Hari kelulusan

131 5 0
                                    

"Berjuang, dan terus berjuang. Bersyukur, dan tak lupa bersyukur. Hidup mengajarkan banyak pelajaran indah di dalamnya"

~~~~~~~~

Aku bercermin melihat diriku dalam balutan kebaya merah jambu. Hari ini adalah hari kelulusanku. Akhirnya, setelah perjuangan melalui serangkaian ujian yang banyak sekali, aku dinyatakan lulus dengan peringkat ke 2 terbaik satu sekolah. Alhamdulillah, semua berkat doa orang tua dan support orang-orang di sekitarku.

Ohya, kebahagiaan keduaku yang lain adalah aku benar-benar diterima di salah satu universitas ternama di Melbourne, Australia melalui jalur beasiswa. Beberapa hari aku menyiapkan dokumen dan mental untuk melalui tahap seleksi berkas serta wawancara online yang memang benar-benar cukup berat.

Pak Rizal sangat berjasa di sini.

Meyakinkan orang tua untuk aku dapat bertahan hidup di sana juga kurasa cukup berat. Mengingat Indonesia dan Melbourne sangat jauh bukan seperti Jogja ke Jakarta.

Lusa adalah hari keberangkatanku terbang ke Melbourne merangkai kisah baruku di sana. Dengan orang baru, teman baru, pengalaman baru, atmosfir baru, dan tentunya budaya yang baru. Aku sangat bersyukur untuk semua hal yang terjadi padaku. Orang tuaku sangat senang mendengar kabar tersebut beberapa hari lalu. Sungguh, tidak ada hal lain yang lebih membahagiakan selain melihat senyum bangga dari orang tua. Aku sangat menyayangi mereka lebih dari apapun.

Adekku berteriak dari luar kamar sambil mengetuk pintu mengajakku untuk cepat-cepat menyelesaikan persiapanku.

"Mbak Aisa. Cepetan. Lama banget dandannya. Ayo, kita udah siap. Cepetan keluar. Cepet. Cepet"

Memang berisik sekali adekku yang itu. Memiliki satu orang adek saja sudah ramai seperti ada sepuluh orang.

"Tunggu sebentar. Udah mau selesai, Amara"

Bukannya pergi malah gedoran di pintuku semakin keras. Keterlaluan berisiknya adekku itu. Mamah dan bapak sampai sering geleng-geleng melihat kelakuan kami. Aku membuka pintu kamar disambut senyum adekku yang merekah.

"Lihat. Lihat. Lihat. Cantik sekali tuan putri. Tapi ribet. Kenapa sih mas Cesar masih mau sama cewek model beginian" celetuk adekku dan aku timpuk tas slempangku

"Kualat ngatain mbaknya sendiri begitu, heh. Dasar, mulut! Rasanya pengen ku jahit. Bilang saja iri, hu"

"Sudah, nggak usah banyak mengomel nanti lipstiknya ilang. Ayo keluar cepet" ucap Amara sambil menyeretku keluar.

Aku masih membenarkan tas yang kupakai sampai tidak menyadari ada seseorang selain bapak dan mamah di ruang tamu.

"Nggak salah ya bu? Cantik sekali putri ibu pakai kebaya pink seperti itu" suara laki-laki yang cukup familiar menusuk gendang telingaku dan membuatku menatap ke arahnya.

Aku syok. Syok berat. Aku masih tidak percaya bahwa di depanku ada sosok Cesar.

Cesar? Benarkah itu dia?

Mamah dan bapak ikut melempar senyum ke arahku.

Astaga ini benar-benar Cesar.

Aku sampai mengedip berkali-kali memastikan aku memang tidak sedang bermimpi.

"Mas Cesar udah nunggu dari tadi, Mbak. Kamunya dandan nggak selesai-selesai. Ya mas?" Bapak berucap dan menaikkan alis ke Cesar meminta Cesar mengiyakan kalimatnya.

"Malah kayak orang linglung. Woi, mbak. Itu pacarnya dateng malah didiemin. Mas Cesar udah di sini dari tadi pagi. Udah ngobrol banyak sama Mamah sama Bapak. Situ sih, disuruh cepet-cepet nggak kelar-kelar. Dasar putri keong" adekku menabok bahuku dan itu cukup sakit.

Aku sangat bahagia melihat orang yang selama ini aku rindukan kehadirannya setelah pertemuan terakhir kami beberapa bulan lalu. Hampir setahun kalau tidak salah. Aku mengulurkan senyum dan salam kepadanya. Dia juga tersenyum menjawab uluran salamku.

"Kok jahat nggak bilang adek kalau pulang dan mau ke sini pagi ini. Kan adek bisa lebih cepet" ucapku malah protes

"Sengaja. Sudah bilang ibu dan bapak kemarin minta ijin ikut ke wisuda. Mau ngantar tuan putri"

Aku tersenyum malu-malu mendengar Cesar menyebutku tuan putri di hadapan kedua orang tuaku.

"nak Cesar, Aisa... Ingat, jangan aneh-aneh. Ayo berangkat. Nanti kesiangan" suara ibu membuat fokus kami masing-masing kembali.

"Siap, Bu" Cesar langsung mengangkat hormat kepada Mamah dan kami tertawa bersama.

Cesar pulang memberikanku kejutan di hari kelulusanku. Dia sengaja meminta cuti dari tempatnya bekerja untuk menyaksikan hari bersejarahku.

Dia sangat romantis dan terbuka dengan orangtuaku. Setiap apa yang dilakukan pasti meminta ijin langsung ke mamah dan bapak. Oleh sebabnya, mamah dan bapak selalu bisa percaya ketika Cesar mengajakku pergi keluar.

Insyaallah, Cesar adalah laki-laki baik dan bertanggung jawab. Mamah selalu mendukung hubungan kami, namun juga selalu mengingatkan kami bahwa perjalanan hidup masih sangat panjang. Banyak hal dan cita-cita yang harus digapai oleh masing-masing dari kami. Seperti melanjutkan study dan bekerja misalnya.

You Are My TreasureWhere stories live. Discover now