PART XLVII

764 44 27
                                    

Dan saya sudah apdet berkali-kali hari ini, saya mah ga jelas selagi mood yaudah di apdet kalau ga mood yaudah saya ga apdet,
Kalau author yang lainnya terjadwal sehingga dalam waktu yang cepat bisa selesai, nah berbeda sama sama yang apdet sampai berjamur...

Maaf ya buat readers saya yang udah nunggu dari tahun 2016 april pulaak, pokoknyaaa maaf banget, dan terimakasih untuk setia menunggu YMP yang tidak seberapa cetar ini wkqkw...

Happy Reading guys...

***

Setelah kejadian waktu itu, tidak menyurutkan keinginan Henry untuk memajukan dan mengembangkan kantor cabang disini.

Semenjak kedatangan Henry ke kantor ini, tidak ada yang berani ngobrol saat jam kerja atau bermain ponsel seperti apa yang selalu Yana lakukan.

Yana dan Komang selalu cekcok tentang Henry, ketika berada di kantin. Bagi Yana Henry sudah membunuh suasana kantor yang selama ini ceria menjadi suasana suram dan mencekam. Apalagi kalau tatapan Henry sudah tertuju kepada seseorang itu lebih mengerikan dari pada Hantu Rumah kosong yang buming di daerah Condong Catur.

Lain lagi Komang, setelah Henry datang Komang jadi lebih bersemangat untuk bekerja segala sesuatu yang ada pada diri Henry merupakan daya tariknya, tatapan tajam seperti elang itu lebih baik agar tidak ada yang berani membantahnya.

Henny yang menjadi pendengar diantara keduanya hanya menggeleng pelan. Tak tahu mau berkomentar apa.

Pagi ini Henny mendapat komplen dari salah satu pramugari yang mendapat revised schedule karena salah satu Pramugari yang sudah terjadwal tiba-tiba sakit.

"Duh ngga bisa gitu dong, tahu ngga sih saya lagi free malah harus flight lagi, kamu coba jadi saya," Pramugari itu menunjuk Henny.

'Nyantai ae elah, sok iyes juga lo!'

Henny tersenyum, kemudian bersuara.

"Iya Mba soalnya kan,Mba yang ready, saya juga ngga tahu kenapa tiba-tiba Mba Irene mendadak sakit," jawab Henny pelan, dia menyuruh Pramugari di depannya itu untuk menandatangani sesuatu.

"Alesan aja sih, makanya kalian tu periksain kek beneran sakit atau engga, kalau nyakit gimana? Kan rugi bagi yang tiba-tiba dapat jadwal mendadak,"lanjut wanita cantik itu tidak bisa menahan emosinya lagi.

Henny tidak bisa bersuara lagi, memang benar yang diomongkan oleh Pramugari itu. Tapi, bukankah dia juga ada SOP yang mengharuskan mereka siap sedia kalau suatu waktu terjadi hal seperti ini mereka langsung ready.

"Kesal deh gue ya, percuma ngomong sama lo ga bakal ngerti, baru kan lo disini?" Pongah Pramugari itu menusuk Henny dengan tatapan menilainya.

Sementara Henny dari tadi mencoba meredam emosi sedalam-dalamnya. Dia tidak mau menjambak Mbak-Mbak di depannya itu. Dari tadi dia sudah membayangkan akan menjambak wanita itu, namun tidak dilakukannya cukup realistis karena Henny pendek dan tak mungkin mampu meraih rambut itu, ck.

"Ada apa ini?" suara itu membuat Henny langsung berlari dari lamunannya dan dia terpelanting kembali ke dunia nyata.

Pramugari itu terdiam, mulutnya ternganga matanya membelalak, setelah melihat kedatang Henry dari arah belakangnya. Lelaki yang lebih tinggi dari Pramugari itu hanya menggeleng pelan.

"Engg-enn-engga ada apa-apa Pak,"

'Hanjir gitu giliran dateng yang bening menganga gitu mulutnya, lalat mana lalat?  masuk gih ke mulut itu!'

Henny mencebik melihat Pramugari itu melunak setelah kedatangan Henry. Komang dan Yana yang baru saja bergabung di ruangan itu mendapati suasana kembali suram.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now