PART XLVIII

811 47 32
                                    


Suka? Komen dong, ga suka? Kasih saran..

Selamat membaca :D

***

Henry memanggil Komang untuk datang Ke ruangannya. Disinilah Komang sekarang, berada di ruangan Henry. Henry melirik Komang yang dari tadi senyum-senyum sendiri.

"Saya minta kamu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi!" ucap Henry santai tetap masih ada kesan serius disana.

"Saya tidak tahu pastinya, Pak, tadi saya tidak di tempat," jawab Komang lembut. Apa yang ada di dalam diri Komang itu adalah pesona wanita Bali sesungguhnya, Manis dan menenangkan.

"Henny Silvia kan masih baru, saya minta kamu membantunya untuk mengajarinya cara menghandle kejadian semacam tadi kedepannya," titah Henry, Komang mengangguk paham.

"Paham?" tanya Henry lagi, dia tidak akan marah-marah dengan bawahannya apalagi model wanita macam Komang, kecuali seseorang.

"Siap, Pak!" Komang tersenyum lebar dan memperagakan gaya hormat. Henry melempar senyum tipis kemudian menyuruh Komang kembali ke tampatnya.

'Gue boleh lama-lama ga disini?'

Komang pun berlalu dari ruangan itu.

Henny dan Yana sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Tak berapa lama munculah Komang dengan senyuman yang masih merekah di wajahnya. Yana yang penasaran langsung mendekati Komang yang sudah duduk di tempatnya.

"Mba, Lo kenapa?"

"Gue lagi bahagia, sana lo! biasanya kalau ada lo di dekat gue, gue apes," Komang menghempas manja Yana. Yana ibarat karang yang diterjang badai tetap berdiri tegak meski dihempas ombak.

"Ih, gue penasaran Lo kenapa sih tiba-tiba senyam senyum sendiri?" Yana mulai kesal, Komang mengabaikannya.

Henny memperhatikan saja dan memasang tajam telinganya. Tak berbeda dengan Yana, dia pun penasaran apa yang membuat Komang sesenang itu.

"Kalian tahu ga?"ucap Komang yang ditujukan kepada Henny dan Yana tapi matanya menatap Yana.

"Gue tempe bukan tahu," cibir Yana sudah hampir berlalu,

"Ye, pala lu tempe," Komang mendadak sewot mendengar ucapan Yana.

"Pak Henry senyum sama gue. Aaah, ibarat ponsel gue tu lowbat dan sekarang udah full abis di-charge," Komang masih seperti tadi, seperti orang gila yang senyum sendiri.

Henny terdiam dia tak percaya kalau Henry tersenyum pada Komang. Henny bahkan lupa kapan terakhir kali Henry tersenyum padanya.

Yang ada, setiap bertemu Henry suasananya selalu tidak baik. Selalu bersitegang dan selalu cekcok.

'Kalau sama gue mah ngajak berantem mulu doi, pengen ngelempar dia ke Merapi bawaannya'

*

Pulang kantor, Henny masih mengingat omongan Henry bahwa dirinya pulang bersamanya atas permintaan Reza. Henny harus berterima kasih kepada Reza karena dengan pulang bersama Henry dapat menghemat uangnya.

Menunggu kedatangan Henry, wanita itu sudah membereskan barang-barangnya. Tak kunjung menghampiri jua, Henny melihat Henry yang sudah berada di luar pintu transparan. Dengan cepat Henny menyusul Henry.

"Lah, itu si Henny mau kemana ya, Mba?" tanya Yana yang berjalan pelan di belakang Henny.

"Kayaknya ada perlu sama Pak Henry," Komang tak begitu peduli.

Henny berhasil memperkecil jarak antara dirinya dan Henry. Dengan susah payah ia sampai di posisinya sekarang karena rok panjang yang tidak begitu lebar serta highheels yang tidak tinggi.

You're My Propeller (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang