PART 5

2K 134 0
                                    


Henny sudah berada di rumah kontrakannya. Ia tak sendiri di rumah ini, ada dua sahabatnyan Vio dan Merry. Jarak dari rumah kontrakan ke kantor tempat Henny bekerja tidak begitu jauh. Sekitar dua puluh menit kalau berjalan kaki. Ya, Henny selalu berjalan kaki.

kedua sahabatnya Vio dan Merry, juga bekerja di dunia penerbangan. Mereka bekerja sebagai Flight Attendant. Jauh berbeda dengan Henny yang kadang harus bergelut dengan kerangka pesawat.

Ia mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur. Mencoba menguatkan hatinya agar tidak patah dan hancur berantakan.

Kabar menikahnya Anggara tadi membuatnya kehilangan sejuta alasan untuknya bahagia hari ini. Henny memang lebay, tapi begitulah yang dirasakannya. Orang yang masih dicintainya itu akhirnya menikah juga. Bukan dengan dirinya tetapi dengan orang lain.

Bukanlah kesalahan Anggara. Semua memang keadaan yang tak bisa, memberikan waktu untuk mereka bersama. Seandainya tidak ada perbedaan, mungkin Henny lah orang yang beruntung menjadi istri Anggara. Tapi, itu hanya sebuah khayalan belaka. Henny dan Anggara tidak bisa bersama.

"Lo kenapa, Hen?" tanya Vio dengan seragam Pramugarinya masuk ke dalam kamar Henny.

"Anggara mau nikah, Vi," jawab Henny lemah.

"Hahahaha...." Vio tertawa terbahak.

Henny menatap Vio tak suka. Ia sekarang sedang sedih, tidak butuh ditertawakan.

"Eh, tunggu, lo tau dari mana dia mau nikah?" tanya Vio penasaran.

Vio tahu banyak tentang Anggara. Vio juga satu kampus dengan Henny.

"Dia kerja di FHair juga, terus ...."

Henny menceritakan semuanya dari awal bertemu kemarin sampai hari ini. Tak ada yang ia kurangi dan ia lebihi.

"Yaudah, datang aja kalau dia ngundang, Hen," kata Vio dengan santai.

"Lo kira hati gue sekuat karang, Vi? Ngga kuat hati dedek, Mba." Henny memasang wajah yang dibuat sesedih mungkin.

"Lah, terus mau gimana juga lo?"

"Gue ngga mau dateng!"

"Dateng aja, lo buktiin kalau lo juga bisa bahagia liat dia bahagia."

"Ngga mau, gue ngga bahagia dia bahagia sama orang lain!"

"Maksa banget, Mba. Kalau bukan  jodoh, mau lo balik ni dunia, tetap ngga bisa bersatu, Henny." Vio menggeleng tak habis pikir.

"Terus gue gimana?" tanya Henny akhirnya melemah.

"Kalau lo ngga mau dateng, ya, ngga usah dateng, dari pada lo nangis-nangis entar di sana!"  Sambung seseorang yang berada di luar kamar Henny.

Itu suara Merry.

Merry mendekati kedua sahabatnya itu. Sama seperti Vio, Merry belum melepas seragamnya.

"Terus gue gimana nih?" tanya Henny lagi masih dengan wajah bingung sekaligus sedih.

"Ginih, lo kan masih belum move on. Jadi, sebaiknya lo ngga usah dateng, dari pada pas salaman lo mewek. Kan ngga lucu," kata Merry.

Ia membayangkan Henny salaman dengan Anggara di atas panggung. Setelahnya, Henny langsung mengambil microphone kemudian langsung menyanyikan  lagu KANDAS.

Bila tiada kutahu cinta dan kerinduaaaaaannnn.

Merry menggeleng keras mengusir pikiran anehnya itu jauh-jauh.

"Emang kapan nikahnya?" tanya Vio.

"Enggak tahu!" Henny menggeleng pelan.

"Lah kok bisa? Lo ngga liat diundangannya?"

"Enggak." Henny menggeleng lagi.

"Gue belum dikasih undangannya sih," ucap Henny pelan sambil menggaruk ujung hidungnya yang tidak gatal.

"Bangkeeeeek, gue kirain udah ada undangannya lo," teriak Merry frustrasi.

"Galau, galau, belum tentu diundang juga lo," sambung Merry.

