PART LVI

819 55 7
                                    

Lanjut yaa...

***

Kalau ada yang menanyakan bagaimana hubungan Henry dan Henny jawabannya tetap sama seperti hari-hari biasa. Bahkan di kantor tak segan-segan Henry menegur Henny setiap kali wanita itu melakukan kesalahan.

Hanya Komang yang selalu mendapatkan perhatian yang berbeda dari atasan mereka. Kalau Yana? Dia sudah tidak begitu tertarik lagi kalau mengingat sikap Henry seperti apa. Sekarang dia hanya pengagum fisik Henry tak lebih.

Di kantin siang ini, Henny hanya memesan es teh karena memang dia tidak begitu nafsu makan setelah bercekcok mulut dengan Henry mengenai hal yang tidak penting.

"Hen, kok gue ngerasa ada yang berbeda sama, Pak Henry," Yana berbisik pada Henny, karena suasana kantin cukup ramai.

"Beda apanya?" sambung Komang yang baru saja datang membawa nasi sayur.

"Lo ngerasa ngga, Mba, kalau misalnya tatapan Pak Henry itu aneh kalau sedang menatap Henny," Yana kali ini menempelkan jari telunjuk sebelah kirinya di dahu seakan-akan sedang memikirkan sesuatu yang rumit.

"Ngga tuh biasa aja," ucap Komang sambil memakan makanannya. Yana mencebik tak suka melihat tanggapan itu.

"Iya kalau pencinta Pak Henry yang ngomong mah biasa aja katanya tapi dalam hati menjerit tu setuju," lanjut Yana.

Henny yang dari tadi terdiam langsung berdiri. Dia tidak mau terlibat dalam omongan yang tidak ada juntrungannya.

'Tatapan Aneh? Aneh apanya?'

Henny masuk ke ruangannya. Masih sepi hanya ada beberapa pramugara yang standbye.

"Siang, Mba Henny," sapa Pramugara itu bernama Yogi. Henny membalas senyuman manis yang dilempar Yogi.

"Udah makan?" tanya Henny berbasa-basi.

"Sudah dong, Mba," jawab Yogi kembali.

Mereka berdua melakukan percakapan yang panjang, karena sama-sama menyukai Liverpool.

"Iya tau ngga? Gue sedih banget pas Suarez sama Stevie nangis," ucap Henny.

"Gue malah sedih sekarang, kalau ngga draw ya kalah gitu aja terus sampai King Kenny idup lagi," lanjut Yogi.

Percakapan yang menyenangkan bagi keduanya karena di jaman sekarang ini hanya orang-orang tertentu menyukai club sepak bola liga Inggris yang kini dilatih oleh Jurgen Klopp.

"Henny ikut saya!" suara itu menginterupsi percakapan antara Henny dan Yogi. Yana dan Komang sudah bergabung kembali dengan Henny di ruangan itu.

Dengan langkah berat Henny mengikuti perintah Henry. Dia berdiri dan mengekori Henry dari belakang. Begitu sampai di ruangannya. Henry menyilangkan tangannya di belakang.

"Siapa suruh kamu ngobrol?" tanya Henry penuh selidik.

"Kan masih jadwal istirahat, Pak!" Henny masih ingat kalau mereka diberi waktu istirahat hanya satu jam. Sementara ini waktu sudah berlangsung selama tiga puluh menit itu artinya masih ada sisa tiga puluh menit lagi, jadi dia masih berhak untuk mengobrol.

"Ngobrolin apa?" Henry kembali bersuara.

"Kepo, udah ah ngga ada yang penting kan, Pak? Kalau gitu saya keluar dulu,"

"Liverpool dibanggain, sama tim promosi aja kalah, ck." Henry duduk di tempatnya. Sementara Henny sudah berbalik badan dan menatapnya tak suka.

"Biarin! Pak, bisa ngga sehari aja ngga ngerusuhin saya? Saya tuh bosan, Pak, tiap apa-apa disuruh ke sini, entar orang lain mikirnya lain," protes Henny akhirnya.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now