Kambing congek

96 7 0
                                    

"Sahabatmu tidak akan menutupimu tentang apa dan siapa dirinya. Lebih menjadi apa adanya dengan versi masing-masing untuk mengikis jarak dan menciptakan keakraban dalam ikatan saudara untuk saling menjaga"

~~~~~~~~

"Bagaimana kuliah hari ini sayang? Apa menyenangkan?" Cesar menelponku di sela pekerjaannya.

"Iya sayang, tentu saja. Hari-hari adek di sini selalu menyenangkan selama ada si bawel Nyla. Jadi adek juga nggak kesepian" jawabku.

Aku sudah menceritakan ke Cesar dan mamah bapak kalau aku sudah menemukan teman baik sejak awal kepindahanku di kampus ini. Aku selalu mengenalkan teman-temanku supaya mereka tidak mengkhawatirkanku di sini. Aku sudah bisa beradaptasi baik berkat bantuan Nyla sejauh ini.

"Mas gimana kuliahnya lancar juga sayang? Mas kangen adek nggak?" Ucapku dengan nada manja

"Kuliah lancar. Alhamdulillah. Mm, kangen? Enggak tuh. Biasa saja. Kenapa? Adek kali yang kangen mas. Hayo ngaku" godanya. Tentu saja hal itu kuiyakan mantap. Sudah hampir setahun lagi kami tidak bertemu.

"Iya dong, adek kangen. Mas sih nggak pernah kangenin adek. Coba sekarang bilang kangen ke adek" pintaku terkekeh dengan jurus maut bujuk rayuku.

"Kangen" katanya singkat

"Astaga, sayang. Kenapa singkat banget? Memang ya, menyebalkan sekali" kataku protes.

Memang pacarku ini tidak pernah mengatakan kangen, i love you, dan kalimat lain semacamnya lagi. Katanya kita sudah cukup berlebihan melakukannya sampai bosan ketika jaman sekolah.

Seperti itu bukankah gaya pacaran anak sekolah? Iyakan?

Sekarang kami lebih dewasa dan kami lebih tidak berlebihan aka alay.

Benar-benar membuatku malah gemas dan semakin rindu.

🍁🍁🍁

Ini sudah satu tahun aku di sini. Semuanya lancar. Nyla mengajakku keluar ke mall nanti sore. Dia ingin mengenalkanku pada pacar barunya. Sama, satu kampus. Namun beda fakulas. Namanya Dave Smith. Iya, yang dulu pernah dia tunjukkan kepadaku fotonya. Yang dulu dia tergila-gila sejak awal masuk kuliah. Dan gadis bar-bar itu betul-betul menjadikan Dave pacarnya. Aku kembali tidak percaya.

Kami jalan bertiga sore ini. Jangan tanyakan keberadaanku yang seperti kambing congek. Mereka pasangan yang serasi menurutku. Aku jadi dilanda rindu pada Cesarku.

Lebih baik aku menelponnya.

Video call. Yes!! Cesar langsung memgangkat telponku.

Aku bercerita bahwa aku sedang menemani sahabatku berkencan. Yang kudapat malah sambutan tawa darinya.

Haish, kami juga pacaran, tapi jarak jauh.

Ini saatnya aku juga pamer ke Nyla kalau bukan cuma dia yang bisa memanggil sayang-sayangan manja.

"Sayang, coba lihat mereka. Bukankah mereka cocok? Itu Nyla, yang sering kuceritakan. Yang disebelahnya itu Dave, pacarnya. Mereka baik, kalau tidak sedang berdua dan tiba-tiba menjadi jahat kalau berdua karena meninggalkan adek begitu saja"

"Aaaa cesar? Is that you cesar? This is Nyla. Oh my god, you look so handsome" nyla menimbrung video callku.

Aku menjitak kepalanya karena berani sekali genit ke pacarku. Aku tidak sungguh-sungguh melakukannya, memang tabiat temanku ini kan begini, jadi aku sudah sangat hapal dengan mulut bat-barnya. Bahkan Dave juga tidak masalah ketika mendengarnya. Kami semua hanya tertawa dan percakapan berlanjut biasa.

🍁🍁🍁

Aku sedang berjalan akan pulang. Sam mendapatiku melintas di depan dia duduk di sebelah perpustakaan.

"Aisa" panggilnya

"Sam. Kamu ngapain?"

"Tidak ada. Aku tadi hanya sedang ngobrol dengan temanku, dia baru saja pulang. Kamu mau pulang?" Tanyanya

"Oh, iya aku mau pulang"

"Ku antarkan?" Tawarnya

"Ehm, siapa ni?" Nyla yang disampingku langsung menyenggol bahuku. Dan sepertinya Sam mendengarnya.

"Ah, aku belum mengenalmu. Kenalkan, aku Sam" sam memberikan tangannya ke Nyla.

"Nyla. Bagaimana kalian bisa mengenal begini? Ceritakan"

"Ceritanya cukup panjang. Bagaimana kalau sambil ke cafe? Kita bisa sambil ngobrol di sana" ajak Sam yang langsung diiyakan Nyla.
Padahal aku berniat ingin segera pulang saja. Tapi Nyla yang malah memaksa untuk ke cafe dan menerima ajakan Sam.

🍁

Jadi ini adalah cafe dimana Sam melihatku saat itu. Sekilas aku jadi ingat tentang nenek Leisa. Nenek Leisa mengingatkanku kepada almarhumah nenek ibuku di Indonesia. Mereka mirip.

Sam mulai menceritakan ke Nyla tentang pertemuan kami. Hingga akhirnya kami cukup lama di sini dan melanjutkan banyak cerita.

"Baiklah Sam, kalau begitu aku minta nomor ponselmu. Sepertinya kau bisa aku percaya untuk membantuku mengurus temanku yang konyol dan suka menjengkelkan ini kalau aku sedang pergi" Nyla meminta nomor Sam dengan terang-terangan mengejekku, yang katanya aku ini gadis konyol dan menjengkelkan.

Apa iya aku ini konyol dan menjengkelkan?

"Dia tidak konyol, dia juga tidak menjengkelkan ku rasa. Dia baik sekali. Sejak pertama aku mengenalnya, dia baik" ucap Sam. Aku seperi mendapat pembelaan dari Sam.

"Dengarkan itu, nona bar-bar" kataku melotot ke arah Nyla yang mulai mengerucutkan bibirnya. Sam tertawa melihat kami.

"Kau bela saja gadis menyebalkan ini. Sepertinya kita akan bermusuhan setelah ini. Buka matamu Sam. Gadis ini akan selalu menjengkelkan kalau kau sudah mengenalnya lama. Buktikan saja"

"Apa kalian seperti ini setiap hari?" Sam lagi-lagi bertanya sambil tertawa. Aku dan Nyla sama-sama mengangkat bahu.

You Are My TreasureWhere stories live. Discover now