part 13

189 19 0
                                    

Amnesia? Sejujurnya aku ingin tertawa saat dia menanyakan tentang efek kecelakaan yang aku terima dulu. Tapi dengan amat sangat terpaksa aku menahan tawaku itu.

"Ha? Amnesia?" Aku belagak bingung

"Iya amnesia" ucap Kak Alex sekali lagi

"Kenapa kakak berfikir jika Fleo mengalami amnesia?"

"Ya bisa sajakan nama loe bukan Fleo. Mungkin saja, Fifi, Fina, Felyn atau Flier gitu"

Nah, benerkan, batinku

"Hmm... Bisa jadi sih kak. Soalnya kata bunda kepala Fleo terbentur trotoar" jawabku asal sambil memegang dahiku

"Tuh kan, bisa ajakan orang yang menabrak loe itu, keluarga angkat loe" tambahnya lagi

Makin ngacok kan dia,batinku.

"Hmm nggak mungkin, masih ada foto masa kecilku kok, jadi nggak mungkin mereka yang menabrak gue. Sudah ah, makin ngacok nih obrolannya" ujarku

"Hmm... Tapi pernah nggak sih loe merasa de javu?"

"De javu?"

"Iya, suatu perasaan serasa pernah bertemu atau pernah mengalami kejadian yang sama"

"Hmmm entahlah. Kalau kakak sendiri?"

"Akhir-akhir ini sering. Apa ini normal?"

"ehhh...."

Ku lihat kompleks perumahanku sudah terlihat

"Kak, masuk kompleks itu ya, terus belok kiri"

Kak Alex hanya membalas dengam sebuah anggukan.

***

Usai kak Alex mengantarku pulang, ku rebahkan diriku di atas kasur. Lelah, disertai dengan puluhan pertanyaan yang terbesit di kepalaku.

"Jadi kenapa kaki kamu bisa terkilir seperti ini?" tanya bunda sambil membawa air es ke kamar

"Ceritanya panjang bun, yang jelas kaki Fleo kumat lagi nih. Sakit banget bun. Telpon dokter kece dong"

"Ck, panggil kakak sepupu kok begitu sih Fle, dari dulu nggak berubah-berubah. Kamu jangan panggil dia dokter kece lagi, nanti istrinya marah"

"Cieileh, masak begitu saja marah bun. Lagipula kitakan sepupu. Hubungannya juga jelas SEPUPU. Nggak mungkinkan Fleo di kira naksir dia"

"Ya siapa saja, lagian sebagai bentuk kesopanan antara yang muda dengan yang tua, kamu itu harus panggil dia kak Dimas. Bukan nama saja apalagi dokter kece"

"Nggak apa-apa Dimas juga nggak keberatan jika di panggil dokter kece, maupun Dimas saja. lagipula kak Sisil juga biasa saja. Sudah ah bun, jangan berdebat masalah dia, lebih baik urus nih kaki. Sakit banget bun, nanti Fleo bisa stress kalau nggak bisa main basket lagi"

"Dasar, nih kompres dulu. Bunda mau telpon dulu. Biar dia mampir ke sini"

Masih ingat Dimaskan? Dia adalah kakak sepupuku yang telah menjadi dokter. Dan 4 bulan yang lalu dia sudah menikah dengan kak Sisil. Temen satu profesi di rumah sakit tempat dia bekerja. Dimas memang terlihat tampan, tak jarang aku memanggilnya dokter ganteng atau dokter kece. Tapi tak jarang pula, aku memanggilnya dokter kampret kalau dia membuatku kesal.

"Jadi kaki kamu kenapa? Cidera basket?" tanyanya sambil memeriksa keadaanku

"Jatuh saat ospek tadi" jelasku

Dia mengerutkan keningnya

"kamu di bully?"

Aku menggelengkan kepalaku

Aku Cinta ...??Where stories live. Discover now