PART XXXV

878 42 24
                                    

Alangkah lebih baiknya kalau di komen dan di vote, serah deh mau dikata saya gila vote, yang penting sombong

***

Henry sedang bersama Diva, di sebuah gedung dalam acara pernikahan. Diva bergelayut manja di lengan kokoh milik Henry, beberapa mata memandangi mereka dengan rasa kagum. Henry memang selalu menjadi pusat perhatian orang dimanapun dirinya berada, karena malam ini dia adalah tamu istimewa bagi yang  memiliki acara.

Wanita-wanita cantik dengan tubuh yang tinggi semampai dan tubuh langsing bertebaran di acara ini.

"Hoiii," sapa seseorang membuat Henry dan Diva menoleh, rasanya ingin sekali Henry membunuh orang yang sudah mengagetkannya itu.

"Lah, sendirian aja? Calon kemana?" tanya Henry melihat lawan bicaranya datang tanpa gandengan.

"Merry lagi ada jadwal terbang jadi sendiri aja nih gue," Aldi tertawa pelan kini dia mengalihkan pandangannya ke orang disebelah Henry.

"Diva?" tanya Aldi membuat Diva yang dari tadi menunduk karena tidak menyangka akan bertemu Aldi disini. Diva tersenyum tak enak, Henry melihat tingkah Aneh dari Diva.

"Kalian udah saling kenal?" kali ini Henry tak mampu menahan rasa penasarannya. Aldi memicingkan matanya dan sedikit bingung dengan pertanyaan Henry.

"Kan dia sekretaris lo? Masa gue ga kenal?" ucap Aldi langsung menyambar, ada kelegaan yang terpancar dari kedua orang yang ada di depan Aldi.

Entahlah Henry merasa lega begitu mendengar jawaban dari Aldi, dia takut kalau-kalau jawaban yang keluar dari mulut Aldi malah akan membuatnya kecewa.

"Kirain lo kesini bakal sama Reno, taunya sama, Henry," Aldi melanjutkan kalimatnya. Sontak Henry merasakan tubuh Diva menggenggam lengannya lebih kencang.

"Reno?" Henry membeo.

"Iya Reno, eh maksud gue itu--" Aldi merasakan suasana mencekam, dia tidak tahu mengapa suasana berubah menjadi suram. Yang Aldi tahu, Diva masih berstatus pacaran dengan Reno. Merasa ada yang salah dengan ucapannya Aldi langsung pamit untuk bertemu dengan teman-temannya yang lain.

"Gue kesana dulu ya." ucap Aldi tanpa menunggu jawaban Henry.

Henry menatap Diva yang sudah terlihat kalang kabut, bibir merah sensualnya terkatup rapat, dia berpura-pura tidak tahu, sementara di dalam hatinya sudah bergemuruh.

"Gue ngga tau apa Reno yang dimaksud Aldi tadi adalah orang yang sama waktu gue lihat lo di club malam itu?" ucap Henry Dingin. Diva terdiam dia tak berniat menjawab, salah satunya cara untuk meyakinkan Henry adalah dengan diam saja dan berpura-pura terluka dengan ucapan Henry.

"Bisa dijelasin biar rencana kita ke depannya lancar," ucap Henry yang kini mendudukkan Diva di sebuah meja melingkar. Diva mengangguk pelan masih memasang wajah sedih.

Diva sadar sekarang lelaki di depannya itu sedang menahan emosi, itu terlihat jelas dari gaya dia bicara yang biasanya aku-kamu sekarang berubah gue-elo.

"Dia sahabat aku, dan itu bukan  orang yang sama, kalau kamu terus-terusan mojokin aku dan ngga percaya sama aku lebih baik kita batalkan saja semuanya," Diva langsung berdiri bersikap seolah dirinya terluka, dan menjauhi Henry.

Henry berlari mengejar Diva, Diva berusaha untuk tetap berlari menuju jalanan. Yang tidak jauh dari gedung tempat diadakannya acara pernikahan itu.

"Tunggu!" Henry berhasil meraih pergelangan tangan Diva, dia merasa sudah menyakiti Diva dan perlu meminta maaf.

"Maafin aku, Div," Henry langsung merengkuh tubuh Diva dan menenggelamkannya ke dalam pelukannya. Diva tertawa senang.

*

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now