PART LXX

916 52 30
                                    


Sedihhhhhh ini mah :'(

*

"Dia teman aku, Bang," jawab Henny lirih.
Mendengar itu Alif langsung tertawa terbahak dan kemudian langsung memegangi pipinya yang terasa perih.

"Teman apa teman?" goda Alif. Henny langsung mencebik tak suka. Sempat-sempatnya abangnya itu berusaha menggoda.

"Abang tunggu disini ya, aku ketemu dia dulu," Henny tak menunggu persetujuan Alif dia langsung bergegas meninggalkan Alif sendirian.

Henry sudah menunggu Henny di depan kamarnya, Henny yang melihat keberadaan Henry langsung menarik lengan Henry. Henry mengikut saja kemana ia akan dibawa Henny.

Disinilah mereka sekarang, di bawah pohon yang rindang menatap danau yang indah.

"Aku tahu kamu mungkin tidak menginginkan keberadaan aku disini," ucap Henny.

'Gue seneng lo disini'

"Aku tahu mungkin selama ini kamu cuma mempermainkan perasaanku saja. Apa? kamu bilang suka? Hah, goblok gue termakan kata-kata itu!" Henny mulai meneteskan airmatanya tak bisa menahan emosi, bahkan ia sudah melupakan aku-kamunya.

'Gue serius Hen'

"Aku ga tahu sebenci apa kamu sama aku, sampai-sampai abang kandung aku sendiri kamu pukul, hiks,"

'Hah? Abang kandung? Serius gue ga sengaja. Gue sayang lo gue ga benci lo'

"Hiks...hikss... aku jauh-jauh datang kesini cuma mau jelasin, kalau aku hiks...hiks..."
Henny menangis dengan sesunggukan.

'Please jangan nangis'

"Jangan nangis!" suara itu dingin. Dan membuat Henny semakin ingin berteriak nangis.

"Oke kita pulang sekarang," Henry mengajak Henny kembali ke hotel. Karena dia tidak tega melihat Henny seperti itu. Dan dia juga tak berani untuk memeluk Henny sekarang. Salah satunya cara adalah dengan mengajak Henny pulang dan dia akan meminta maaf kepada abangnya.

"Aku ga mau pulang!" Henny berteriak. Henry malah semakin bingung.

"Denger, Hen, kita balik ke hotel ya, bukan pulang ke Jakarta," Henry membujuk Henny yang dari tadi sesunggukan. Henry berusaha untuk menangkap tangan Henny namun dengan cepat Henny menepisnya.

Henry sadar dia memang salah, dan membiarkan Henny berjalan di depannya dengan langkah yang cepat. Dia meninggalkan Henry. Henry bersabar karena dia memang yang salah disini.

Mereka sudah tiba di Hotel, Henny sudah masuk ke dalam kamarnya. Henry menunggu di depan kamar Henny.

Lama dia terduduk disana, hingga pintu terbuka, menghadirkan seorang yang asing.
"Teman, Henny?" tanya Orang itu yang terlihat tegap. Henry mengangguk.

Ya dia adalah Alif, alif mengulurkan tangannya untuk membantu Henry berdiri.

Mereka sudah berada di rooftop hotel.
Menikmati suasana yang sedikit panas.

"Maaf," kata Henry dengan tulus.

"Lumayan juga pukulannya," Alif menunjuk pipinya yang sedikit membiru. Henry meringis sendiri melihatnya.

"Kamu tahu? Kalau Henny tidak pernah senekat ini," Alif mulai menerawang. Henry mendengarkan dengan seksama.

"Dia adik saya satu-satunya, dan semua orang di rumah sangat menyayanginya, dia memang manja, tapi dia mandiri,"

Henry terkekeh mendengar ucapan Alif, semuanya benar Henny orang yang seperti disebutkan Alif.

"Saya percaya sama kamu, tolong jaga kepercayaan saya," tegas sekali omongan Alif. Henry hanya terdiam. Dia tahu maksud dan tujuan omongan itu. Terlalu berat baginya karena Henry bukan siapa-siapanya Henny. Lebih baik Alif berkata seperti itu kepada Reza.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now