Bertengkar atau mengalah?

113 6 0
                                    

"Aku mungkin takut kehilanganmu. Tak serta merta, aku juga takut kau semakin membenciku karena egoku"
~~~~~~~~

Sam pov

Suara laki-laki menyebut namaku ketika aku sedang memeluk Aisa, menumpahkan segala kerinduanku.

Jadi dia Cesar? Kekasih gadis yang barusan ku peluk tadi? Kami memang belum sempat bertemu sebelumnya. Dan ini pertemuan pertama kami.

"Jadi benar, Aisa sempat mengatakan kau mencintainya?" Tanyanya santai mengarah ke meja kami.

"Aku memang mencintainya, sejak aku mengenalnya" jawabku sangat jujur. Tidak peduli tentang siapa yang sedang kuhadapi sekarang.

"Aisa memang gadis yang menarik bukan?" Tanyanya lagi. Alih-alih marah, dia malah duduk di sebelahku. Sekarang apa? Aku tetap akan berusaha menjawab untuk mempertahankan perasaanku.

"Aisa sangat pintar mencuri hatiku. Aku bahkan berniat ingin merebutnya darimu" lagi, aku mengatakan kejujuran dengan sengit memandangnya. Kupikir setelah itu dia akan menonjokku begitu tahu gadisnya sedang aku rebutkan.

"Iya Sam, aku sudah mengetahuinya. Aisa pernah menceritakan itu. Cintamu tulus sekali. Aku mendengar kau sampai merindukannya setahun terakhir ini? Sampai tadi mendapatkan obatnya sebelum aku melangkah ke sini? Maafkan aku mengganggu waktu kalian Sam" katanya.

Skak!

Apa? Apa aku tidak salah mendengar? Laki-laki mana yang rela gadisnya dipeluk orang lain, dan malah dia yang meminta maaf? Merasa telah bersalah karena menggangguku aku yang sedang terisak melepas rindu kepada gadisnya. Dia ini seberarnya apa?

Pelan-pelan dia mengajakku bicara mencoba menciptakan suasana yang lebih akrab. Aku sempat mengira dia akan menghajarku habis-habisan setelah ini. Tapi nyatanya, dia terus mengulikku dan Aisa. Tentang apa saja yang pernah kami lalui, dan tentang sejauh mana emmm- perasaanku kepada Aisa.

Sesekali malah dia tersenyum mendengar cerita yang kubuat manis. Sesekali juga dia tertawa karena kami saling membully kenyataan tentang Aisa, walaupun memang kenyataan itu benar. Seperti ceroboh, kekanakan, dan hobi makannya yang menjadikan dia galak minta ampun saat kelaparan.

Kenapa? Kenapa dia bahkan tidak marah dan malah mengajakku cerita terus? Sampai Aisa seakan ingin menjelaskan tapi dilarang olehnya.

Akhirnya, lama berbincang, dia pamit terlebih dulu. Aneh, ini aneh. Cesar malah menyuruh Aisa untuk tetap tinggal denganku. Dia sangat lembut menolak permintaan Aisa yang ingin pulang bersamanya.

Apa Cesar benar mau melepaskan Aisa untukku? Aku sudah mengatakan semua kebenaran tentang perasaanku.

Sekarang, Aisa menatap nanar kepergian Cesar didepan matanya. Gadisku, seperti kehilangan sesuatu yang sangat besar. Aku tahu matanya berkaca-kaca.

"Aisa.." kataku menyapanya

"Ya?" Dia menolehku

"Ayo kuantar pulang. Kau butuh istirahat kan? Maaf untuk kejadian hari ini" aku menarik tangannya pelan menuju parkiran dan mengantarnya pulang. Tak lupa, tanganku yang lain membawa kantong makanan yang tadi sudah dibungkus untuk orangtua Aisa.

Perjalanan kami memang tidak lama. Namun, karena tidak ada pembicaraan sama sekali, jadi terkesan sangat lama. Aku kikuk akan memulai dari mana. Nyatanya kalau dibilang aku ini keras kepala, memang iya. Aku masih akan tetap mempertahankannya.

Sampai aku sudah di hotel, aku mendapat pesan dari Aisa.

From: Tuan Putri
Sam, maafkan aku. Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya padamu. Aku takut hal ini semakin melukaimu. Tapi Sam, aku sudah sering menangkal ungkapan perasaanmu untukku. Terimakasih sebelumnya, karena cintamu untukku yang sangat tulus. Tapi Sam, aku sungguh minta maaf karena tidak pernah bisa membalas perasaanmu

You Are My TreasureWhere stories live. Discover now