"Yekan, gue cuma mau mempersiapkan hati aja kalau diundang." Vio langsung melempar bantal ke kepala Henny. Merry keluar dengan kesal. Disusul Vio yang terlihat seperti penonton yang kecewa.

***

Sementara di tempat lain. Henry sudah masuk ke dalam ruangan privat di sebuah club malam. Henry datang bersama Diva. Di dalam ruangan itu ia melihat ada Dino, Reza, Mike, dan David.

Keempat sahabatnya itu menyambut kedatangan Henry dan Diva dengan meriah. Diva menyalami satu persatu keempat lelaki yang ada di sana.

"Hai, Div, lama ngga ketemu," sapa Dino yang langsung mengulurkan tangannya.

"Hehe, iya," jawab Diva sekenanya. Henry yang melihat interaksi Dino dan Diva,  langsung menjauhkan Diva dari Dino.

"Ingat anak bini di rumah," ketus Henry. Dino langsung tertawa terbahak. Memang paling gampang menggoda Henry.

"Tumben ke sini?" tanya Henry menatap Reza. Reza menunjuk David dengan dagunya.

"Gue mau menikah tiga bulan lagi," ucap David dengan lantang dan penuh kebahagiaan.

Henry melongok tak percaya. Ia tahu bagaimana karakter sahabat-sahabatnya itu. Diantara mereka berlima cuma, Henry lah orang tersetia dan terbaik dalam berhubungan dengan perempuan.

Jadi, saat mendengar ucapan David ia akan menikah maka Henry akan segera menemui perempuan yang berhasil membuat lelaki itu berhenti bertobat. Seperti Yasmine yang berhasil membuat Dino si raja Minum menjadi penikmat air putih.

"Tiga bulan masih lama, Vid. Bisa aja lo keluar dari tempat ini terus ketemu cewek lain, lo langsung main," sindir Dino yang sengaja membuat David tersinggung.

Tiga bulan itu terlalu lama untuk seorang David. Kalau memang ia serius harusnya minggu depan mereka sudah menikah.

"Iye, lo dari bulan kemaren ngomongin nikah mulu, ngga nikah-nikah juga," sambung Mike yang membuat David mencebik tak suka.

"Udah-udah, siapa tahu memang kali ini David serius." Diva menengahi mereka semua. Henry tersenyum mendengar jawaban Diva.

"Lah, kalian kapan?" tanya Reza. Seringai jahil muncul di wajahnya.

"Tergantung Diva, maunya kapan," jawab Henry enteng.

"Mau malam ini juga, gue jabanin," sambung Henry lagi. Diva tersipu malu.

"Eh, tadi kan gue minta kontak Henny Silvia." Suara Reza menghentikan kegiata  Henry yang sekarang tengah meminum beer yang ada di depannya.

"Hah?" Diva berteriak kaget.

"Henny Silvia yang sekantor sama kita?" tanya Diva sambil menunjuk dirinya dan Henry yang ada di sebelah kanannya.

Reza mengangguk ceria.

"Kok lo bisa kenal dia, jangan sama dia, ah, anaknya ngga jelas, kayak ngga ada yang lebih oke aja di dunia ini," ketus Diva.

Reza menatap tajam ke arah Diva. Ia tak tahu mengapa Duva berkata seperti itu. Yang ada di dalam otaknya sekarang justru Henny lebuh baik dari pada Diva.

"Gue ngga perlu penilaian lo, terhadap apa yang gue suka." Reza tak kalah kesalnya.

Melihat suasana yang tak begitu baik. Henry langsung mengambil ponselnya. Dan mengirim kontak yang bernama Hensil kepada Reza.

"Hensil?" Reza membuka ponselnya. Ia melihat pesan dari Henry.

"Kata lo mintak kontaknya," jawab Henry. Reza langsung tertawa. Nama yang lucu, Hensil. Reza turut menyimpan nama itu dengan nama yang sama yaitu Hensil.

"Kalian ngeributin apaan sih," tanya David yang dari tadi hanya mendengarkan saja.

"Ada cewek keren banget, lucu. Henry aja sampe dibuat diem," kekeh Reza ketika mengingat kejadian tadi.

Henry menatap Reza tak suka. Dan Reza suka melihat itu.

***

Assssekkkk...

Mas Ejakkkk aku padamuuuuh 😘😘😘

You're My Propeller (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang