PART XIV

1.3K 87 6
                                    


"Kamu ke ruangan saya sekarang!"

Tok...tok...tok...

Henry langsung menyuruh masuk orang yang mengetuk pintu.

"Jadi lo jelasin ke gue deh ada apa di ruangan kalian tadi," Henry meminta Rifki yang baru saja datang setelah di telponnya.

Rifki mengangguk faham dan dia mulai menceritakannya.

"Jadi, gini Mas, tadi Henny ijin ke gue buat ke kantin mau sarapan. Soalnya dia ada sakit magh jadi kalau dia sampai telat makan dia bakal muntah-muntah gitu. Lagian juga si Henny udah ngerjain tugasnya untuk yang pagi, tinggal di print doang selesai deh. Tiba-tiba datang Mbak Diva Marah-marah gitu," Rifki mengangkat bahunya.

Reza yang mendengar penjelasan itu jadi terdiam mendengar 'dia ada sakit magh jadi kalau dia sampai telat makan dia bakal muntah-muntah'

"Oke makasih untuk penjelasan kamu," Henry mendekati Rifki dan memukul pelan pundaknya. Rifki permisi untuk meninggalkan ruangan.

Reza ikutan Pamit meninggalkan Henry. "Demi kelangsungan hidup karyawan lama lo, mending lo pertimbangin lagi Diva buat disini. Gue pamit," Dia melangkah menjauh meninggalkan Henry yang masih terdiam.

Reza menangkap ada sosok Henny di depan nya dengan cepat disusulnya langkah itu.

"Lo kenapa Henny?" seru Reza pura-pura tidak tahu dengan kejadian tadi.
Henny tersenyum sambil menatap Reza.

"Pura-pura ngga tau padahal tadi ngepoin juga," kata-kata Henny sukses membuat Reza malu. Henny tersenyum lagi menatap laki-laki di hadapannya itu.

"Kok lo diam aja ngga ngasih pembelaan atau apa gitu, kan orang yang liat bakal nilai kamu ngga kompeten," protes Reza. Henny tertawa. Dan menggelengkan kepalanya.

"Hmm kadang hidup ini menjebak kita dalam sebuah ketidak-adilan meskipun kita tak bersalah tetap akan bersalah karena ada yang lebih berkuasa dari kita," Henny mengangkat kepalanya menatap langit-langit.

Reza masih bingung dengan istilah yang disampaikan oleh Henny. Tanpa mereka sadari dari tadi ada Henry di belakang mereka. Henny dan Reza memasuki Lift. Betapa kagetnya mereka ada Henry yang ikut masuk dalam lift itu.

Semerbak aroma yang sangat dikenal Henny memenuhi udara di sekitar hidungnya, sial dia terjerat aroma yang sangat menyegarkan ini. Tak ada suara diantara mereka bertiga.

Ting... lift terbuka.

Henny berjalan kekantin setelah melihat jam sudah waktunya untuk makan siang.

"Gue duluan ya,Hen?" ucap Reza mengangkat tangannya sebelah kanan.

"Iya."

"Iya."

Henry dan Henny menjawab berbarangan. Reza berhenti sejenak dan membalikkan badannya, memukul kepalanya frustasi.

"Itu Henry... Itu Henny... yep kalian berdualah pokoknya." Dia kebingungan.

Reza berlalu meninggalkan Henny dan Henry.

"Saya rasa kamu perlu menjelaskan kejadian tadi di ruangan kalian," suara Henry menghentikan langkah Henny.

"Maaf Pak atas sikap saya tadi, saya benar-benar di luar kendali," Henny menunduk sambil menggigit bibir bawahnya menahan rasa takut. Kalau-kalau ada titah Henry yang bisa membuatnya angkat kaki dari tempatnya bekerja sekarang.

"Saya cuma minta kamu menjelaskannya," sambung Henry melempar senyum ke karyawan lain yang menyapanya. Benar-benar dia tidak melihat wajah Henny saat berbicara.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now