Pengakuan

85 5 0
                                    

"Kau tidak akan bisa memaksakan perasaanmu sekalipun kau ingin"

~~~~~~~~

Sam membawaku ke taman Yarra. Sudut favoritku. Dimana aku bisa mendengar gemericik air mancur dan beberapa gerombol bunga-bungaan indah. Tetap indah walaupun cahayanya sedikit remang. Langit sungguh cerah hari ini. Banyak bintang dan bulan penuh di sana membuat menjadi tambah indah. Sayang, kami belum sempat mandi, jadi agak gerah. Apalagi aku masih berpakaian seperti ini.

"Kau kenapa tampak gelisah, Sa?" Sam mulai menanyakan kondisiku.

"Sam, aku gerah sekali. Aku tidak membawa ganti. Badanku rasanya lengket. Kau ini bukannya membawaku pulang malah aku diculik ke sini" kataku jujur yang disambut dengan senyum Sam.

"Maafkan aku, cantik. Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua denganmu" jawabnya

"Tidak seperti ini, masih ada besok dan besok besok besoknya lagi. Aku masih semingguan di sini Sam"

"Maafkan aku yang egois ini, ya. Boleh aku memelukmu?"

"Untuk?"

"Aku benar-benar merindukanmu, Sa"

"Mana ada seperti itu. Kau ini sangat aneh. Hampir setiap hari kita juga bertemu"

Tidak menjawab, Sam langsung begitu saja memelukku. Tentu saja aku menggeliat dipelukannya. Aku mencoba melepaskan diri dari Sam.

"Sam, tolong aku. Lepaskan aku. Kau jangan begini"

Sam seakan tidak mendengarkanku dan malah mengeratkan pelukannya. Tunggu, aku mendengar isakan pelan Sam. Apa Sam menangis?

"Sam, aku mohon Sam. Bisa tolong lepaskan aku? Apa kau menangis? Aku tidak bisa melihatmu"

"Biarkan seperti, sejenak. Ku mohon, Aisa. Sebentar saja"

Aku diam. Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memohon pada Sam pun percuma. Dia belum mau melepaskan pelukannya. Aku sungguh tidak nyaman saat ini. Lagi, aku mencoba melepas pelukan Sam. Yang ada, Sam makin menarikku lebih dalam dan semakin terisak. Tapi Sam tidak mengatakan apapun. Kepalanya menyender di atas kepalaku, aku bisa merasakannya.

Beberapa waktu kemudian Sam baru mulai mengendurkan pelukannya. Aku mulai bisa melihatnya yang menghapus sisa air matanya.

Jadi Sam tadi benar-benar menangis.

"Kau marah?" Tanyanya

Sebenarnya aku berniat ingin marah. Melihat kondisi Sam yang tampak kacau, aku mengurungkan niatku. Anggaplah begini-begini aku punya empati pada orang lain.

"Sam, ada apa denganmu?" Tanyaku serbu.

"Kau marah, Aisa? Kau berhak marah padaku. Katakan aku ini memang egois" jawabnya seperti telah berdosa atas kelakuannya barusan padaku

"Biasanya kau akan memukulku kan? Atau menjiwitku? Atau menimpukku dengan tasmu? Lakukan"

Aku semakin bingung dengan Sam. Pikiranku malah menjadi was-was.

"Sam, kau baik-baik saja? Aku tidak mau melihatmu seperti ini. Ceritakan padaku apa yang terjadi denganmu, Sam? Jangan membuatku takut"

"Aku merindukanmu, Aisa. Aku hanya ingin dirimu untuk kupeluk sejenak. Jangan takut. Aku tidak akan berbuat macam-macam"

Sam benar-benar aneh. Ini seperti bukan Sam. Sam selalu jahil padaku. Sekarang melihat dia yang seperti ini seperti ada sesuatu yang tidak beres dengan Sam.

"Baiklah kalau kau takut denganku, ayo kita pulang" katanya.

Aku masih diam ditempatku. Sam tadi memelukku, menangis, dan tidak mau berkata apapun. Sekarang dia mengajak pulang. Kali ini Sam menarik tanganku pelan untuk berjalan ke mobil.

You Are My TreasureWhere stories live. Discover now