Pertengkaran

116 3 0
                                    

"Aku tidak bisa memilih. Tapi hatiku mengatakan bahwa dia memilihnya. Dimana letak kesalahannya? Aku ataukah hatiku?"

~~~~~~~~

Aku masih tidak berkata apapun pada Sam selain membalas memeluknya.

"Sam, aku tahu itu pasti kau"
Suara itu. sangat tidak asing untukku.

"Cesar?" Kataku sangat kaget. Sejak kapan Cesar berada di sini? Astaga, apa dia melihat apa yang sudah kami lakukan barusan?

Apa ini? Cesar tidak marah bahkan malah mengajak ngobrol Sam dan mengambil tempat di kursi di samping Sam, di depanku? Dan dari tadi Cesar hanya mengajak bicara Sam saja? Hanya sesekali melirikku?

"Aisa sangat pintar mencuri hatiku. Aku bahkan berniat ingin merebutnya darimu" Sam berkata

Aku melihat Cesar menarik nafas. Sepertinya dia ingin marah. Oh Tuhan.

"Iya Sam, aku sudah mengetahuinya. Aisa pernah menceritakan itu. Cintamu tulus sekali. Aku mendengar kau sampai merindukannya setahun terakhir ini? Sampai tadi mendapatkan obatnya sebelum aku melangkah ke sini? Maafkan aku mengganggu waktu kalian Sam" kata Cesar.

Lagi-lagi aku tercekat. Mengganggu waktu kalian katanya? Tidak, tidak. Aku harus menjelaskannya sebelum Cesar salah paham.

"Mas, adek..." kataku terputus

"Hust, tidak apa-apa, Aisa. Aku hanya ingin mengajak ngobrol Sam Saja" alih-alih membentakku, Cesar berkata sangat manis seakan tidak mau aku menjelaskan apa-apa dan tidak ingin menyakitiku dengan bentakannya.

Aku terdiam otomatis. Ucapan Cesar seperti sihir yang memerintahku diam. Sam sama diamnya dengan aku.

"Jadi bisa kau ceritakan padaku, kenapa kau bahkan berniat ingin merebutnya, Sam? Aku ingin mendengarkan ceritamu kalau boleh" kata Cesar lembut dengan senyum menatap Sam seperti berbicara antara kakak dan adik, lebih tepatnya kakak yang sedang mencari tahu alasan adik kecilnya yang ketahuan habis makan coklat banyak.

"Aku menyukainya sejak pertama aku tahu kalau dia gadis yang baik. Dia menyenangkan. Dan bisa mengimbangiku. Aku mencintainya karena dia sangat bisa membuat suasana hatiku bahagia. Dia sangat menggemaskan. Aku selalu ingin menjahilinya. Jauh darinya membuatku rindu" kata Sam Membuatku melotot. Ingin membentak Sam, tapi tatapan Cesar seakan menyuruhku tetap bungkam.

Aku tidak habis pikir dengan dua orang laki-laki di depanku ini. Ini sangat ajaib. Aku pikir Cesar akan memarahi aku dan Sam melihat kami berpelukan. Kenyataannya lain, Cesar mengajak bicara Sam bahkan sesekali mereka tertawa karena membahasku. Siapa yang tidak blushing jika dipuji di depan mata seperti itu. Dan siapa yang tidak geram kalau dibully habis-habisan juga oleh dua orang laki-laki ini?

"Baiklah, terimakasih sudah mau berbagi cerita denganku, Sam. Apapun yang terjadi, aku minta maaf kalau aku sudah melukaimu, sengaja atau tidak, baik dengan sikapku atau perkataanku." Kata Cesar mengulurkan tangan ke Sam.

"Aisa, kau masih mau di sini kan? Kalian selesaikan dulu urusan kalian. Mas pamit dulu. Besok sore, mas akan menjemputmu, Sa" sambungnya setelah itu sambil mengelus pelan kepalaku penuh sayang, yang sangat menusuk hatiku.

"Adek ikut pulang ya, mas" kataku memegang tangan Cesar ingin ikut pergi dari sini. Tapi Cesar malah tersenyum dan melepaskan kaitan tanganku pelan. Aku pasti benar-benar telah melukai Cesar hari ini.

"Selesaikan dulu urusannya dengan Sam, cantik. Jangan begitu. Tidak baik. Mas pamit dulu ya" kayanya melenggang pergi.

Aku meratapi kepergian Cesar. Dia sudah tidak tampak dari pandanganku. Kembali, aku tinggal bersama Sam di taman resto ini.

