Part XX

1.1K 56 3
                                    


"Of course,"

Widya duduk di sofa bernuansa biru itu.

"Jadi, ceritanya Mama lapar terus Mama ke kantin, nungguin kamu, Mama rasa adalah kesalahan terbesar karena kamu sibuk sama wanita Itu jadi mama akhirnya sendirian. Dari jauh mama liat Henny dan dia sepertinya sedang sendirian juga. Mama mendekatinya dan duduk di depannya. Terus baru saja Mama datang. Eh, ada Gado-gado datang di hadaapn kami berdua, kamu tau kan Mama gimana ,Hen?" Mamanya mulai terlihat seperti Anak kecil, sungguh Henry ingin sekali memeluk Mamanya saat ini juga kalau dia sedang tidak marah.

"Terus?" lanjut Henry menunggu kelanjutan cerita Mamanya.

"Ya, Mama yakin kalau Henny bukan orang bodoh dia yang melihat mama tergoda dengan Gado-gado itu, entah ikhlas tidak ikhlas Henny menyodorkan Gado-gadonya ke Mama, dan dia bilang dia pesan yang baru lagi. Mama tersenyum lebar dan langsung menyantapnya ketika Henny beranjak dari tempatnya. Dan kebodohan Mama terlihat ketika mama lupa menanyakan makanan itu pedas atau ngga, pas mama makan rasanya bukan sepergi Gado-gado tapi lebih ke rasa cabe. Pedas banget Mama ngga kuat, Mama nangis sesunggukan, terus Henny mendekat dengan wajah cemasnya, Mama ngga sanggup menahan malu dan akhirnya penglihatan Mama gelap."

Selesai sudah Widya cerita dan sukses membuat Henry melongo cengo, begitukah kejadian sebenarnya? Bukan racun Sianida? Jadi dia sudah melakukan kesalahan atas apa yang dilakukannya untuk pemberhentian Henny?.

"Hmm, Henry menggaruk alisnya yang tidak gatal.

"Anggap aja aku gegabah,Ma. Tapi, aku ngga mungkin mengubah keputusan aku, apa kata orang kalau sampai Henry membatalkan surat itu," Henry terlihat biasa saja.

"Terserah kamu Henry, mulai sekarang kita musuhan!" Mamanya bangkit dari duduk dan meninggalkan Henry yang lagi-lagi cengo mendengar kalimat terakhir mamanya.

Henry mengejar Mamanya yang pura-pura tidak mendengar. Beberapa karyawan yang menyaksikan itu terlihat lucu melihat pasangan anak dan ibu itu sedang musuhan.

"Ma ayolah Ma, jangan ngambekan lah, macam anak ABG aja," keluh Henry.

"Apa kamu bilang? Anak ABG? Mama ga ngelahirin kamu untuk jadi anak kurang ajar, Henry," ketus Mamanya yang baru saja masuk ke ruangan Henry dan mencari di mana tas nya.

Tahu apa yang dicari Mamanya dengan kekuatan supernya.Henry meraih tas Mamanya yang baru saja akan di pegang Wanita itu.

"Eits, ngga bakal aku kasih kalau mama masih ngambek sama aku," Henry menggoda Mamanya.

"Jangan kurang ajar, balikin tas Mama!"

"Nggak!"

"Henry!"

"Apa, Sayang?"

"Ngga lucu!"

"Masa Sih? Mama cantik deh kalau lagi ngambek!"

"Ck, pantas menjomblo begini cara kamu merayu Wanita, memalukan," Mamanya pergi meninggalkan Henry yang untuk kesekian kalinya cengo mendengar ejekan mamanya.

Henry harus mencari cara supaya mamanya berhenti untuk tidak merajuk padanya.

'Aduh wanita memang selalu punya cara sendiri untuk membuat lelaki terlihat bodoh'

Widya berjalan untuk segera meninggalkan Kantor dan Henry mengejar mamanya yang sudah berdiri di depan lobby. Henry langsung berjalan ke parkiran dan melajukan mobilnya berhenti tepat di belakang sebuah taxi berwarna biru.

Tokk...tokk...

Henry mengetuk taxi yang sudah di tumpangi mamanya. Henry melihat sang sopir menurunkan kaca.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now