PART LIV

769 58 23
                                    

Aseli saya suka banget kalau ada yang suka dan komentar, tandanya kalian sudah menyemangati saya... terharu

***

Setelah pulang kantor, Henny melihat bahwa Henry sedang tidak dalam mood yang baik. Dari tadi semua orang menjadi sasaran kemarahannya.

Bahkan, Henny sempat dibentak olehnya di depan orang, karena terjadi miscomunication antara dirinya dan kru yang akan bertugas untuk keberangkatan JOG-SRG. Setelahnya, Henry seperti biasa memanggil wanita itu ke ruangannya, dan aneh rasanya melihat Henry seperti tadi.

Disinilah Henny berdiri menunggu ojek online.

Sriiittttt...

"Masuk!"

Henny kaget dengan suara bernada perintah itu. Dia mengangkat wajahnya dan menemukan sumber suara. Siapa lagi kalau bukan Henry. Melihat Henry yang sepertinya berbeda itu, Henny langsung masuk ke mobil yang dikendarai atasannya itu.

Setelah Henny masuk dengan mudah ke dalam mobil tanpa perlawanan. Henry langsung tancap gas dengan kecepatan luar biasa. Tak peduli ada wanita di sebelahnya. Dia memacu mobilnya lebih kencang dari sebelumnya.

Henny berpegangan dengan kuat, dia tidak ingin mati muda apa lagi ia belum menikah. Dari tadi mulutnya merapalkan berbagai macam doa, dia benar-benar merasa sedang berpacu dengan maut.

Henry belum ada niatan untuk mengurangi kecepatan laju mobilnya. Dari tadi dia memaki, mengumpat, dan mengklakson siapa saja yang menghalangi jalannya.

"Lo, mau bunuh gue? Please bisa lo turunin gue di sini?" Henny tidak sanggup lagi. Semakin cepat lelaki di sebelahnya memacu mobilnya. Semakin cepat pula jantungnya memompa, lubang-lubang jalanan dihantam begitu saja.

Setelah mengatakan itu Henry mendadak menghentikan mobilnya. Otomatis membuat Henny melaju ke depan untung sabuk yang dia pakai sangat kencang, kalau tidak mungkin tubuhnya sudah berada di aspal sekarang.

"Bisa lo diem aja? ga usah protes!" Henry Hendak melajukan lagi mobilnya.

"Ngga! Gue ngga bisa!" Henny berucap tegas tapi ada nada sedih disana, air matanya sudah siap keluar dari matanya.

Dia tidak mengerti, mengapa dirinya selalu menjadi pelampiasan Henry saat marah. Dia tahu bahwa Henry sekarang sedang dalam keadaan yang tidak baik, bukan berarti dia bisa semena-mena diperlakukan seperti itu.

Henry terlihat berbeda, rahangnya mengeras cengkraman di kemudi semakin mengerat.

"Lo pikir lo siapa, Huh?" dan air matanya lolos seketika. Kepalanya kembali berdenyut, kedua telapak tangannya gemetaran karena kondisi jantungnya belum normal.

'Bego jangan pancing kemarahannya,Hen!'

Henry menoleh, merasa ada sesuatu yang aneh. Dia ingin marah semarah-marahnya. Namun, tertahan karena melihat kedua anak sungai sudah membanjiri pipi wanita di sebelahnya.

"Keluar!" lagi suara itu dingin sedingin es.

Dengan gerakan cepat tanpa pikir dua kali Henny langsung keluar dari mobil itu. Ia tidak menoleh lagi dan terus berjalan sambil mengusap airmatanya.

Henny mendengar mesin mobil kembali menyala, kembali Henry memacu mobilnya di atas rata-rata.

Henny mencari tempat untuk sekedar berteduh karena rintik hujan mulai turu.

'Hujan lagi?'

Kondisi jalanan yang mulai ramai karena memang memasuki jam sibuk, jam pulang kantor dan pulang sekolah.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now