009

14.8K 827 0
                                    

AYDEN KAISER keluar dari dewan setelah selesai berkemas . Semasa dalam perjalanan ke motorsikalnya , hujan tiba-tiba menitis ke Bumi . Hari ini , pemandunya tidak mengambil dia seperti biasa di sekolah memandangkan dia perlu membersihkan dewan . Ayden mengeluh , kaki diaturkan duduk di bangku yang tersedia di luar kawasan sekolah . Tangannya meraba ke dalam poket seluar mencari sesuatu , mukanya berubah .

Suara berdehem seorang gadis membuatkan dia tersentak , lelaki itu menoleh memandang pemilik suara tersebut . " Is this yours ? " tanya gadis itu , Ayden terus mengambil seutas rantai yang terukir nama Aishah . " Kau tercicir dalam dewan . " kata Naayla . Ayden mengabaikannya malah dongak memandang langit yang mendung itu .

" Girlfriend kau punya ? " tanya Naayla sekali lagi untuk mengelakkan kekok sementara dia menunggu bapanya yang mempunyai urusan di pejabat . Pertanyaannya diabaikan, " Aku dulu pun ada- " baru sahaja dia hendak menyambung ayatnya dipintas .

" Can you just shut up and leave me alone ? " pinta Ayden Kaiser dingin . Naayla tersentak . " What's wrong with you ? Salah ke kalau aku nak berbual dengan kau ? " angin amarahnya mula meningkat . Ayden sekadar menjelingnya manakala gadis itu semakin bengang . Tidak kira hujan atau tidak , dia terus berjalan untuk melintas jalan dalam hujan lebat sebegitu . Rasa seperti hendak menangis apabila Ayden memarahinya sebegitu .

Satu langkah .

Dua langkah .

Tiga langkah .

Dirinya ditarik oleh seseorang ketepi jalan , serentak itu sebuah kereta memecut laju dihadapannya . " What the hell is wrong with you ?! " jerit Ayden , jantungnya hampir tercabut apabila melihat sebuah kereta hampir melanggar gadis itu . Bukannya risau cuma dia tidak mahu melihat kematian di hadapannya . Lagi-lagi gadis yang baru dia sakitkan hati . Kedengaran suara esakkan gadis tersebut , Ayden memusingkan Naayla menghadapnya .

" Kau tak pandai tengok kanan kiri ? "

Naayla hanya menunduk , dia masih terkejut dengan kejadian tadi . Jika dia tidak ditarik pasti dia sudah mati , matanya memandang Ayden perlahan . Ayden tahu bahawa gadis itu terkejut , oleh itu dia menepuk perlahan bahunya .

Apabila hujan sudah berhenti , Naayla mula bersin kerana kesejukkan . Bajunya sudah basah akibat dia melintas jalan tadi . " Siapa ambil kau ? " tanya Ayden , dengan keadaan terketar-ketar dia menjawab . " Papa tapi papa ada urusan dekat pejabat . Satu jam lagi dia sampai . " Ayden mengangguk , akibat rasa bersalah lelaki itu menghulurkan jaketnya .

" Pakai ni lepastu ikut aku . " ajaknya . Naayla mengambil jaket tersebut lalu memandang Ayden hairan . " Kita nak pergi mana ? " tanya Naayla . " Naik je la , aku bawa kau tenangkan fikiran . " balas lelaki tersebut . Dia akur dan menaiki motorsikal mewah Ayden Kaiser , motornya memecut laju dan tiba di sebuah tempat tinggi .

Pemandangan bandar itu membuatkan Naayla teruja lalu turun dari motorsikal tersebut . Ayden menjemputnya duduk di sisi lelaki itu . Suasana di situ agak senyap kecuali bunyi kenderaan dan bandar yang sibuk itu sahaja , Naayla menoleh ke arah Ayden Kaiser .

" Thank you . "

Ayden sekadar mengangguk lalu dia memandang Naayla , semakin lama jarak mereka semakin dekat . Tangan lelaki itu naik menghampiri wajah Naayla . Gadis itu terkaku namun matanya masih tidak lepas memandang setiap inci wajah lelaki itu .

Tiba-tiba tangan lelaki itu menjauh . Sehelai daun kecil ditunjuk lalu dibuang ke tanah . Mata Naayla berkedip-kedip memandangnya , Ayden memandangnya sekilas . " Kau ingat aku nak buat apa ? "

Tanpa disedari , wajah gadis itu sudahpun membahang .

Ayden mengeluarkan seutas rantai tadi dari poketnya . " This is my mom's necklace , " kemudian lelaki itu tersenyum sekilas sebelum dia menyimpannya semula ke dalam poket . Naayla Zahra memandang Ayden dari tepi , wajah lelaki itu seakan-akan menyimpan sebuah kisah sedih .

" Mak kau tak ada dekat Malaysia ke ? " tanya Naayla , Ayden mendongak memandang langit yang indah itu kemudian dia mengeluh dengan senyuman nipis yang terukir di bibir . " She's gone . "

" Oh , sorry Ayden . "

Lelaki itu menggeleng lalu dia berdiri . " Dah jom , aku hantar kau balik . Nanti kau call lah bapa kau . " ajak Ayden , Naayla mengangguk lalu mereka berdua memecut laju ke rumahnya . Kalau dia tunggu di sekolah semula , belum tentu dua jam lagi bapa dia tiba .

Sampai sahaja di rumah , Ayden Kaiser beredar meninggalkan Naayla Zahra di halaman rumah . Langkah gadis itu diaturkan masuk ke dalam rumah . Seorang lelaki berdiri memandangnya sambil mendukung seorang kanak-kanak perempuan .

" Jaket siapa Naayla pakai tu ? " tanya lelaki itu .

Namun , pertanyaan itu diabaikan malah Naayla terus berjalan melepasi lelaki itu . " Naayla Zahra , abang tanya kan ? " serentak itu langkah gadis itu berhenti lalu dia menoleh ke belakang . " Eh ? Ingatkan abang balik setahun dua lagi . " sindirnya . Naufal Zaid , abangnya itu meraih tangannya .

" Kalau Naayla marah pasal haritu , abang minta maaf sangat-sangat . Naayla tahukan yang abang kena uruskan pejabat papa dekat Kuala Lumpur bukannya abang sengaja tak nak balik tengok papa dekat hospital . " ini kali keberapa tidak tahu dia mengulangi penjelasan yang sama , dia tahu ini merupakan pertama kali dia menunjuk mukanya setelah setahun tidak pulang menziarahi keluarga itu .

Tangan lelaki itu ditepis .

" Kalau abang tak balik sekalipun , Naayla tak kisahlah ! " suaranya sudah naik satu oktaf lalu dia berjalan pantas masuk ke biliknya . Dahulu dia dan abangnya itu sangatlah rapat memandangkan mereka cuma dua beradik namun sejak bapanya sering keluar masuk hospital disebabkan masalah jantung , semuanya berubah .

Abangnya itu lebih pentingkan kerja di sana berbanding kesihatan bapanya .

Setiap kali menelefonnya untuk menziarahi memberi semangat untuk bapa mereka , pasti alasan yang sama diberi . Sibuk . Itu sahaja alasannya . Siapa saja yang tidak kecewa dengan perangai sebegitu ?

Sudah tentu tiada langsung .

KAISER : The Hidden KingWhere stories live. Discover now