Pak Rizal

187 3 0
                                    

"Kesempatan ada bukan untuk disia-siakan. Mencoba tidak salah, selama itu adalah seputar mencoba yang baik"

~~~~~~~~

Aku dan Sesa mempercepat langkah menuju ruang OSIS. Hari ini akan ada acara wawancara kandidat anggota inti.

"Ini form penilaian calon ketua, sekretaris, bendahara. Mohon nanti dibagikan ke seluruh anggota. Nindya aku tugaskan untuk memberikan sosialisasi pengisian. Belajar menggantikan posisiku dan Sesa kalau kami sudah lengser jabatan" kataku

"siap ibu negara" jawabnya bersemangat.

Aku mengatakan seperti itu karena memang sebentar lagi aku dan Sesa purna tugas.

Oh, adek kelasku ini memanggilku ibu negara.

Semenjak aku dikenal dekat dan sangat mendalami peranku sebagai sekretaris profesional ke dua sekaligus asisten ketua umumku, Valdo. Anak-anak anggota lain biasa memanggilnya Pak Ketua Negara. Jadi, aku seakan akan sebagai ibu Negaranya. Baiklah, suatu kehormatan tersendiri dapat menjadi tangan kanan Pak Ketua Negara.

🍁

Sore ini kami mulai dari seleksi bendahara, sekretaris, dan ketua. Proses wawancara ini dilaksanakan dihadapan kandidat-kandidat calon anggota lain. Kami akan memilih 9 dari 20 calon yang memiliki visi misi masing-masing. Ruangan aula ini cukup terasa tegang. Kami sebagai pewawancara mencoba mencairkan suasana dengan menyuruh salah satu kandidat menyanyi. Rupanya dia pernah memenangkan konser pencarian bakat dengan suara merdunya.

"oke, semoga kalian dapat mewujudkan visi misi kalian. Bagi siapapun yang terpilih nanti, jadilah pemimpin yang baik, apapun dan bagaimanapun kondisinya, dalam posisi yang sebagaimana rumitnya. Bagi yang belum bisa menduduki jabatan 9 inti ini jangan berkecil hati. Kalian jelas sudah menjadi anggota di bagian yang tidak kalah pentingnya dalam organisasi ini. Selamat berjuang membawa citra yang baik untuk sekolah. Terimakasih untuk partisipasinya, semoga selamat sampai rumah, dan selamat sore" Kata Valdo bijak menutup acara wawancara seleksi anggota inti sore ini.

"Aisa, segera selesaikan laporan pertanggungjawaban tahunan. Sesuaikan dengan tabulasi program kerja baik yang sudah terlaksana ataupun belum. Sesa nanti akan aku tugaskan menyusun laporan pertanggungjawaban seleksi anggota barunya" Valdo mengomando

"Sedang dalam proses pengerjaan, bapak"

Aku ingat aku harus segera menyelesaikan rekapan pertanggungjawabanku. Tugas ini memang tidak ringan. Aku harus menyelesaikan tanggunganku sebelum aku enyah dari sekolah ini. Aku bahkan mau tak mau harus membawa sebagian berkas laporan ke rumah. Meskipun saat ini aku sudah mulai sibuk dengan segala rangkaian ujianku. Dari yang simulasi ujian nasional, ujian kompetensi analis, ujian internasional juga.

new chat
From: Pak Rizal
Sa, besok temui bapak jam istirahat pertama. Bapak tunggu di ruang bapak.

Pak Rizal, guru yang aku bilang terklimaks matang yang super kece. Apa aku pernah ketahuan mencontek ya? atau apa ada yang salah denganku?

To: Pak Rizal
Baik bapak. Besok istirahat pertama saya ke ruangan bapak.

Aku sedang dalam perjalanan pulang. Bosan sekali rasanya aku selalu menyetrika jalan ini. Aku memilih jalur lain, cukup memutar sih tapi ini untuk menghilangkan rasa jenuh yang sedang menyelimutiku.

🍁

"duduk, Sa. Bapak mau bicara" suasana serius menguasai ruangan yang hanya diisi aku dan Pak Rizal.

Aku mencoba relaks menatap wajah guru terklimaks matang ini.

Astaga maafkan saya, pak! Tapi ketampanan bapak memang bisa menghipnotis siapapun yang menatap bapak.

