Oleh-oleh terindah

81 2 0
                                    

"Di dalam hati kita, pasti ada sedikit perasaan kecewa melihat seseorang yang kita sayang tertawa bahagia bersama dengan orang lain. Nanti, tinggal tergantung bagaimana kita menyikapinya"
~~~~~~~~~

Sam pov

Aisa barusan menelponku dan benar saja, dia mengabarkan kalau pacarnya baru tiba kemarin dari Indonesia. Jadi yang kulihat memang benar. Yang di pintu penthousenya itu pacarnya.

Aisa mengajakku bertemu di cafe white palm di sepanjang Yarra river. Katanya, dia ingin mengenalkanku dan pacarnya itu. Ada Nyla dan Dave juga. Tapi rasanya aku belum siap untuk melihat mereka semua. Terlebih Aisa dan pacarnya itu, yang pasti akan bermesraan di depanku. Lebih baik, aku mengatakan saja kalau aku sedang ada urusan penting di Perth. Kurasa itu lebih baik. Walaupun kenyataannya, aku hanya di mansion berdiam diri terus seperti orang galau. Perasaanku juga terlalu dalam untuk Aisa, meskipun tidak pernah terbalas sama sekali. Dia selalu menganggapku hanya sahabat.

🍁🍁🍁

Kami sudah di penthouse sekarang. Malam sudah hampir tiba. Kami masih asyik bercerita banyak hal sambil melihat hasil foto kami seharian tadi.

"Kenapa yang ini mukamu jelek sekali sayang?" Kataku

"Apa iya? Apakah tampan seperti ini masih dibilang jelek?" Jawab Cesar percaya diri sekali.

"Mana yang tampan? Katakan. Awas saja kalau mas berpaling dari adek karena wajah tampan mas itu yang menggoda banyak perempuan huh"

"Kau ini kenapa sayang? PMS? Heh? Bicaramu melantur sekali" jawab Cesar dengan menarik kedua pipiku, aku hanya diam menunduk.

"Jadi sepertinya benar pacar mas sedang PMS ya. Lucu sekali. Sayang, mas itu sayang sekali sama adek. Sekarang gini, kamu kuliah cepet selesaikan tugas akhirnya, pulang ke Indonesia, kita menikah"

"Apa benar seperti itu? Tapi adek belum bekerja, sayang. Misal adek ingin berkarier dulu bagaimana?"

"Kenapa tidak di rumah saja? Mas rasa gaji mas sudah cukup untuk menghidupi keluarga kita nanti. Tapi, kalau memaksa.. Tentu saja mas tidak akan melarang, sayangku. Adek boleh berkarier sesuai keinginan adek. Asalkan ingat tugas sebagai seorang istri nanti" Cesar menjelaskan pelan-pelan sambil memelukku

"Mas kenapa baik sama adek sih? Adek kan sering menyebalkan? Kenapa mas rela sampai jauh-jauh ke sini dan sabar sekali menghadapi adek?" Tanyaku berani.

"Sudah berapa kali mas katakan? Mas mencintai adek. Selalu" aku merasa Cesar sedang mengecup keningku lama saat ini. Lagi-lagi aku malah terharu dan menangis.

Jadi seperti ini yang diharapkan Cesar. kami akan hidup bersama bahagia dalam ikatan rumah tangga kami nanti. Dan bodohnya aku kenapa malah masih mempertanyakan hal semacam ini setelah banyak hal yang sudah dia lakukan untukku.

Cesar benar-benar menjadi sangat romantis. Caranya mencintaiku selalu bisa membuatku tersanjung.

"Adek juga mencintai mas. Terimakasih selalu memaafkan adek walaupun adek ini suka ngeselin ya mas" jawabku mengeratkan pelukanku.

"Iya, sayang. Jangan bersedih seperti ini. Kamu terlalu terbawa perasaan kalau PMS dek" katanya menghancurkan suasana haru ini. Aku memukul lengannya dan kudengar dia mengaduh kecil meskipun aku tahu pukulanku tidak berarti.

"Besok kita kemana?" Tanyanya masih memelukku.

"Terserah mas saja. Mas pengen kemana?"

"Karena waktunya singkat, besok kita akan ke supermarket saja membeli oleh-oleh. Bagaimana?"

"Dengan senang hati, sayang. Ngomong-ngomong mana oleh-oleh adek? Nyla saja tadi sudah dikasih oleh-oleh, adek belum" rengekku merasa iri.

"Tunggu. Oleh-oleh adek ada di tas. Mas ambilkan" Cesar melepas pelukannya dan mencari sesuatu dari dalam tasnya

"Biar mas pakaikan ya" Cesar berkata sambil membuka kotak bludru merah panjang.

Aku menutup mulut melihat dia mengeluarkan kalung perak cantik sekali. Gantungannya huruf A bertabur permata. Indah.

Tangan Cesar kini mengaitkan kalung itu di leherku yang terhalang jilbab yang kupakai. Aku membantunya dengan membenarkan posisi gantungannya. Sudah. Kalungnya sudah kupakai sekarang.

"Kamu cantik, sayang. Cocok. Manis sekali. Maaf ya, mas sengaja tidak membelikanmu apa-apa."

"Mas, apa ini tidak berlebihan?"

"Tentu tidak sayang"

"Ini cantik sekali. Terimakasih. Adek sangat suka oleh-olehnya" jawabku langsung memeluk Cesar. Dia tak kalah memelukku erat.

"Kalau begitu, mas harus kembali ke hotel sekarang. Apa kamu masih lapar? Kalau ingin makan malam, biar nanti mas jemput"

Aku mengangguk. Tentu saja hal itu membuatnya tertawa.

"Sudah pasti gadisku ini suka makan. Baiklah sayang, mas mandi dulu. Kamu juga mandi. Nanti selepas waktu isya, kita akan pergi makan ya"

"Siap bos" Jawabku antusias membuat hormat.

You Are My TreasureOnde histórias criam vida. Descubra agora