesan, tapi ketika ia melihat tv di lobby rumah sakit, media kompas menayangkan acara live Kakeknya yang menghadiri buka bersama dengan Presiden ke-6 beserta jajaran Partai Demokrat.

Ia juga melihat Mas-nya menyempil dan menjaga Kakeknya seperti biasa. Laki laki itu seperti mengenai baju koko dan peci berwarna hitam. Lucu sekali jika dilihatnya. Wajah lelah Mas-nya itu masih terlihat dan ia menyadari jika Mayted sangat menghindari kamera.

Vanessa mengerti hal itu, beberapa waktu yang lalu Mas-nya itu cerita kalo dirinya mulai risih dan akan berusaha untuk menghindari kamera sebisa mungkin, dan itu beneran dilakukannya. Ketika Kakek ditanyai oleh wartawan, justru Mas-nya itu menghadap kebelakang.

Sembari rebahan di kamar, ia mengambil ponselnya, mengirim pesan beruntun kepada Mas-nya. Entah akan dibalas cepat atau tidak, ia ingin bercerita sedikit kepada Mayted sebelum ada panggilan yang akan merebut waktu luangnya. Selagi ada waktu luang, ia akan mengabari Mas-nya.

 Selagi ada waktu luang, ia akan mengabari Mas-nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now