50

2.2K 217 30
                                    

"Mas, aku mau nanya deh. Sebenernya nggak penting sih tapi aku penasaran dari sudut pandang kamu sebagai laki laki aja." Gadis itu tengah duduk selonjoran di depan kolam renang, tepatnya di hotel yang dekat dengan lokasi IKN, besok Kakek dan Mas Gibran akan dilantik sebagai Presiden ke-8 dan mereka semua saat ini beristirahat setelah melakukan banyak kegiatan dan kesibukan hari ini untuk persiapan besok. Cukup deg degkan dan sangat takut, entah apa yang ditakuti, karena besok bisa dibilang pelantikan yang cukup sakral.

"Nanya apa mbak sayang?" Tanya Mas-nya yang kini memberikan segelas susu coklat kepada gadisnya itu.

Sebenarnya mereka sudah disuruh istirahat oleh Bapak dan kedua orang tua Vanessa, tapi mereka berdua memutuskan untuk diam diam kabur menikmati quality time sebelum waktu mereka kian sedikit dan sulit untuk bertemu apalagi sekedar bertukar cerita.

"Aku punya temen, cantik banget mas. Di kampus selalu jadi incaran juga, namaya Mayzida. Lumayan dekat sih tapi karena di beberapa blok terakhir aku jarang banget sama dia, jadi yaudah jarang juga untuk pergi main bareng." Cerita gadis itu, dan Mas-nya mendengarkan cerita Vanessa dengan sangat serius.

"Kenapa sama teman kamu yang namanya Mayzida itu?" Tanya Mas dengan penasaran.

"Dulu dia punya pacar, baik banget mas. Pokoknya kalau bahasa Gen Z nya itu laki laki green flag. Bisa dibilang 1:100 deh dapat cowok kayak dia. Namanya tuh Alvaro. Kayaknya celah untuk nyari kekurangannya atau keburukannya itu susah banget. Aku saksi hubungan mereka yang semulus itu. Bahkan mas si Mayzida yang agak red flag sedikit. Bukan red flag sih, lebih ke cuek dan gengsi banget, berbanding terbalik sama Alvaro. Intinya Mayzida itu Alpha Women banget, kayak Mbak Ati. Mungkin kalau dikhianti pun, dia bakal baik baik aja karena tipikal perempuan yang sangat mengutamakan logika." Lanjut gadis itu.

Mas masih terus menatap gadisnya yang asik bercerita kepadanya. Ini yang Mayted suka dan selalu menunggu jika Vanessa punya bahan cerita, karena ketika gadis itu bercerita, ia menemukan sisi lain yang menarik dari gadisnya itu dan hal tersebut yang membuat Mayted terpikat dan semakin jatuh hati.

"Hubungan mereka ya bisa dibilang cukup lama, 2 tahun kayaknya. Sebelumnya Alvaro ini sakit mas, dulu dia kena kanker getah bening. Sempat sembuh satu tahun dan bebas dari kankernya, tapi satu tahun setelah itu dia kena kanker leukimia, kayaknya karena dari kanker getah bening itu. Di ilmu medis, walaupun sel kanker sudah hilang, masih ada presentasi bakal tumbuh lagi."

"Kayaknya mas tahu deh, mas pernah anterin kamu ke Rumah Sakit Kanker Dharmais yang di Grogol kan?" Tebak mas setelah laki laki itu mencoba untuk mengingat hal itu.

Vanessa mengangguk."Iya, itu aku jenguk Alvaro mas, saat itu memang udah separah itu, karena Alvaro udah masuk ruangan RIIM. Jadi emang hanya dokter aja yang boleh masuk kesana, karena harus steril banget, bahkan orang tuanya aja harus nunggu diluar mas."

Mas terus mendengar gadis itu bercerita sambil menatap gadisnya dengan lekat.

"Beberapa hari sebelum ujian blok, Alvaro meninggal dan Mayzida sehancur itu mas karena dia yakin banget Alvaro bisa sehat dan menjalani kehidupan normal, karena saat itu stadium satu. Banyak harapan bisa sembuh, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain." Kata Vanessa dengan nada yang sedikit tidak enak didengar karena gadis itu menceritakan hal yang pilu.

"Aku nggak sanggup banget karena Mayzida hancur sehancur hancurnya, aku lihat semuanya hari itu gimana Mayzida hopeless banget sama kehidupannya, karena memang dunia temen aku itu cuma tentang Alvaro. Kemana mana berdua, belajar blok berdua, belajar osce berdua, pokoknya 24/7 always together."

"Aku saksi dimana tiga bulan terakhir, Mayzida nggak ada harapan untuk hidup. Nggak niat kuliah, nilai ujian hancur, setiap hari datang ke kampus dengan tangisan, mata merah, mata bengkak, setiap dosen ngajar di kelas nangis, setiap diajak bicara nggak pernah nyahut, bahkan lagi jalan atau nulis aja dia nangis mas. She's lost her human diary and soulmate. Setiap hari pulang kampus selalu ke makam Alvaro dan nangis sampai malam. Aku beneran sakit melihat teman aku seputus asa itu. Dia bener bener ditinggal selamanya tanpa pamit, tanpa aba aba, dan tanpa persiapan. Dia harus terima itu dengan paksaan tanpa dunia kasih dia waktu untuk mengerti dan menerima."

He Fell First and She Never Fell?Where stories live. Discover now