Kejutan besar gagal

72 2 0
                                    

"Orang special tentu diperlakukan special, sekecil apapun hal tersebut"

~~~~~~~~

Ini adalah tahun ke tiga aku berada di Melbourne. Aku merasa sangat senang bisa berada di tempat ini, mendapat pengalaman banyak di sini, menempuh study bachelor ku dan sebentar lagi aku akan kembali ke Indonesia. Meskipun aku belum lulus, rekan ayah di Indonesia sudah menawariku untuk bekerja di sana segera setelah aku kembali dari study.

Aku sedang berada di balkon penthouseku, duduk bermain ponsel sembari bertelepon dengan Cesar. Hari ini Cesar masuk shift siang, sehingga paginya cukup luang.

"Sayang, congratulations. Semoga ilmunya bermanfaat ya, mas. Maafin adek belum bisa ke wisudaan mas. Adek belum ada libur dan banyak sekali urusan kuliah di sini yang harus di selesaiin" ucapku pelan dengan perasaan menyesal

"Aamiin. Terimakasih, sayang. Yang penting kamu lancar study di sana. Mas udah cukup seneng kamu selalu ada buat nyemangatin mas apapun kondisi mas. Sekarang giliran kamu yang harus fighting lebih biar kuliahnya cepet kelar nyusul mas. Jangan berkecil hati karena kita belum bertemu. Nanti, ada saatnya kita ketemu kok" bujuk Cesar menenangkan.

Benarkan? Cesar memang selalu pandai menenangkan aku seperti ini.

"Gombal" kekehku. Kami selalu berusaha menciptakan suasana saling terbuka dan bahkan sering percakapan kami tergolong konyol. Topik kami selalu random dan kadang tidak penting. Seperti sekarang kami lanjut berdebat tentang ikan tongkol.

Pernah aku ngambek dua minggu karena Cesar menjahiliku dengan mengatakan bahwa akan mencari gadis lain di Indonesia. Awas saja, ku kirim bom dari sini kalau itu benar-benar terjadi. Aku memang kadang suka merajuk lama ke Cesar. Aku memang suka menyiksanya dengan kemarahanku. Bukan marah, hanya sedang ingin diperhatikan saja. Sampai aku membuatnya khawatir dan sampai mengirimkan paket bunga atau hadiah-hadiah kecil manis yang selalu bisa meluluhkanku. Padahal posisi kami sangat jauh, ada saja kemudahan di jaman modern dan canggih ini. Sampai agen florist itu hapal denganku. Kadang kalau aku sedang tidak di rumah, paketan diletakkan di meja depan penthouseku.

"Kalau misal mas ada di sana, hal pertama yang kamu bakal lakuin kira-kira apa dek?" Cesar membuat fokusku kembali.

"Mm, peluk mas lama nggak dilepasin" celetukku sambil tertawa. Sepertinya kalimat ini adalah hasil didikan Nyla selama 3 tahun ini. Aku menjadi sering geli dengan sikapku sendiri.

"Nakal ya sekarang" Ketawanya dari jauh.

🍁🍁🍁

Cesar pov

Aku baru saja kembali dari Singapore untuk urusan pabrik. Minggu depan aku ada cuti 3 hari dan rencananya aku akan terbang ke Melbourne. Lumayan, aku masih memiliki sisa cuti tahunanku. Aku memang tidak mengatakannya ke Aisa. Namun aku meminta bantuan Nyla untuk melancarkan kejutanku.

Aku sudah sangat merindukan tuan putriku. Beberapa hari ini aku sudah menyiapkan kepergianku menyusulnya ke Melbourne. Tunggu saja, aku akan ke sana. Ngomong-ngomong, tuan putriku sudah lebih nakal. Dia berkata kalau dia akan memelukku lama dan tidak akan melepaskanku kalau aku benar ke sana. Coba kita lihat. Sepertinya aku yang lebih dulu akan memeluknya.

🍁🍁🍁

"Ayo kita belanja lagi, dear. Lihat, dapur kosong begini seperti rumah janda ditinggal mati suaminya" Nyla menarik tanganku dan menyampirkan tas slempangku.

"Memangnya janda ditinggal mati suaminya nggak bisa hidup? Bisalah. Oh ya, aku bukan janda Nona Smith. Dan aku juga masih bisa hidup. Kamu cuma belum buka kulkas saja. Masih banyak oatmeal, buah, sayur, cukup untuk 2 hari ke depan" omelku balik.

