Kesal bertubi-tubi

93 7 0
                                    

"Maaf adalah hal serius yang tidak bisa dipersendaguraukan"

~~~~~~~~

Aku selesai membersihkan halaman depan penthouseku. Sepertinya aku akan membeli bunga baru agar halamanku tampak lebih cantik dengan pot warna-warni di sebelah kolam ikan. Aku suka sekali dengan bunga. Karenanya, Cesar sering memberiku buket bunga.

Aku beranjak ke dapur untuk memasak soup siang ini. Sepertinya segar, pikirku. Ditengah aku sedang asyik memasak, tiba-tiba mataku ada yang menutup dari arah belakang. Aku menjerit dan berusaha melepaskan tangan yang menutup mataku erat.

"Lepaskan aku. Ini siapa? Berani sekali menjahiliku seperti ini. Kau berniat menculikku atau bagaimana?" Kataku membentak.

Seseorang itu hanya diam tidak merespon. Perlahan tangan itu mengendur dan aku langsung berbalik arah sembari mengerjapkan mataku berkali-kali.

"Apa tampangku ini tampang penculik heh?" Katanya sambil tangan kanannya melintas di hadapanku.

"Keterlaluan. Apa kau tidak melihatku sibuk memasak? Bagaimana kalau masakanku gosong? Dapurku meledak? Itu tidak lucu. Dan kenapa kau masuk tanpa mengetuk pintu dulu? Seandainya aku sedang tidak memakai jilbab bagaimana?" Ku serang Sam dengan omelan bertubi-tubiku.

"Tadi aku sudah mengetuk, kau saja tidak mendengarnya. Aku lantas mendengar suaramu sedang bernyanyi dari dapur, makanya aku masuk saja. Maaf, lain kali aku berjanji akan mengetuk pintumu sampai hancur kalau malah kamu yang tidak mendengar panggilanku, cantik" ucap Sam sedikit menyesal.

"Hm" jawabku kesal.

"Bagaimana? Apa kau memaafkanku?" Katanya tepat di telinga kananku, aku masih asyik mengaduk-aduk masakanku dengan kesal. Aku mengangkat tanganku menjauhkan wajahnya yang sedekat itu kepadaku.

"Hm" rasanya aku belum mau menjawab.

"Maafkan aku, aku menyesal" katanya lagi masih mengemis maaf tapi aku diam.

"Aku mengaku bersalah, cantik. Lain kali aku tidak akan mengulangi lagi. Maafkan aku ya" Sam berkata menyesal sambil memegang-megang bumbu di dapurku.

"Kau ini memang tukang bikin kesal. Tidak bisakah kau hanya diam dan tidak bertingkah? Malah mengacak-acak bumbuku segala. Maumu apa?" Ucapku agak sadis.

"Aku hanya mau kau memaafkanku, Aisa" katanya berhenti memegang bumbu-bumbu dapurku.

"Kalau tidak kumaafkan?"

"Aku akan menciummu. Biarkan saja, kau juga akan tetap marah denganku. Bahkan aku bisa berbuat lebih dari itu, aku akan-..."

"Baik, ku maafkan. Awas saja kalau berbuat sesuatu yang menjengkelkanku lagi. Akan ku rebus dagingmu bersama sup ku" ancamku tak tanggung-tanggung.

"Astaga apa kau ini kanibal? Ngomong-ngomong terimakasih. Sepertinya masakanmu enak, wanginya saja semerbak dari depan. Apa aku boleh mencicipinya?"

"Aku berkata seperti ini karena kau sangat menyebalkan. Sadar tidak? Yasudah, tunggu saja di sofa. Jangan menggangguku" aku menarik tangan Sam agat menjauhi dapurku dan menyuruhnya menunggu di ruang tamu.

🍃

Aku selesai dengan masakanku. Sam sudah sumringah antusias bersiap mencicipi masakanku. Dasar orang menganggur. Kerjaannya hanya menjahiliku terus-terusan. Dia mengatakan akan mengajakku ke rumah Luke nanti sore. Luke sedang sakit. Kami akan menjenguknya barang sebentar. Bahkan ini masih sangat siang kenapa dia sudah di sini kalau dia memang bukan orang menganggur.

"Ini sangat enak. Apa nama masakan ini?"

"Menurutmu?"

"Sup kacang polong dengan tofu, tomat, dan fillet ayam?" Katanya

"Ter-se-rah" entah mengapa aku masih jengkel. Sam malah tertawa di hadapanku.

"Diam di situ" kata Sam memerintahku.
Sam ke dapur mengambil beberapa helai tisue yang dibasahi sedikit air dan mendekatkan tubuhnya ke arahku.

Dari jarak sedekat ini, aku bisa merasakan nafasnya tepat di depan wajahku. Mata kami saling menatap. Aku sampai tidak berkedip di saat dia memandangiku seperti ini. Sam mengarahkan tissue ke wajahku mengelap pipiku lembut.

"Kau ini memasak apa? Sampai hangus pancimu menempel dimana-mana seperti ini?"

Ah, aku baru mengerti Sam berniat membersihkan hangus di pipiku. Aku ini malah memikirkan apa? Bodoh sekali.

"Te-Terimakasih.." kataku masih dengan posisi dekat begini.

"Ehm. Bagus sekali. Sekarang apa lagi? Kalian sudah berciuman di depan gue, heh? Jadi begini kelakuan kalian kalau gue nggak ada?" Itu mirip seperti suara seorang istri yang memergoki suaminya berselingkuh.

Kami tidak menyadari kehadiran Nyla tentu saja. Tiba-tiba saja dia sudah di pintu menghadap ke arah kami dengan tuduhannya itu. Tapi kurasa siapapun orang yang melihat kami akan mengira hal yang sama melihat posisiku dan Sam yang mm- sangat dekat.

"Astaga Nyla. Kau bicara apa heh? Kami hanya sedang makan dan-..." kataku terputus

"Dan kalian berciuman mesra. Saking mesranya sampai tidak menyadari aku sudah melihat kalian dari sini huh?" Serobotnya

"Percaya padaku, Nyla. Kami tidak melakukannya" aku masih membela diri.

"Sam, kau hebat. Bagaimana rasanya berciuman dengan gadis ini?" Nyla mengacuhkanku dan melirik arah ke Sam.

"Dia sangat hebat. Ciumannya memabukkan" ucap Sam memulai drama seakan dia benar-benar habis menciumku.

Aku merutuki Sam! Bisa-bisanya mulutnya mengarang hal-hal tidak senonoh seperti itu.

"Ah, sudahlah. Gue mau ikut makan. Niat hati sih tadi hanya mampir. Malah melihat kalian sedang bermesraan seperti ini. Nanti gue akan minta Dave cium gue seperti yang dilakukan Sam" ocehnya menimbrung sup dari mangkokku.

"Aku benar-benar tidak melakukan apa-apa, La. Percayalah, Sam sudah mengarang" aku masih melakukan pembelaan atas perkataan Sam.

Tahu kan? Sam itu memang menyebalkan sekali. Dia barusan meminta maaf dan sekarang sudah berulah lagi.

You Are My TreasureWhere stories live. Discover now