"Maaf, pak Rizal. Ada apa ya, pak?" Tanyaku pelan.

Pak Rizal tersenyum melihatku.

Tunggu! Apa ada yang salah denganku?

Aku semakin bingung dibuat beliau. Ada apa ini? Aku belum mengerti.

"Sa, apakah bukan suatu kebanggaan kalau kamu bisa melanjutkan studymu ke luar negeri?"

Luar negeri? Kataku sempat kaget mendengar pak Rizal akan mengatakan hal seperti ini.

"Bapak kira kamu bisa mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa di luar negeri, Sa. Ini, universitas ternama di Australia. Di Melbourne lebih tepatnya. Di sini kamu hanya perlu mengumpulkan berkas sesuai syarat, kalau lolos seleksi akan di tes tertulis dalam bahasa inggris, selanjutnya kalau memang lolos lagi akan dihadapkan wawancara. Untuk biaya sekolah akan ditanggung seluruhnya dengan beasiswa fully funded selama kamu menempuh study. Bapak rasa bahasa inggris kamu cukup fasih. Apa kamu tidak tertarik mencobanya? Kesempatan ke luar negeri sudah di depan mata, Sa"

Aku masih tercengang. Tidak percaya. Apa aku memang pantas mengikuti seleksinya? Guruku sendiri yang mengatakannya padaku bahwa aku dinilai capable untuk itu. Sedangkan, bahasa inggrisku ini tidak sefaseh yang ada dipikiran pak Rizal, menurutku.

Tunggu, aku masih cukup kaget dengan berita seperti ini. Sepertinya akan aku mulai pikirkan nanti. Karena tidak mungkin juga aku membuat keputusan saat ini.

🍁

Adzan maghrib menggema. Seusai sholat aku menyempatkan membaca surat Al-Waqi'ah. Aku menutup mushafku, mendekati mamah dan bapak. Aku menceritakan semua yang tadi aku dengar dari pak Rizal. Sembari menyodorkan brosur yang bersangkutan.

"Australia nduk? Apa yang buat kamu yakin mau meneruskan study ke luar negeri nduk?"

"iya, Pak. Setau Aisa memang banyak mahasiswa dari Indonesia yang melanjutkan study S1 ataupun D3 di sana. Australia adalah salah satu negara berbasis pendidikan yang sangat maju. Selain itu juga dekat dengan Indonesia dan beasiswa yang diberikan tergolong besar. Sudah termasuk tiket pulang pergi ke Indonesia kalau ada libur dari universitas"

"Apa ada teman yang mendaftar mbak?" Mamah bertanya

"Setau Aisa baru Aisa mah yang dikasih info pak Rizal"

pembicaraan kami semakin menarik membahas aneka macam kemungkinan-kemungkinan yang belum pasti.

Kadang aku memang iseng menulis diselipan lembar bukuku apakah aku dapat melanjutkan sekolahku ke luar negeri? Dan, apakah ini jalannya? Pikiranku rasanya masih cetek dan sangat dangkal untuk membahas bagaimana aku akan hidup di distrik yang bukan tanah kelahiranku. Apakah aku akan mampu hidup jauh dari keluargaku. Apakah secara finansial juga akan tercukupi kebutuhanku di negeri sana ? Apakah aku akan menjadi bergaya layaknya orang manca karena harus menyesuaikan iklim? Apakah aku bisa untuk sekedar berkomunikasi dengan mereka? Apakah apakah apakah yang lain yang membuatku runyam.

Dan apakah yang paling penting sebelumnya? Apakah aku mampu lolos seleksi? Karena aku rasa hal ini berat sekali.

Aaah, pusing sekali kepalaku. Aku belum punya informasi yang cukup atas itu.

new chat
From: Cesar
Good night tuan putri cantik. Sepertinya sibuk sekali seharian ini. Selamat istirahat, sweety.

Ah, ya. Manisnya pacarku ini. Padahal aku sudah berkata padanya tidak usah terlalu lebay menebus kesibukannya bulan-bulan lalu. Aku sudah jelas memaafkannya.

Sepertinya dia juga sudah belajar tentang apa itu romantis.

Apa jadinya ya kalau aku bilang ke Cesar aku punya cita-cita melanjutkan study ke luar negeri? Ini memang cita-citaku sejak dulu.

You Are My TreasureWhere stories live. Discover now