PART XXXVII

913 50 8
                                    

Sebenarnya saya nungguin komen-komen kalian, karena semangat aja kalau ada yang nungguin YMP, dan so maafin aing nyakk... hahaha

Lanjutttttt~

***

Setelah dinyatakan diterima. Henny, berada di antara dua orang laki-laki yang menurut Henny tidak jelas. mereka sebenarnya ada di bagian ticketing, sementara Henny bagian OCC atau Operation Control Center, job desc-nya mengatur dan mengontrol penerbangan dalam kurun waktu 72 jam atau 3 hari kedepan untuk mencapai Misi zero minus delay.

Kurang lebih seperti itu,  sangat jauh berbeda dari pekerjaannya sebelumnya yang mencatat jadwal jam terbang pesawat. Jadwal cek harian pesawat, belum lagi kalau sampai terjadi kerusakan inilah itulah semuanya harus teliti. Kalau sekarang Henny dihadapkan dengan manusia, Yah, seperti Pilot dan Pramugari, agar tidak terjadi keterlambatan dari Air crew.

"Mbak Henny, ini loh tolong dihubungi Capt Andreas, katanya doi mau dijemput," ucap salah seorang yang baru saja masuk keruangan itu. Henny terdiam sejenak, karena dia bingung harus ngomong seperti apa.

"Duh, biasanya ngomongnya gimana sih, Yan? Aku nggak ngerti nih, masa entar aku tiba-tiba ngomong eh taunya salah." Henny menggigit bibir bawahnya. Dia baru pertama kerja seperti ini, meskipun sudah tahu dan sudah ada gambaran pekerjaannya seperti apa, tetapi tetap Henny merasa dia perlu contoh agar tidak terjadi kesalahan.

"Noh, coba tanya mbak Komang deh." Yana yang dari tadi sibuk dengan layar laptopnya langsung menunjuk ke arah wanita yang tengah sibuk dengan gagang telpon di telinga kirinya.

Henny berjalan mendekati wanita yang mungkin bernama Komang, dengan ramah Komang memberi senyumnya pada Henny.

"Mbak, kenalin saya Henny." Henny mengulurkan tangannya, begitupun Komang yang menerima uluran tangan itu.

"Oh iya, saya Komang, ada apa, Hen?" tanya Komang langsung.

"Aku kan baru nih, Mbak di sini, emang sih aku udah dapat gambarannya kerja di sini, cuma kan aku belum ngerti gimana cara ngomong dengan crew." Henny mesem-mesem sendiri dia kebingungan.

Komang mulai menjelaskan dengan lengkap, Henny sesekali mengangguk sambil mencatat bagian-bagian yang penting sehingga ia tidak lupa kemudian hari.

"Kalau sama Pilotnya sih mereka baik-baik, tapi kalau yang masih baru emang rada gimana gitu agak-agak sengak kalau saya bilang, terus sama mugarinya juga gitu, yang penting kamu harus sabar dan kuat-kuatin aja, kalau mereka ngebentak atau marah-marah karena minta pindah jadwal kasih tau saya saya, kalau ngga kasih tahu Pak Dullah," jelas Komang.

Henny mengangguk dengan mantap, dia sendiri sudah tahu bagaimana kelakuan orang-orang yang disebutkan oleh Komang itu, hanya sebagian orang-orang yang merasa dirinya lebihlah yang sering sombong, banyak teman Henny yang seorang pilot baru jadi tapi gayanya tidak sombong, dan pramugari sahabat Henny tidak sombong, malah gila. Tapi ya, begitulah ada saja orang yang seperti itu menganggap diri mereka segalanya.

*

Henry sedang berada di butik Mamanya, jelas saja Henry tidak sendiri dia ditemani Diva calon istrinya, mereka datang kesini untuk memfiting baju nikah, Widya tidak begitu antusias dia hanya mengangguk kalau Diva menunjukkan model baju yang ada di katalog, atau dilajang di beberapa mannequin.

"Menurut Tante ini bagus nggak?" tanya Diva menunjuk salah satu wedding dress yang berwana putih dan dilapisi oleh benang-benang emas, sehingga terlihat elegan.

"Bagus." Widya mengangguk, Henry menatap Mamanya dengan setengah hati.

"Kalau menurut kamu gimana, Sayang?"

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now