Kami sudah di swalayan dan bersiap belanja. Nyla memang selalu begini. Bilang saja dia membutuhkan snack ringan supaya semakin betah di penthouseku. Memang persediaan snackku sudah lenyap.

"Beli ikan, beli daging kanguru, yoghurt.. mm, apalagi ya"

"Kamu mau membunuhku atau bagaimana? Seenaknya saja memasukkan barang-barang ini ke keranjang. Siapa yang akan bertanggungjawab dengan ini huh? Seperti aku akan mendapat tamu special saja, padahal yang menghabiskan cuma kamu. Dasar nenek lampir perut gentong" omelku masa bodoh dengan pelayan toko yang kelihatannya menertawakan kami.

"Emang lo bakal dapet tamu istimewa bodoh! Lo kudu menyambut pacar lo dengan cara spesial dong" ucap Nyla sambil asyik mencomot bahan-bahan dari etalase yang membuatku syok. Sepertinya dia tidak sadar dengan ucapannya.

"Apa? Kamu bilang apa? Pacarku? Cesar maksudnya?" Aku meyakinkan Nyla dan melihatnya seketika menutup mulut dengan kedua tangannya.

Sepertinya Nyla sudah sadar dengan apa yang barusan dikatakan. Dia tersenyum kecut seakan baru saja membuka rahasia besar dan menyesal mengatakannya padaku.

"Yaiyalah, masak Sam. Atau lo udah mulai menganggap Sam pacar lo, gitu?" Ucap Nyla sambil mengedip-ngedipkan matanya yang tentu kusambut melotot. Mana mungkin aku menganggap Sam pacarku.

"Bersyukurlah lo makhluk astral, berada diantara 2 pangeran yang bener-bener memperlakukan lo kayak tuan putri. Gue bahkan iri ketika Dave tidak berlaku seperti itu" sambung Nyla.

"Benarkah? Cesar mau ke sini? Kenapa dia tidak pernah bilang ke aku? Padahal tadi kami habis bertelepon"

"Dasar bodoh. Sekali bodoh tetap saja bodoh. Cesar pengen kasih kamu kejutan lah, Aisa makhluk astral" hujatan demi hujatan aku terima di tempat umum seperti ini.

Memalukan.

"Berapa kali kamu bilang aku bodoh. Aku tidak sebodoh itu, huh. Bahkan aku mendapat beasiswa ke sini, itu artinya aku tidak bodoh kan?" Sambutku sambil mengangkat bahu angkuh.

"Tapi kenyatannya memang bodoh" Nyla tertawa sambil memasukkan jamur enoki ke keranjang.

Aku berbelanja banyak hari ini. Dan selama perjalanan kembali ke penthouse, aku menuntut penjelasan Nyla terkait Cesar yang akan ke sini.

🍁🍁🍁

Nyla pov

Berada di penthouse Aisa selalu menyenangkan. Aku berencana mengambil camilan dan membuat smoothie alpukat tapi tidak ada camilan dan susu sama sekali. Bagaimana Aisa ini?

Oh, aku baru ingat dua malam lalu, aku mendapat telepon dari Indonesia. Cesar menelponku dan mengatakan akan berkunjung ke Melbourne beberapa hari lagi. Dia memintaku untuk tidak mengatakan ke Aisa lebih dulu. Wah, seromantis itu pacar Aisa ya. Dave saja tidak pernah begitu. Mana ada Dave romantis seperti Cesar, jauh-jauh memakai jasa agen mengirimkan paketan-paketan kecil manis seperti buket misalnya.

Aku sering iri dengan Aisa. Belum lagi Sam, yang juga selalu berlaku romantis tapi benar-benar menyebalkan kalau denganku. Aku mengajak Aisa berbelanja, sekalian saja membeli bahan untuk menyambut tamu istimewanya tidak salah kan?

Aku sering mengatakan Aisa bodoh karena kelakuan konyolnya dan sekarang ucapan itu berbalik kepada empunya, aku sendiri. Bodoh ketika aku saking hecticnya memasukkan bahan-bahan yang kami beli sampai tidak sadar mengatakan hal yang seharusnya tidak aku katakan. Aku dalam masalah besar.

You Are My TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang