PART XXII

1.1K 66 8
                                    

Setelah menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Henny mengganti baju dan bersiap untuk 'jalan-jalan' sepertinya, selain beribadah 'jalan-jalan' adalah pendukung untuk menjernihkan otak.

Henny dan Vio sudah siap, jangan tanya seperti apa Vio. Dia selalu cantik dengan badannya yang ideal, rambut panjangnya yang indah, kulitnya yang putih bersih.

Henny masih seperti biasa hanya menggunakan Jeans dan baju kaos tangan panjang berwarna Abu-abu bertuliskan slogan salah satu klub sepakbola kesukaannya. 'YOU'LL NEVER WALK ALONE' rambutnya dicepol seadanya. Dan yang membuat Henny berbeda dengan tampilan Vio saat ini adalah ALIS. Henny tidak pernah memakai alis mata sehingga dandanannya natural sekali.

Sosok yang ditunggu keluar juga dari pertapaannya, entah apa yang membuat wanita itu lama sekali keluar dari kamar. Janji setelah magrib dan sekarang adzan isya sudah berkumandang. Memang berbeda sekali melihatnya Merry tampak cantik. Senyumnya benar-benar akan menggoda siapa saja yang memandamgnya. Ah, beruntungnya Henny berada diantara mereka berdua.

"Lama Bodat!" cerocos Vio yang masih sibuk dengan ponselnya. Mungkin dia sedang menjadi artis yang sibuk melakukan live disalah satu aplikasi media sosial.

"Iye sorry mamak bodat!" Merry mengeluarkan Ponselnya dan sepertinya yang menjemput mereka akan segera tiba.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan kontrakan mereka. Langsung saja Merry keluar mengajak Henny dan Vio. Terang Saja Henny langsung masuk ke dalam mobil, rezeki anak Sholeha tidak boleh ditolak.

"Lah, Aldi?" Henny menatap Aldi dengan santai walaupun sempat kaget. Seingat Henny kemarin pas diacara nikahan Anggara, Aldi bersama seorang wanita dan itu bukan Merry.

"Hai, Henny," sapa Aldi yang memandang Henny dari spion tengah yang duduk di belakangnya.

"Perasaan kemaar-"

"Oh iya kemaren kita ketemu di tempat Anggara ya? Gue sama sepupu gue itu," Aldi langsung memotong omongan Henny, jangan tanya jiwa penasarannya mulai bangkit dan dia tidak yakin kalau yang diajaknya waktu itu adalah sepupunya.

Merry menatap Henny seolah meminta penjelasan, Vio yang dari tadi terdiam sibuk dengan ponselnya.

"Ngga loh Mer kemaren gue pas diacara Anggara lo ingat kan? Nah waktu itu gue ketemu dia kirain dengan lo taunya sama SEPUPUNYA," Henny sengaja menekan kata sepupu.

"Ehehe, Iya Mer begitulah ceritanya," Aldi tersenyum tak enak, takut-takut Henny salah omong.

"Ya, semoga aja Sepupu lo beneran!" ketus Henny sedikit kecil dari belakang tempat Aldi. Aldi mendengarnya dengan jelas.

Mereka berada disalah satu caffe yang cantik dan indah. Dari sini terlihat suasana kota dimalam hari begitu ramai.

Merry dan Vio masih ngobrol di salah satu meja karena ada teman mereka disana. Kini Henny berada berdua bersama Aldi, Henny menatap menu apa yang akan di pesannya.

"Al, gue tau itu kemaren bukan sepupu lo, dan gue mau lo ngga usah mainin Merry kalau cuma jadiin dia salah satu list cewek yang jadi boneka lo," Henny ngomong setajam silet, matanya masih melihat ke daftar menu. Aldi terhenyak mendengar kata-kata Henny.

"Gue serius sama dia,"

"Well, i hope so. Semoga omongan lo bisa gue pegang,"

"Iya Hen, lo kok nyeremin kalo lagi serius," goda Aldi, dan kali ini Henny mengalihkan pandangannya ke lelaki yang ada di depannya itu.

Pantas saja memang kalau Merry sampai tergoda melihat Aldi, wajahnya yang cenderung terawat dan alisnya yang tebal menjadikan nilai plus selain profesinya sebagai seorang Pilot yang menjadi idaman siapa saja.

You're My Propeller (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang