Pavlova manis

67 3 0
                                    

"Menghabiskan waktu bersama orang yang kita cintai adalah hal terbaik dan membahagiakan"

~~~~~~~~

Kami sudah berada di supermarket di tengah kota Melbourne. Aku segera mencari semua keperluan pribadiku dan beberapa bahan untuk persediaan di penthouse.

"Tidak berniat memberikanku hadiah atau memasakkan sesuatu untukku karena sudah merawatmu? Hah?" Sam berbisik di telingaku. Geli sekali aku mendengar dia merajuk seperti itu.

"Dasar pamrih. Mau dimasakin apa?"

"pavlova please. As sweet as you" Sam terkekeh seperti ingin ku lempar paprika sebesar kepala bayi di keranjang belanjaku.

"Take some fruits for your topping" kataku mengiyakan untuk memasakkan Sam pavlova.

"Kiwi?" kata Sam sambil mengambil kiwi.

"Yes please"

"Raspberry?"

"Okay"

"Mm, blueberry?"

"Ya"

"Strawberry?"

"Up to you, Sir"

"I choose you" Sam berkata genit sambil menjawil daguku.

Lagi-lagi aku ingin menipuk seseorang di depanku ini seandainya kami sedang tidak di swalayan.

🍁🍁🍁

Sam sedang membantuku memixer campuran whipped cream dan gula halus. Aku memotong buah-buahan yang sudah dipilih Sam untuk topping.

"Sam, have you baked some marshmellows?"

"Ya. Oh my God, Aisa help me to finish this fvcking dough"

Aku tertawa melihat muka Sam dengan whipped cream di sana. Ku ambilkan beberapa lembar tissue untuk mengelap cipratan whipped cream di wajahnya. Tangan Sam menahan tanganku namun aku cepat-cepat menariknya. Kulanjutkan aktivitasku hingga  akhirnya pavlova kami jadi.

🍃

Senja semakin menggelap. Aku mengantar Sam ke depan.

"That was amazing dessert for today, thank you Nona manis. Dan, maaf sudah sering membentakmu hari ini"

"Hm, permintaan maaf diterima. Sudah sana pulang"

🍁🍁🍁

Sam pov

Aku sedang berada di Victoria untuk mengurus beberapa urusan di sini. Nyaris aku kembali ke Melbourne setelah Nyla menelponku mengabari bahwa dia harus ke Adelaide dan meninggalkan Aisa sendiri di rumah sakit. Tapi Papa menahanku untuk tetap di sini mengingat urusan ini cukup urgent. Benar saja, bukan Aisa kalau tidak bandel. Sampai aku mendapat telepon ke dua dari Nyla bahwa Aisa pulang sendirian. Awas saja ketika aku pulang ke Melbourne akan aku omeli habis-habisan. Bisa saja dia menelponku dan aku menyuruh Luke menjemputnya. Luke temanku, temanku juga teman Aisa. Kami saling mengenal.

Hingga akhirnya urusan di Victoria selesai dan aku kembali ke Melbourne. Belum sempat aku ke mansion, mobil berkecepatan tinggi aku arahkan ke penthouse Aisa. Aku menuntut penjelasan atas kelakuan nekatnya. Bukan begitu, aku jelas khawatir tentang kondisi gadis itu. Belum selesai aku mengomel, Aisa sudah berulah dengan memecahkan secangkir teh yang dia buat untukku. Aku melarangnya membersihkan pecahan beling dan dia tetap keras kepala mencoba membersihkan. Akhirnya aku menggendong Aisa agar kegiatannya dihentikan.

Rasanya nyaman sekali ketika menatap matanya yang indah. Dia refleks mengalungkan tangannya di leherku dan tentu saja aku menyukai itu. Wajah kami sedekat ini membuat perasaanku semakin campur aduk.

Aku baru meyadari gadis di depanku ternyata sudah rapi dengan outfit keluarnya. Benar saja, dia berniat ingin ke supermarket menyetok bahan dan keperluannya. Aku dengan sedikit memaksa mengantarkan Aisa untuk berbelanja. Jahil, aku minta dibuatkan pavlova kesukaanku. Selelah-lelahnya aku, aku tetap bisa bahagia karena sedekat ini dengannya. Ya, gadis yang aku selalu jatuh hati padanya.

You Are My TreasureWhere stories live. Discover now