63

2.7K 271 36
                                    

"MASS!!"

"Yah, kamu udah siap siap?"

Perempuan yang kini berlari lari kecil itu sudah berstatus menjadi seorang istri, tengah berlari lari masuk ke dalam rumah dan mencari suaminya. Melihat Mas yang sudah siap dengan pakaian dinas hariannya sontak membuatnya mengerecutkan bibirnya.

"Sayang, itu rambut kamu nggak disisir apa gimana?" Mas menghampiri istrinya itu yang masih setia dengan seragam operasinya. Laki laki itu merapikan rambut Vanessa yang sangat acak acakan.

"Padahal aku udah ngebut bawa mobil biar bisa bantuin kamu sebelum berangkat kerja." Terdengar suara Vanessa yang sangat menyesal keluar dari mulutnya.

"Ngebut?" Tanya Mas kaget.

"En-enggak sih, standar." Vanessa gelagapan.

"Mas maaf ya aku nggak pulang semalam, baru selesai operasi sejam yang lalu." Vanessa sangat merasa bersalah membiarkan Mas tidur dan mempersiapkan kebutuhannya sendiri.

"Nggak papa sayang." Ucap Mas yang sudah selesai menyisir rambut Vanessa yang tadinya sangat berantakan.

"Harusnya aku yang ngurusin kamu, ini kenapa jadi kamu yang ngurusin aku ya?" Tanya Vanessa ketika menyadari Mas sibuk menyisir rambut panjangnya.

"Istri Mas super sibuk dibanding Mas, sampai nggak ada waktu untuk ngurus rambutnya sendiri." Ucap Mas dengan lembut.

"Lagian, Mas pernah bilang kan? Waktu Mas ngobatin tangan kamu, Mas yang akan ngurus kamu karena Mas bisa ngurus diri sendiri." Lanjut Mas.

"Iya tetap aja aku sebagai istri punya kewajiban penuh untuk ngurus kamu. Nih, harusnya aku yang masangin printilan dan atribut di baju kamu." Vanessa menunjuk lencana, brevet, dan masih banyak lagi yang menempel di baju milik suaminya sendiri.

"Pengen banget ya masang ini?" Tanya Mas yang dijawab anggukan oleh Vanessa.

"Hal kecil yang seharusnya aku kerjain." Jawab Vanessa pelan.

"Nih kalau sekarang masangin baret Mas dulu nggak papa kan?" Mas memberi baret merahnya kepada Vanessa.

Vanessa sangat antusias mengambilnya, laki laki itu duduk di kursi meja makan agar tinggi badannya bisa sejajar dengan Vanessa yang tingginya hanya sebatas dibawah bahunya. Mas mengalungkan kedua tangannya dipinggang istrinya yang sedang sibuk memakaikan baret merah ke kepalanya.

"Udah nih." Ucap Vanessa yang diakhiri dengan senyumannya.

"Makasih ya istri sayang." Mas mencium labium istrinya dengan singkat.

Vanessa yang mendapat kecupan tiba tiba dari Mas langsung tersontak kaget hingga membuatnya sedikit mundur.

"Kebiasaan, kasih aba aba dong." Ucap Vanessa dengan salah tingkahnya.

"Kebiasaan yang akan menjadi rutinitas sayang." Ucap Mas yang sudah menggoda istrinya pagi pagi.

"Hari ini kamu nemenin Kakek kemana?" Tanya Vanessa yang sudah mulai mempersiapkan sarapan untuk suaminya.

"Pangkal pinang sayang dan terakhir ke Surabaya." Mas mengekori Vanessa yang sedang sibuk memasak telor mentega untuknya, aroma tubuh Mas masuk ke indra penciumannya, laki laki itu memeluk Vanessa dari belakang dan berkali kali mencium leher Vanessa hingga perempuan itu jadi tidak fokus dengan kerjaannya.

"Mas please stop dulu?! Aku lagi masak telor ini, mau sandwich nggak?" Ucap Vanessa yang berusaha mendorong Mas untuk mundur dan sedikit menjauh.

"Nggak mau berhenti." Tolak Mas, justru kali ini laki laki itu memeluk pinggang Vanessa dan menempelkan dagunya di bahu istrinya.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang