PART XXXVIII

853 49 9
                                    

Sebelum saya Privat buruan dibaca hhha, yang belum follow buruan follow,

Yang belum nikah pasti tidurnya sendirian!! Wkwkwk

Udah sih silahkeun dibaca, always as usually Voment ditunggu...

***

Henny sibuk dengan kegiatannya sendiri yang dari tadi membolak-balik kertas yang ada di tangannya. Komang yang melihat kesibukan Henny terkekeh pelan, dia teringat saat dulu dia pertama kali masuk di Perusahaan ini.

"Serius bener, Non," goda Komang membuat Henny langsung mengangkat wajah dan tersenyum lebar menyipitkan matanya.

"Biar pinter ngomong sama Babang Pilot, Mbak," jawab Henny santai. Kemudian dia melanjutkan lagi kegiatannya mengecek jadwal terbang nama-nama crew setiap jamnya.

Tak lama terdengar suara langkah tergesa-gesa masuk ke ruangan OCC. Henny melihat dua orang laki-laki dan seorang perempuan sudah duduk di depan kursi Komang.

"Mbak, tahu nggak?" ucap si perempuan bernama Yana itu.

"Nggak!" Komang menjawab singkat tanpa menoleh ke lawan bicaranya. Henny yang mendengar mendadak tertawa.

"Anak Bos besar mau nikah!" teriak dua lelaki yang terlihat feminin. Bahkan lebih feminin daripada Henny. Kalau laki-laki boleh bekerja memakai heels mungkin dua lelaki itu sudah menggunakan yang 15cm.

"Bos besar?" Henny menyahut dari tempatnya, dia bingung siapa yang dibicarakan, sampai-sampai seisi ruangan langsung heboh dengan kabar pernikahan itu.

"Anak, Pak Dullah?" tanya Henny lagi, setahu dia Komang selalu manggil Pak Dullah dengan sebutan Bos.

Keempat orang itu langsung menatap Henny tak percaya, bagaimana bisa Pak Dullah menjadi Bos besar.

"Itu loh,  Ahmad Maradinata, Owner Airline kita, anaknya yang laki-laki mau menikah," sambung salah seorang lelaki yang ada di depannya, Henny membaca namtag yang ada di bajunya, namanya Doni.

Deg...

Henny sempat terdiam mendengarnya, dia merasa tidak ada perjanjian untuk menikah, mengapa Henny merasa dirinya deg-deg-an seperti ini.

"Maksud lo Henry Maradinata?" Henny mencoba meyakinkan dirinya.

Doni dan ketiga orang lainnya mengangguk kompak. Henny menatap Komang yang terlihat sedikit sedih mendengar berita itu. Henny mengerutkan dahinya kenapa semua orang heboh dengan berita itu, seterkenal itukah Henry sampai-sampai kantor cabang pun tahu tentang Henry.

"Lo kenal Henry?" Doni kembali angkat bicara, Henny mengangguk pelan dia mengenal Henry bahkan sikap buruk Henry seperti apa.

"Emang nikah sama siapa dia?" Henny kali ini penasaran siapa wanita yang akan dinikahi Henry.

"Ladiva apa ya gue lupa, pokoknya Ladiva Diva gitu." Yana menjawab dengan lantang kali ini. Ada sedikit rasa kecewa di hati Henny.

'Bego lo ngarep apa  sih,Hen?'

"Oh." Henny hanya ber-oh-ria kemudian dia melanjutkan kegiatannya kembali. Sesekali pikirannya melayang ke sosok Henry, mengapa dia jadi kepo tentang masalah pernikahan Henry? Dia bahkan lebih tahu sedekat apa Henry dan Diva.

"Aak, pokoknya gue nggak rela kalau sampai pak Henry menikah," teriak Doni, Henny tersadar dari lamunannya akibat teriakan melengking dari mulut laki-laki itu. Ingin sekali Henny menyumpal mulut itu pakai kertas.

"Lebay Lo." Kali ini suara Komang, dia menoleh ke arah lelaki satunya, "Sat, lo sehatkan? Wo1ii Satria!" Giliran Komang yang teriak, Satria sadar dari lamunannya.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now