PART LXII

742 51 35
                                    

Haha

Lanjut ya ga mau banyak omong deh...

***

Sepulang mengantar Henny, Reza langsung mencari Henry yang pasti sedang berada di kamarnya. Tidak banyak omong ia langsung mencengkram kerah baju yang dikenakan Henry.

Henry tak melawan dia tahu apa yang sedang di lakukan Reza adalah ungkapan kekesalan yang dirasakannya atas sikap Henry yang membuatnya emosi.

"Bisa lo jelasin? Sejak kapan dia menjadi calon istri lo?" tanya Reza menahan suaranya dia masih sadar, di mana dia berada, masih ada Widya yang tadi wajahnya antusias menerima kehadiran Henny.

"Salah paham lo!"  kata-kata itu yang terucap dari mulut Henry.

"Jelaskan! dibagian mana gue salah paham?" sambung Reza semakin mengeratkan cengkramannya pada kerah Henry. Henry terasa tercekik.

"Gue bisa jelasin asal lo lepas tangan lo ini!" Henry menyingkirkan tangan Reza yang mulai mengendur.

"Jelasin sekarang!" pinta Reza dengan cepat.

"Tentang calon istri? Itu ga ada sangkut pautnya sama gue. itu semua murni cuma omongan ortu gue!" ucap Henry santai.

"Jadi semua yang gue dengar itu, ngga ada hubungannya dengan perasaan lo?" Reza kembali mencari tahu bagaimana perasaan Henry pada Henny sebenarnya.

"Iya!" singkat.

"Gue tanya sekali lagi, Hen, lo yakin lo ngga ada perasaan apa-apa sama Henny?"

Berat pertanyaan ini. Reza tidak mau mengatakannya namun mulutnya sudah dengan lancar mengeluarkannya. Dia tahu ada sesuatu yang Henry sembunyikan tentang perasaannya. Tapi untuk kali ini Reza ingin menjadi manusia yang egois.

"Iya!" lagi cuma itu yang keluar dari mulut Henry.

"Well, gue coba pegang omongan lo! Dan gue harap hal semacam ini ngga akan menganggu Henny karena gue akan melamar dia!" Setelah mengatakan itu, Reza keluar tanpa menoleh ke arah Henry.

Dia sedikit lega karena calon mantu yang dimaksud oleh Widya tadi hanyalah omongan dan impian Widya saja. Reza semakin yakin kali ini karena wanita sekelas Widya tertarik dengan Henny yang terkesan biasa-biasa saja.

Henry terduduk di kasurnya. Dia harus melakukannya, melakukan  semua itu untuk menjaga persahabatannya. Ia membohongi hati kecilnya sendiri. Ia bahkan tidak tahu perasaan macam apa yang bersemayam di hatinya untuk Henny, suka kah? Atau apa? Dia takut mengakui kalau itu semua lebih dari rasa suka.

"Apa yang Mama dengar itu benar, Henry?" tanya Widya tiba-tiba. Henry terkejut bukan main melihat kedatangan Mamanya.

Dia berusaha untuk bersikap biasa saja. Namun, terlambat Mamanya sudah mendengar semuanya. Mendengar omongan Reza dan mendengar pengakuan Henry malam kemarin. Bahwa dia akan mencoba untuk membuka hati kembali.

"Iya!" jawab Henry jujur.

"Maafkan Mama, kalau Mma membuatmu ada dalam posisi sulit! Mama akan bantu kamu!" ucap Widya lembut. Henry tak bersuara ia merebahkan kepalanya sejenak di bahu Widya. Seorang ibulah yang menjadi kekuatan anaknya.

*

Henny sudah kembali berjalan dan mencari keberadaan Yana. Dia sudah mendapati Yana tengah sibuk mengobrol dengan orang-orang yang Henny tidak kenali sama sekali.

Tak berniat bergabung, dia langsung mencari tempat untuk menenangkan pikirannya sekarang, dia duduk di pondokan yang ada di dekat kolam.

"Woi!" Henny menoleh dan dia melihat ada Komang di sana ikut duduk di sebalah Henny. Henny sedikit menggeser tubuhnya agar Komang bisa duduk dengan leluasa.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now