PART LII

824 50 22
                                    

Gimana part sebelumnya pada baper ya? Sama saya aja baru baca ulang, maaf kalau banyak typo  soalnya belum di revisi...

Kalau saya baca ulang rasanya tu kek kurang ini kurang itu Alhasil bikin mandek... nah jadi saya ga baca langsung post begitu...hhha

Yaudah ini silahkan dibaca :D

***

Henny kembali ke kantor di malam hari. Sebenarnya badannya tidak enak, tetapi karena tuntutan pekerjaan dia harus masuk. Malam, jam tujuh dia sudah duduk manis di depan layar komputer, tidak ada yang menarik di sana.

"Hen, semalam lo ngabur kemana?" tanya Komang yang sudah duduk di sebelah Henny.

Henny tidak terpikir akan muncul pertanyaan seperti ini sebelumnya, dia terlalu fokus dengan sakit kepalanya.

"Semalam teman gue, sakit!" ucap Henny berbohong, tentu saja dia tidak mau membuka aib seorang Henry Maradinata.

"Oh gitu, pantes aja gue liat lo panik banget," Komang turut prihatin dengan keadaan teman Henny itu.

'Maafkan Aisyah harus bohong yaAllah'

Henny kembali bekerja meskipun badannya sudah tidak kuat lagi. Dia memijit-mijit alisnya.

*

Hari ini Henny libur tapi dia mendapat kabar dari grup chat di kantornya bahwa atasan mereka sedang sakit sehingga tidak masuk hari ini.

Atasan yang dimaksud adalah Henry, bukan Pak Dullah. Semenjak kedatangan Henry eksistensi pak Dullah tergeser. Dan semua perhatian beralih kepada Henry.

Henny menatap layar ponselnya sambil berselimut. Badannya panas tapi ia merasa kedinginan. Membaca chat tentang keadaan Henry, Henny merasa khawatir dia langsung bergegas ke kamar mandi dan membersihkan badannya, jam menunjukkan pukul empat sore.

Dia dari tadi hanya tidur saja berharap sakitnya akan mereda. Namun, belum ada tanda-tanda sakitnya akan menghilang.

Sekarang Henny sudah rapi menggunakan celana longgar dan baju kaos panjang yang juga longgar. Dengan ojek online kebanggaan masyarakat masa kini, Henny sudah sampai di rumah Henry.

Rumah itu tampak sepi, Henny tak mendapati Mbok Darmi di sana. Dengan susah payah, akhirnya pintu terbuka.

Menampilkan Henry dengan selimut tebalnya. Dia tak berniat sama sekali menyapa Henny begitupun Henny dia langsung menerobos masuk.

Henry tak memperdulikan kehadiran Henny, dia langsung berjalan menuju Kamarnya, di ikuti Henny.

Henry terkejut begitu melihat Henny sudah ada di kamarnya. Tanpa aba-aba Henny masuk menatap puncak kepala Henry yang kini terbaring. Henry pun tak melakukan apa-apa dia merasakan tangan Henny yang dingin.

Dengan cepat Henny keluar kamar. Dia menuju dapur, memasak bubur karena wanita itu yakin. Henry belum makan sama sekali.

Sambil menunggu masakannya matang, dia mencari kotak P3K, untuk menemukan obat penurun panas dan pereda sakit kepala.

Setelah didapatnya Henny kembali ke dapur dan menyiapkan nampan yang berisi semangkuk bubur, air putih segelas dan obat-obatan.

Henny sudah di kamar Henry. Henry memejamkan matanya. Dengan gerakan cepat Henny membuka selimut Henry, otomatis Henry terbangun dengan wajah kesal.

"Jangan marah dulu, nih dimakan! Abis itu minum obat," Henny merasa aneh pada dirinya sendiri, rasanya dia seperti seorang wanita yang merawat kekasihnya.

Henry menatap Henny sejenak, kemudian dia mendekatkan wajahnya pada Henny. Henny menahan napas, bagaimana bisa Henry melakukan itu. Itu tidak baik untuk kesehatan jantung Henny.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now