PART XLII

904 49 11
                                    


Lanjutttt cuyyyy...

Keep reading guys ♥♥♥

***

Jam dua belas siang Henny sudah sampai di kantornya. Tidak ada yang menarik hanya beberapa Pramugari dan Pramugara yang sudah menunggu di sana dan akan segera di-drop ke Bandara. Setelah mengisi absen masuk, Henny langsung mengecek layar komputer dan memeriksa siapa saja nama Crew  yang akan terbang tujuan JOG-DPS.

"Yok, makan ke kantin," ajak Yana, tidak menolak Henny langsung berdiri dan langsung menunduk ramah ketika melewati seorang pilot dengan Bar empat di bahunya. bapak itu membalas senyum Henny. 

"Gue Lotek deh satu, pedes banget," teriak Henny yang ditanyai oleh Komang mau pesan makanan apa. tak berapa lama Komang datang dengan membawa tiga gelas es teh.

"Mbak, kok Lo jutek sama orang-orang di sini," tanya Henny yang bingung dengan kelakuan seniornya itu. Komang langsung terkekeh pelan sambil menutupi mulutnya.

"Ya, mereka juga gitu makanya gue ngikutin mereka." Komang langsung menyedot minumannya.

Henny mengangguk paham.

"Umur lo berapa sih, Hen?" tanya Yana sambil menyesap minumannya, tak berapa lama ibu kantin datang dengan dua piring lotek dan semangkuk soto.

"Dua empat mau dua lima," jawab Henny jujur.

"Serius lo? Tuaan lo daripada gue dong." Yana teriak histeris.

"Iya, Henny tua umur tapi mukanya masih kinyis-kinyis, lah lo umur muda muka tua, boros muka," sambar Komang sambil memerhatikan ponselnya.

Dengan cepat Yana memukul bahu Komang memakai dompet yang dipegangnya. Henny malah diam saja dia lebih asik menikmati lotek kesukaannya.

"Emang lo berapa?" tanya Henny begitu Yana dan Komang selesai berdebat.

"Dua satu!" Henny sedikit terkejut,

"Setuju gue yang dibilang mbak Komang, asli lo boros muka, Yan." Henny tertawa ngakak. Komang ikut tertawa mereka berdua ber-tos-ria senang melihat Yana yang kini sudah manyun.

"Tega ah sama anak kecil ini," sambung Yana.

"Duh ngambekan, kayak abege labil." Komang menyambar.

"Seenggaknya gue lebih muda dari pada lo berdua."

"Udah udah, yok buruan entar si Bos dateng." Komang mengakhiri pertengkaran mereka.

*

Henry masih berleyeh-leyeh di kasur hotel yang berukuran King size itu. Tak berniat sama sekali berangkat dari tempatnya. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, belum ada tanda-tanda kehadiran Reza.

Ia meraih ponselnya, berharap ada sebuah pesan dari Diva, mungkin. Entahlah ia membenci dan menyayangi Diva. Tidak ada pesan sama sekali, banyak pesan masuk dari orang-orang yang tidak diharapkannya. Ia beranjak menuju kamar mandi dan langsung membersihkan dirinya di bawah cucuran air shower. Setidaknya itu membuatnya sedikit tenang.

Setelah mandi, dia memakai kaos berwarna hitam dan celana selutut serta memakai kaca mata hitam. Dia menelpon supirnya untuk membawa mobil. Kali ini dia akan melihat rumah milik keluarganya yang sudah lama sekali tidak dihuni. Lumayan jauh dari hotel tempatnya sekarang berada.

Segera Henry membawa kopernya masuk ke dalam rumah itu. Kemudian ia memeriksa satu persatu kamar yang ada di sana. Rumah yang tidak bertingkat. Namun, ada kolam renang yang menyejukkan di sana. Bunga-bunga nan asri masih tetap tumbuh indah, meskipun tidak dihuni oleh keluarganya rumah itu tetap dirawat oleh orang-orang kepercayaan mamanya.

You're My Propeller (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang