PART XII

1.5K 96 2
                                    

Henry sudah kembali ke ruangannya lagi. Dia melirik Jam yang melingkari pergelangan tangan kanannya. Sudah hampir jam dua. Dia membereskan file- file kertas yang berantakan di atas mejanya.

Tok...tok...

Terdengar suara ketukan dari pintu ruang kerjanya.

"Masuk!" perintah Henry yang masih sibuk dengan kertas-kertas file di depannya.

Ketika pintu terbuka, muncullah sosok orang yang tadi berjanji bertemu dirinya. Merasa tak enak hati melihat siapa yang muncul dari balik pintu, Henry langsung berdiri dari tempat duduknya dan mempersilakan tamunya duduk di sofa yang sudah di sediakan.

"Maafkan anak Om, Hen... Om rasa kamu harus memecat dia," pinta Baskara. Lelaki paruh baya yang terlihat sangat berwibawa.

"Saya yang harusnya minta maaf, Om, saya benar-benar tidak bisa menempatkan Mila lagi di sini..." Henry menghirup udara dalam-dalam, karena ia masih merasa tidak enak dengan laki-laki yang ada di hadapan nya itu.

"Om paham, kamu silakan lakukan apapun itu, untuk kemajuan perusahaan kamu... Mila akan Om tarik lagi ke Perusahaan Om. Terima kasih sudah mempertimbangkan Mila sebagai calon istri kamu, meskipun akhirnya seperti ini." Tampak raut kekecewaan terpancar dari wajah yang mulai menua itu.

"Saya benar-benar menyesal Om... maafkan saya sekali lagi," Henry menatap wajah Baskara dengan wajah penuh penyesalan.

"Well... do the best, Henry," Baskara melempar senyumnya kepada Henry. Henry tersenyum tipis sambil mengangguk. Kemudian Baskara menghilang di balik pintu.

'Satu masalah menghilang'

Henry menghela napas.

Dia kembali lagi berkutat dengan tugas-tugasnya.

*

Henny berdiri di dekat Rifki yang sepertinya bingung dengan hasil yang di hitung rekan lain.

"Hen, lo kan lebih teliti dari gue, jadi tolong deh lo bantu periksa, kayaknya ada yang salah dengan hitungan ini," pinta Rifki yang masih kebingungan dengan jam terbang pesawat perusahaan mereka.

"Kok bisa beda, Mas? Udah periksa semua?" Henny kembali ke tempat duduknya.

"Gue sih udah cek semua, Hen... hasilnya sama, tapi permasalahannya, tadi Pak Henry minta dicek lagi," Rifki memutar-mutar pena yang dipegangnya. Tanda dia bingung.

Henny memperhatikan Rifki dengan seksama, menurutnya Rifki benar-benar berpikir keras dengan berkas yang ada di hadapannya.

"Oke sini aku bantuin, Mas," Henny mengulurkan tangannya untuk meminta berkas yang di maksud Rifki.

"Heol!!!! Dia kaget melihat kertas-kertas yang berisi tabel-tabel yang di penuhi oleh angka," Wanita itu mengerjapkan matanya berkali-kali dan kepalanya terasa pusing.

"Lo kenapa, Hen?" tanya Rifki menahan tawanya, melihat Henny menatap Kertas-kertas di hadapan nya dengan tatapan memusuhi. Henny menggeleng pelan dan tak menoleh sama sekali. Rifki berdiri dari kursinya.

"Masssssssss!" teriak Henny penuh dramatis dengan wajah yang dibuat sedemikian menyedihkan.

Rifki menoleh ke sumber suara yang menurutnya menyeramkan. Dia mendapati Henny memegangi Rambutnya.

"Mas, ini cuma ngitung jam terbang aja kan ya... aku boleh pake kalkulator kan?" tanya Henny setengah berbisik, Henny bermaksud supaya kelemahannya tak di dengar orang-orang yang ada di ruangan. Spontan Rifki tertawa terbahak-bahak.

"Ssssstttt... Masssss suaramu loh bikin gaduh," bisik Henny menyuruh Rifki yang masih tertawa.

Henny langsung fokus kembali ke berkasnya.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now