PART XLIV

875 45 21
                                    

Lanjut saya ga banyak minta kali ini...

Hhaa

***

Sedari tadi Henry tak banyak bicara hanya deheman saja yang keluar dari mulutnya. Yana dan Reza masih saja asik mengobrol, sementara Henny sibuk dengan khayalan gilanya yang masuk ke dalam
Pikirannya.

"Sekarang lo kerja di mana, Hen?" tanya Reza otomatis membuat Henny terbatu-batuk karena baru saja dia menatap Reza dengan tatapan tertarik. Dia langsung membuang mukanya sejenak masih dengan batuk yang keluar dari mulutnya.

Tanpa suara tanpa aba-aba Henry menggeser sebotol air mineral ke depan Henny, Reza sempat kaget namun dia langsung mengerti maksud Henry,

"Minum dulu, Hen," ucap Reza,  Henny tak menggubris minuman itu, dan ia langsung menoleh ke arah Reza, membuat Henry merasa 'sok nolak' cibirnya dalam hati.

"Aku mah kerjanya sama dengan Yana," ucap Henny santai.

"Jadi di FHair juga? Ujung-ujungnya balik ke FHair juga yakan." Reza tertawa. Henny hanya mengangguk.

"Bagian apa?" Sekarang Henry yang angkat bicara dan Yana sudah meremas roknya karena mendengar suara yang keluar dari mulut Henry.

"Occ,"  ucap Henny singkat. dia teringat kejadian di mana dia dipecat oleh Henry.

"Kali ini jangan pecat saya lagi ya, Pak." Henny mengangkat kedua tangannya dan jarinya membentuk huruf V.

Dia mengangkat bahu mendelik tak suka dengan sindiran yang di ucapkan oleh Henny. bukan lagi sindiran tapi ungkapan langsung.

"Eh by the way beneran kabar, Pak Henry mau nikah sama Mbak Diva???" tanya Henny sengaja menekan nama Diva Henry memicingkan matanya menatap Henny tajam, tatapan penuh permusuhan, yang ditatap langsung beringsut tak berani bersuara kembali.

"Lo sentimen banget kayaknya sama gue, ada dendam pribadi, huh?" Henry masih menatap tajam ke arah Henny yang masih tertunduk. Reza melihat itu merasa bingung sendiri.

"Udah-udah jangan berantem, gue mau pesan, lo mau ikut, Hen?" Reza berniat menyelamatkan Henny dari ketegangan yang dirasanya. Henny menggeleng masih menunduk.

Yana langsung berdiri, "Aku mau pesan juga, Mas." Yana melangkah mengikuti Reza, menyisakan dua manusia yang masih dalam suasana tegang.

"Maaf," cicit Henny yang masih terdengar di telinga Henry.

"Buat?" Henry mengangkat sebelah alisnya, Henny memberanikan dirinya untuk menatap Henry.

'Bisa tampang lo biasa aja? Aku ga kuat maz'
"Hmm, gue ngerasa kalau ada kata-kata gue yang ngebuat lo jadi seperti itu,"

"Seperti apa?" Henry masih menatap Henny dengan intens. Henny benar-benar geram melihat Henry seperti itu.

'Ngajak berantem mulu ni anak, untung ganteng'

"Yaitu, tadi gue merasa lo marah atas ucapan gue yang ngebahas, Mbak Diva," jelas Henny membuat Henry mengangguk,

"Hei, serius banget!" Reza dan Yana selesai dari memesan makanan dan sekarang dia sudah duduk di tempat mereka masing-masing.

"Eh, aku ke toilet dulu ya." Henny menggeser kursinya dan berjalan menuju toilet.

Keluar dari toilet Henny menemukan Henry yang dengan santainya menyandarkan tubuhnya di dinding depan toilet.

Henny melangkahkan kakinya mengabaikan Henry yang masih tertunduk mengamati ponselnya.

"Lo ada masalah apa sama gue?" suara Henry menghentikan langkah Henny, Henny menoleh.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now