"Aisa.." kata Sam memanggilku

"Ya?" Jawabku menoleh ke Sam

🍃🍃

Sam barusan mengantarku pulang. Selama di perjalanan, tidak ada kalimat yang kami ucapkan. Sepertinya kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Sampai pada akhirnya, aku sudah sampai di rumah. Sam membukakan pintu di samping seatku. Aku mengucapkan terimakasih padanya.

"Sam, maafkan aku atas semua kelakuanku yang tidak bertanggung jawab. Aku tidak bermaksud melukaimu, Sam" kataku pelan

"Tidak Aisa. Jangan berkata seperti itu. Sampaikan salamku untuk orangtuamu, ya. Aku pamit. Assalamualaikum" Kata Sam menunduk seakan menyembunyikan sesuatu di balik matanya.

Sam langsung memutar balikkan mobilnya dan menancap gas. Aku masih di posisiku "waalaikumsalam"

🍃🍃

Di kamar, aku mencoba mencari ponselku untuk menghubungi Cesar. Bodoh! Ponselku habis baterai. Pikiranku kemana-mana, takut kehilangan laki-lakiku yang sangat aku cintai itu. Lihat, tadi ketika aku masuk, Mamah sedang membuka oleh-oleh dari Cesar. Cesar bukan hanya menyayangiku, tapi juga keluargaku.

Selesai membersihkan diri, aku berusaha menelpon Cesar, tapi sia-sia. Ponselnya sekarang yang gantian tidak aktif. Cesar pantas marah karena kelakuanku tadi. Malah berpelukan dengan Sam di depan matanya seperti itu. Aku siap menerima kemarahannya nanti. Tapi aku sangat berharap, hubungan kami akan selamat. Aku takut Cesar berpikir kalau aku menaruh perasaan pada Sam. Yang kenyataannya, tidak. Tidak pernah aku berusaha menghianati Cesar. Itu tidak mungkin. Dan Sam? Astaga aku baru ingat kalau malam ini Sam akan terbang ke Jakarta. Berarti aku sudah tidak akan bertemu lagi dalam waktu dekat ini. Aku harus menghubunginya. Aku menyesal, kenapa tadi saat di perjalanan lidahku seakan kelu untuk sekedar mengatakan maaf dan menegasinya kembali?

To: Sam
Sam, maafkan aku. Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya padamu. Aku takut hal ini semakin melukaimu. Tapi Sam, aku sudah sering menangkal ungkapan perasaanmu untukku. Terimakasih sebelumnya, karena cintamu untukku yang sangat tulus. Tapi Sam, aku sungguh minta maaf karena tidak pernah bisa membalas perasaanmu

Call from Sam.

Aku segera menyeret layar tombol berwarna hijau di ponselku.

"Apa kau sama sekali tidak mencintaiku? Sudah tidak adakah harapan untukku, Sa? Sama sekali?" Suara Sam dari sebrang.

"Maaf Sam. Tapi kurasa, aku harus mengatakan ini. Bahwa, yang namanya hati tidak bisa berbohong. Hatiku selalu terpaut dengan Cesar. Hatiku yang memilih Cesar, Sam. Sampai saat ini. Belum ada yang bisa menggantikannya. Kau laki-laki yang baik, sangat baik Sam. Kau juga sangat perhatian. Aku sangat percaya, nanti kau akan mendapatkan gadis yang sama baik dan perhatiannya denganmu. Aku menghargai perasaanmu Sam. Tapi aku juga tidak bisa seperti ini terus-terusan. Kau jangan menyiksa dirimu dengan dalil kau selalu mencintaiku, Sam. Ku mohon. Maafkan aku yang tidak bisa menjadi apa yang kau inginkan, Sam. Aku menyayangimu, Sam. Kau sahabat baikku setelah Nyla. Aku..-"

Bip!

Aku sudah mengatakan semuanya. Baru aku akan meminta maaf ke Sam, tapi Sam sudah mematikan sambungan teleponnya. Aku lagi-lagi sudah menambah luka tak berwujud di bagian tubuhnya lebih menganga.

Aku bingung. Egoiskah aku? Aku sudah melukai Sam. Menutup akses perasaannya. Dan, hari ini juga aku sudah melukai Cesar dengan menyuguhi pemandangan kalau aku di depan matanya memeluk Sam. Tapi aku ingin menjelaskan ke Cesar. tidak seperti itu kejadiannya. Aku bermaksud ingin menenangkan Sam. Jadi aku membalas pelukannya dan mengusap punggung Sam pelan.

You Are My TreasureWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu