PART XLIX

822 40 15
                                    

Pagi sekali Henny sudah berada di bandara, bersama Henry dan Reza, tujuannya seperti yang sudah Reza bilang kemarin bahwa hari ini, lelaki itu harus kembali ke jakarta setelah hampir seminggu berada di zona nyamannya.

Reza dari tadi menahan diri untuk tidak melakukan apa-apa, karena memang tipe-tipe Henny adalah tipe wanita yang harus dijaga sebelum memiliki secara sah.

Inginnya Reza melakukan adegan-adegan romantis seperti di drama-drama Korea di mana saat kekasihnya pergi maka mereka saling berpelukan dan saling mengucapkan kata-kata cinta.

Sayang, itu hanya terjadi dalam pikiran Reza selebihnya tidak sesuai dengan keinginannya. Henny dari tadi masih saja sibuk dengan ponselnya. Vio dan Merry mengajaknya untuk video call, dan seperti inilah Henny, ketawa sendiri.

Reza mendekati Henny yang masih sibuk dengan obrolan jarak jauhnya.

"Sibuk bener!"

"Eh Mas Reza, iya ni lagi asik ngobrol jarang-jarang bisa ngobrol begini," Henny masih belum mematikan sambungan Video Call-nya.

"Eh, Hen itu Reza ya? Salamin dong,"

Telinga Henny dipenuhi oleh teriakan Vio yang semakin menjadi-jadi ketika Henny menggunakan kamera utamanya untuk menyoroti wajah Reza.

Setelah itu Henny mematikan sambungan vcall-nya secara sepihak. Reza sudah bersalaman dengan Henry yang masih seperti biasa Cuek bebek.

"Henny gue balik dulu ya, oh iya, kata-kata gue kemarin itu serius. Gue tunggu jawaban lo," bisik Reza. Kemudian dia berlalu begitu saja.

*

Henry berjalan menuju parkiran di mana mobilnya terparkir. Henny tidak akan mengulangi kejadian yang sama seperti beberapa hari yang lalu, dia langsung menaiki taxi dan menuju kost-annya. Karena dia hari ini masuk malam.

Henry mencari sosok Henny di depan lobby bandara. Henny tidak nampak sama sekali di sana dan dengan santai Henry melajukan mobilnya menuju kantor.

Henny sudah kembali lagi ke kost-nya. Ia langsung menuju ke kasur yang terbentang di hadapannya. Kemudian langsung melelapkan matanya yang terasa sangat berat. Hanya dalam hitungan detik napasnya mulai teratur.

Henry merasakan kejenuhan berada di kantornya, dia keluar dan menuju ruangan lainnya. Namun, tidak ada yang menarik disana.

Dia kembali ke ruangannya dan tetap saja merasa malas berada disana. Dengan cepat dia keluar kantor dan menuju parkiran, mencari mobilnya dan melajukannya.

Henry sudah berada di rumahnya. Setidaknya dengan melihat mangga dia sedikit teringat kejadian saat pertama Reza datang ke sana. Di mana terjadi kesalah pahaman antara Reza dan Mbok Darmi mengenai Mangga dan Janda, Ck.

"Hai!" suara itu seketika membuat Henry menegang. dia langsung mengangkat wajahnya dan sosok itu berada tepat di depannya.

Henry tidak menjawab. Ia hanya menatap tajam ke arah wanita yang menurutnya pernah ia sakiti itu. Henry langsung mendekat dan memeluk tubuh itu dengan posesif.

"Maafkan aku, Div," Henry berucap jujur.

Wanita itu mengurai pelukannya, dia menatap Henry dalam-dalam, tidak ada yang menghalangi mereka.

"Hen, udah sih, aku datang kesini mau baik-baik loh," Diva tersenyum manis.

"Kamu ngga mau marah? Atau mau mukul aku atau mau apa?" Henry memasang badannya dia pasrah apa yang dilakukan Diva kepadanya.

"Lebay kamu," Diva kembali tersenyum

"Dari mana kamu tahu kalau aku di sini?" dari tadi Henry penasaran bagaimana bisa Diva tiba-tiba berada di hadapannya.

You're My Propeller (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang