PART LXI

789 52 28
                                    


Bus besar yang dinaiki oleh staff FHair. Sudah memasuki kawasan tempat diadakannya family outing FHair. Semua yang ada di dalam bus mulai menunjukkan antusias mereka. Termasuk Yana dan Henny.

Mereka berdua sudah berjanji akan tidur di kamar yang sama. Mereka menunggu giliran untuk turun, karena mereka duduk di bagian agak belakang. Setelah berhasil turun, semuanya langsung kegirangan.

Suasana pegunungan memang tempat yang paling pas untuk menenangkan pikiran. Setelah menunggu para staff direksi datang, semua peserta dikumpulkan untuk mengikuti rundown kegiatan FO tersebut.

"Mbak Komang sama Pak Henry kok belum datang ya?" tanya Yana, membuat Henny pun setuju. Tapi ia mengakuinya dalam hati saja.

"Lagi macet mungkin," jawab Henny sekenanya.

"Masa sih macet? aseli deh Mba Komang, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!" Yana berdecak, tak habis pikir akhirnya Komang bisa bersama Henry.

Henny terdiam mendengar ocehan Yana. Tiba-tiba ada Doni dan Satria bergabung bersama Henny dan Yana. Mereka membawa koper yang besar layaknya orang akan tinggal berbulan-bulan.

"Lo mau pindahan atau gimana nih?" tanya Henny yang tak menyangka dua lelaki itu membawa koper segede gaban.

"Maklum gue kalau keringatan dikit langsung ganti baju," Satria nyeletuk.

"Sok bersih iya," kali ini Yana ikut berkomentar.

"Rempong banget sih ngurusin orang, yang bawa kan gue, barang ya barang gue. Kok malah kalian yang ribet!" Doni mulai jengah dari tadi orang-orang mengomentari barang bawaannya.

"Namanya juga penonton kalau ngga berkomentar ya pemain dong!" kembali ke Henny lagi. Doni sudah tak peduli.

Mereka semua masuk ke dalam hotel yang sudah dipesan. Kemudian setelah meletakkan semua barang-barang mereka di kamar masing-masing sekarang mereka berkumpul di halaman belakang hotel yang sangat sejuk.

Tak berapa lama datanglah semua orang yang ditunggu. Beberapa Wanita berteriak kegirangan. Henny mencoba mencari tahu apa yang membuat suasana mendadak riuh.

"Apaan si?" tanya Henny kebingungan. Yana yang sudah sadar dengan hal itu mulai berbisik.

"Hanjirrr Mbak Komang menang banyaaaaaakkk," jeritnya tertahan. Henny malah bingung. Kemudian Doni dan Satria ikut mendekat.

"Astajimmm, Mak, Ganteng semua..."

"Beehhhhh bening euy,"

"Lah kui sopo?"

"Ampun ra kuat,"

"Gilaak, Mas Reza ganteng banget!" heboh Yana, Henny sudah mengetahui, siapa biang kegaduhan di lapangan ini.

Doni mulai berteriak-teriak persis seperti bekantan baru lepas.

"Lo tahu? Itu sahabat-sahabatnya Pak Henry!"

"Gue udah tahu!" Satria menyela omongan Doni.

"Itu yang di sebelah Pak Henry, namanya Dino Kembaran gue," Doni membanggakan namanya yang mirip Dino.

"Nyesal Idup dia kalo lo kembarannya!" cibir Yana. Doni mendengus tak suka.

Beberapa orang sudah melihat ke arah Doni yang tahu banyak mengenai orang-orang yang baru saja datang. Kecuali Komang yang ada di sebelah Henry. Dia tersenyum kikuk berada di depan sana. Doni melanjutkan perkataannya.

"Dino itu sepupunya Pak Henry, bahkan mereka sudah bersama sejak masih dalam kandungan, Dia bekerja di Konsultan Keuangan yang merangkap Konsultan keharmonisan rumah tangga orang,"

You're My Propeller (Completed)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz