PART LI

782 52 46
                                    

Ini lanjutan dari part sebelumnya

***

"Biar gue anter!" ucap Henry berdiri dari tempatnya.

Henny tertawa sinis menatap Henry, dia sungguh tak habis pikir kalau efek mabuk bisa membuat orang lupa segalanya.

"Haduh Bapak Henry yang terhormat, Anda masih mabuk?" sindir Henny yang melihat Henry sudah ada di ambang pintu. Henry menoleh dan sebagian ingatannya memutar kejadian semalam. Dia menahan ekspresinya agar tetap terlihat dingin.

Sesungguhnya dia malu sekali, wanita satu-satunya yang pernah melihat Henry mabuk separah semalam cuma Henny. Entah mengapa dia tak suka Henny menatapnya dengan tatapan sinis begitu.

"Apa?" hanya itu yang ada di otak Henry. Dia tidak tahu lagi harus berbicara seperti apa.

"Gue kira selama ini lo beda dari cowok di luaran sana, yang suka menghabiskan uangnya dengan cara ngeclub, ternyata bener kata orang-orang," masih dengan tersenyum sinis.

Suara taksi sudah terdengar di telinga keduanya. Henry membuka pintu dan memang sudah ada taksi berwarna hitam di sana.

Henny melangkah ke arah pintu dan sekarang di depannya masih berdiri tubuh tinggi Henry.

"Terimakasih tawaran buat nganterin, asal lo tahu aja mobil lo masih tinggal di Bo-She!" dengan langkah cepat Henny meninggalkan rumah itu.

Henry masih terdiam di posisinya dia ingin sekali marah ke wanita itu. Tapi untuk apa tidak ada gunanya lagi pula Henny tidak melakukan kesalahan apapun.

Harusnya makasih dulu sih

Henry mendengus kesal, karena melupakan kata mujarab itu. Walau bagaimanapun Henny sudah menolongnya semalam.

Henry kembali teringat kejadian saat dia ingin memukul orang. yang malah terbalik dia yang kena pukul. Dia mengingat bagaimana ekspresi Diva yang merasa tidak bersalah sama sekali. Mengingat Diva kepala Henry kembali berdenyut.

'Shit, bitch!'

Mengumpat dalam hati semakin membuatnya tidak nyaman. Dia ingin sekali memaki-maki Diva yang selama ini dipujanya sepenuh hati dan segenap jiwa. Namun, apa balasannya? Diva malah bersama orang lain.

Kadang cinta membuatmu menjadi orang bodoh, dan kau tahu kau sudah dibodohi cinta. Tetapi, kau tetap saja mengagungkan cinta yang salah.

"Loh, Mbak Henny nya kemana, Den?" tanya Mbok Darmi yang berhasil membuat Henry tersadar dari lamunannya.

"Udah pulang," jawab Henry lemah.

"Yah, kok dia ngga bilang, padahal Mbok udah masak," Mbok Darmi teringat sesuatu dan langsung berlari ke dapur.

Dia menyeduh madu dan air hangat, setelah dirasa keduanya sudah menyatu. Mbok Darmi kembali lagi ke ruang tamu untuk mencari Henry, tetapi, yang dicari sudah tidak ada lagi.

Sambil berkeliling menyebut nama Henry, Mbok Darmi akhirnya menemukan Henry yang berdiri di pinggir kolam.

"Den, ini loh di minum," Mbok Darmi menyodorkan apa yang tadi dibuatnya. Henry menyipitkan matanya mencoba mencari tahu jenis minuman apa yang diberikan oleh asisten rumah tangganya itu.

"Apa?" tanyanya singkat.

"Ini air madu Hangat. Kata Mbak Henny tadi kalau Den Henry sudah bangun, ya, saya harus kasih ini, biar maboknya hilang," jawab Mbok Darmi antusias.

"Oh, yaudah sini!" sempat tersenyum. Henry langsung meminum minuman itu sampai tandas. Terasa hangat di tenggorokan dan di lambungya.

"Gimana rasanya, Den?" si Mbok penasaran. Henry menoleh sambil menggeleng tak menyangka bahwa tingkat ke-kepo-an Mbok Darmi sangat tinggi.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now