Gara-gara typus

93 5 0
                                    

"Menyembunyikan fakta kadang menjadi pilihan baik, agar tidak menyulitkan orang lain."

~~~~~~~~

Aku berusaha membuka mata, memastikan kondisiku sudah lebih baik dari semalam. Yang aku ingat, semalam aku sempat demam tinggi.

Kulihat Sam disebelahku. Kepalanya diletakkan miring di ranjang aku tidur. Tidurnya tenang sekali. Rupanya dia tidur di kursi di sampingku sejak tadi malam.

Pasti dia lelah sekali aku mengganggu dia saat dia sudah tidur tadi malam.

Sebentar. Aku merasakan tangan kananku hangat.

Pandanganku turun ke tanganku dan benar saja, Sam nampaknya memegangi tanganku entah dari kapan, aku tidak menyadari. Aku sedikit membuat pergerakan membuatnya ikut terusik.

"Aisa, udah bangun? Masih pusing? Gimana badannya sekarang udah enakan?" Sam mengangkat kepalanya dan memastikan kondisiku.

"Sam, aku baik. Terimakasih. Maaf ya membuatmu sampai kerepotan mengurusku begini. Aku sudah merasa enakan"

"Syukurlah" nafasnya terliht lega.

Aku menatap tangan Sam masih terpaut memegang jari-jariku. Dia sadar dan menjauhkan tangannya.

"Maaf. Aku benar-benar nggak ngapa-ngapain kamu, Sa. I swear" tangan Sam membuat swear sambil menunjukkan raut panik seperti takut aku akan marah.

Aku tidak berekspresi sama sekali. Sejenak aku mencerna ucapannya. Kemudian aku tertawa terbahak-bahak ke arah Sam. Bagaimana mungkin dia akan melakukan sesuatu kepadaku. Aneh-aneh saja. Aku juga sangat percaya bahwa sekali lagi kutekankan,Sam adalah laki-laki baik. Sangat baik.

"Mr. Sam Derisandro yang terhormat tapi suka iseng, jauhkan pikiran kotormu itu. Ini masih sangat pagi dan kau sudah mencemari gadis lemah tak berdaya ini dengan ucapan ngawurmu itu" kataku meledek

"Baik, Nona manis. Maafkan aku. Aku hanya tidak ingin mendapat tendangan dahsyat atau apapun itu di pagi yang indah ini" jawabnya menimpalku.

"Minggir, aku mau turun cuci muka. Biarkan aku jalan sendiri kali ini" aku masih terkekeh sambil mendorong Sam supaya aku dapat beranjak dari ranjang.

"Nona manis keras kepala" Sam masih saja mengataiku walaupun aku sudah mulai melangkah ke kamar mandi.

"Aku mendengarnya, Sam. Diam kau! Jangan pernah mengataiku yang tidak-tidak"

Sam terkekeh melangkah duduk ke sofa dan membuka jendela.

Hari ini Sam bilang kalau jadwal kuliahnya siang. Dia pamit pulang untuk membersihkan diri setalah menyuapi aku sarapan pagi dan memastikan aku meminum obatku. Nyla datang di saat yang tepat sebelum aku ditinggal sendiri di ruangan ini.

"Bagus, udah main suap-suapan kayak suami istri dong. Apa yang sudah aku lewatkan dari kemarin?" Nyla masuk membawa beberapa kantong belanjaan.

"Dasar nenek lampir. Nggak tau aja dia kalau semalam panik setengah mati badan Aisa tiba-tiba panas banget" jawab Sam melirik.

"Sumpah? Astaga dear. Lo kenapa lagi sih? Perasaan demam lama banget nggak turun-turun malah naik terus. Itu jidat apa panggangan sosis woi?" Teriaknya sambil duduk di ranjang menangkup pipiku.

See? Nyla memang sahabatku yang cerewet sekali. Beruntung sekali aku mengenal Nyla dan kami selalu berteman baik dari kedatanganku di negara ini.

"Sam, balik. Aisa gue yang jagain. Lo belum mandi dari kemarin. Sana pulang. Lihat gue dong, udah cantik begini"

"Ngawur! Gue udah mandi. Gue kemarin pakai baju merah, sekarang gue pakai abu-abu. Nggak inget? Hish. Lagian gue selalu bawa ganti di mobil kemanapun gue pergi, nenek lampir"

You Are My TreasureWhere stories live. Discover now